Alina tumbuh dalam keluarga lengkap yang tidak bahagia dimasa kecilnya.
Bersama seorang ibu yang lembut dan seorang ayah yang kasar. Mereka adalah sepasang insan yang tidak cocok satu sama lain.
Dalam pandangannya, itu seperti minyak bercampur air, menolak menyatu. Dan seperti seekor kelinci untuk harimau, hanyalah korban untuk yang terkuat.
Seringkali di setiap siang bahkan malam, Alina kecil bersembunyi di pojok ruang tamu, menonton hal-hal yang tidak seharusnya ia tonton. Mendengar hal-hal yang tidak seharusnya ia dengar. Dan melihat hal-hal yang tidak seharusnya ia lihat.
Menonton perkelahian antar dua orang dewasa. Mendengar kata-kata kasar dari seorang yang seharusnya ia hormati. Dan melihat seorang wanita lemah yang dipukul sampai tidak berdaya.
Tahun-tahun berlalu dan keduanya berpisah. Alina berpikir dengan keduanya berpisah ia akan hidup lebih damai.
Ketika Alina remaja, ibunya kembali menikah dengan seorang duda kaya. Ia tidak menolak hubungan mereka dan bersikap bijak terhadap ibunya yang pastinya membutuhkan teman hidup baru dan melupakan masa lalu yang suram.
Tapi setahun pernikahan mereka. Ibunya kembali tidak bahagia. Ayah tirinya berselingkuh dan pada akhirnya itu diketahui oleh ibunya.
Bertekad untuk mempertahankan pernikahan yang masih seumur jagung itu, ibunya bersedia dipoligami.
Saat itu adalah neraka untuk ibunya. Tiap hari ia terluka fisik dan batin hanya untuk menoleransi ketidakadilan suaminya terhadap nya dan betapa pilih kasihnya ia terhadap istri mudanya.
Ibunya diperlakukan seperti pembantu yang melayani istri mudanya dan beberapa kali ia tertindas oleh saingan cintanya itu.
Ibunya yang lembut awalnya bertahan. Sampai suatu hari istri muda dari ayah tirinya itu menjebak ibunya yang tak berdaya dengan taktik kotor.
Ibunya dijebak dengan pria asing di sebuah hotel dan di perkosa. Ayah tirinya yang mengetahui hal itu murka, mencelanya dan menceraikannya.
Setelah semua penderitaan itu. Ibunya yang lembut dan baik hati perlahan depresi dan menjadi gila.
Tepat di hari ulang tahun Alina yang ke-17, ibunya dibawa kerumah sakit jiwa untuk dirawat. Dan ia tinggal bersama nenek dan kakek tirinya.
Kehidupan neneknya tidak jauh berbeda dengan putrinya yang merupakan ibunya. Pernikahan pertamanya tidak bertahan. Tapi ia berhasil mempertahankan pernikahan keduanya.
Awalnya Alina mendapatkan perlakuan kasih sayang yang melimpah dari nenek dan kakek tirinya. Sampai ia sangat menghormati dan menyayangi mereka.
Alina hidup bersama mereka empat tahun lamanya sampai ia berhasil menjadi seorang sarjana.
Tapi suatu hari setelah acara wisuda. Di malam harinya ia yang merasa lelah tertidur pulas di kasur.
Tiba-tiba merasakan seseorang menggerayangi tubuhnya. Alina tersentak dari mimpinya hanya untuk menemukan pria tua yang selama ini ia hormati dan ia sayangi mencoba melecehkannya.
"Ka-kek apa yang coba kau lakukan?"
"Syuhh jangan bersuara!"
"Ka-kek apa maksudnya ini?"
"Aku sudah lama menahannya"
Malam itu ia berjuang keras untuk melawan tindakan tercela pria tua itu. Hingga tanpa sengaja tangannya bergerak cepat mengambil lampu tidur dan melemparkannya kearah pria tua itu.
Pria tua itu terluka dan berdarah sedang ia bergegas melarikan diri.
Dalam pelukan neneknya ia menangis dan mengatakan apa yang terjadi. Neneknya terkejut dan tidak akan pernah mengira suaminya yang sudah tua masih saja tega melakukan hal keji seperti itu.
"Ku pikir dia sudah berubah" Gumaman lirih wanita tua itu tidak lolos dari pendengarannya.
Dan akhirnya neneknya kembali mengulang kisah suramnya.
Dan Alina akhirnya tau.
Nasib ibu dan anak itu pada nyatanya tidak jauh berbeda.
Setelah kejadian pada malam itu, pria tua itu di rawat di rumah sakit dalam beberapa hari tanpa siapapun yang mengurusnya.
Neneknya menolak mengakuinya sebagai suaminya lagi dan ia sangat membencinya sejak malam itu.
Ketika pria tua itu sembuh ia kembali ke rumah dengan tekad membunuh istrinya sendiri, hanya untuk mendapatkan kesempatan untuk melecehkannya lagi.
Dan juga melakukan pembalasan dendam terhadap tindakan Alina pada malam itu yang melukainya.
Neneknya tidak akan pernah mengira suaminya tega melakukan hal itu diusia senja mereka.
Alina melihat pria tua itu sudah mencekik neneknya yang nyaris hampir kehabisan nafas. Tidak tinggal diam begitu saja, Alina mengambil payung yang ada di pojok ruangan dan memukul pria tua itu tepat di punggungnya.
Pria tua yang adalah kakek tirinya. Yang merupakan pria pertama yang dihormati nya dalam kehidupan ini.
Kini tampak murka dengan wajah merah padam menahan emosi. Sepasang mata tuanya menatap kearahnya penuh nafsu dan gairah.
"Kau gadis tak tau diri! Aku harus memberi mu pelajaran"
Dan bersamaan dengan itu sirene mobil kepolisian terdengar nyaring di depan halaman rumahnya.
Menarik kedua sudut bibirnya, Alina tersenyum lebar dan angkuh.
"Masih ingin memberiku pelajaran, pak tua?"
"K-kau"
Malam itu berakhir dengan pihak kepolisian memboyong pria tua itu pergi.
Alina berlari kearah wanita tua yang terduduk lemah di lantai dengan wajah keriputnya bercucuran air mata.
"K-kenapa dia kembali s-seperti dulu?" Rintih nya dengan bibirnya bergetar.
Alina menarik waniat tua itu kedalam pelukannya.
"Pria tetaplah pria. Mereka tidak akan pernah berubah nek!"
Untuk Alina itu adalah kebenaran.
Perjalanan kehidupan masa kecilnya Sampai ia dewasa. Alina sudah melihat dan mengalami banyak hal.
Setelah semua pengalaman menyedihkan itu. Alina mulai menanamkan kebencian dalam dirinya terhadap makhluk yang berjenis kelamin pria.
Dan ia bertekad untuk menjalani hidup seorang diri tanpa harus memiliki pendamping.
Alina cukup percaya diri dengan tekadnya.
Baginya ia akan jauh lebih bahagia dengan menjalani kehidupan ini seorang diri. Sebaliknya, memiliki pria disisinya hanya merusak kedamaian hidupnya.
Dan bahkan ia takut.
Kebencian nya yang begitu besar terhadap pria. Akan mendorongnya suatu hari untuk melampiaskan dendamnya terhadap pria yang tidak bersalah.
Dan untuk menghindari nya. Alina memutuskan, disamping tidak menikah. Ia juga menolak memiliki hubungan apapun terhadap pria. Baik mereka anak kecil bahkan dewasa.
Dan perlahan Alina berubah menjadi seorang misandris setelah itu.
___