webnovel

Part 20

"Heh, kemana aja lo? Ditelfonin dari kemarin nggak bisa." Mala dengan segala ocehannya langsung mengomeli sahabatnya yang baru datang ke kelas karena dari kemarin tidak memberi kabar.

"Sorry-sorry. Kemarin ada urusan. Nih buku nya. Maaf ya jadi telat balikinnya." Sambil menyodorkan buku agenda milik Mala.

"Selamat pagi semuanya." Sapa dosen yang baru masuk kedalam ruangan. Dan di jawab oleh mahasiswa/i nya. "Pagi pak".

"Kita akan melanjutkan materi yang sebelumnya kita bahas ya." Kata pak Hamid, dosen yang baru saja memasuki ruangan.

"Ssst, Ta. Abis kelas ke kantin ya." "Iya-iya".

Jam kelas mata kuliah mereka pun selesai, sesuai rencana Mala tadi yang mengajak Cinta pergi ke kantin setelah selesai kelas. Mereka pun kini sudah berada di kantin dengan sejumlah menu makanan yang dipesan Mala. Sepertinya Mala memang tidak bisa jauh-jauh dari yang namanya makanan.

"Hadeeeh, padahal pak Hamid nggak kasih kita tugas, tapi kenapa porsi makan lo berlipat-lipat sih? Lo nggak lagi stres Mal?". Mala tidak menggubris celotehan sahabatnya soal porsi makanan yang dipesannya. Dan tetap menikmati makanan didepannya.

Drrtttt...dddrrtt... ponsel milik Cinta bergetar. Cinta segera mengambil ponsel dan membuka pesan yang masuk di handphonenya.

"Sayang, ke ruanganku sekarang ya. Aku tunggu." Aaahh ternyata itu dari suaminya, dosen dikampusnya juga.

"Aku pergi sebentar ya, nggak lama kok." Cinta berpamitan pada Mala sebelum pergi. "Mau kemana lo?." Tanyanya sarkas. "Mau ketemu suami gue." Jawabnya berbisik pelan yang hanya bisa didengarkan oleh mereka berdua.

"Kenapa lama sekali? Bukannya kelas pak Hamid sudah selesai beberapa menit yang lalu?". Bara berhambur ke arah istrinya yang baru saja masuk kedalam ruangannya dan langsung memeluk istrinya ketika pintu sudah tertutup kembali. "Iiih, apaan sih kak. Ingat kita masih di kampus, bukan dirumah."

"Aku tahu, lagipula pintu sudah tertutup. Cup!." Bara mencuri satu ciuman singkat dibibir istrinya. Yang membuat istrinya melontarkan tatapan tajam kearahnya. "Ssstt, disini hanya kita berdua. Tidak akan ada yang tahu. Atau kita bisa melakukannya disini juga boleh." Alis Bara naik turun sedang menggoda istrinya.

"Kak Bara! Dasar mesum!". "Tapi kamu suka kan dimesumin aku". Aaaaaahh.... sakit yang." Bara mengaduh tertahan, karena kesakitan ketika mendapat cubitan kecil dari istrinya dipinggangnya.

"Jangan sekali-sekali bicara seperti itu lagi di kampus. Nanti ada yang dengar gimana?." Ucap Cinta sedikit tajam sambil menatap suaminya yang masih tak berhenti menggodanya.

"Bagaimana kalau aku menginginkannya sekarang." Tanya Bara yang masih tak mau henti menggoda.

"Kak Bara! Jangan sekali-sekali ya. Lakukan nanti dirumah."Sarkas Cinta. Tentu saja membuat senyum diwajah Bara mengembang lebar, alis nya kembali naik turun menggoda. "Janji? Benar ya? Awas bohong. Kamu tahu kan janji adalah hutang? Aku menagihmu nanti dirumah."

"Iya-iya." "Jadi ada perlu apa bapak memanggilku kemari?". Satu alis Bara naik, mengisyaratkan kebingungan karena istrinya memanggilnya bapak.

"Dengar ya bapak Bara, bapak itu dosen saya disini. Saya mahasiswi bapak, jadi mari kita saling menghormati ketika berada di area kampus." Senyum semanis mungkin di berikan oleh Cinta dihadapan suaminya. Dia sengaja menggoda balik suaminya dengan melepaskan pelukan suaminya dan memundurkan langkahnya kebelakang. Kemudian bertingkah layaknya mahasiswi yang sedang menghadap dosennya untuk sesuatu keperluan.

"Menggodaku? Heh?". Bara bergerak pelan melangkah mendekati istrinya, belum sempat Cinta memundurkan langkahnya. Satu tangan Bara berhasil menarik tangan Cinta sehingga tubuhnya menabrak dada bidangnya sedang tangan lainnya meraih cepat tengkuk Cinta dan kemudian mereka berciuman. Ciuman yang memabukkan, awalnya Cinta tak membalasnya. Namun Bara sangat ahli memainkan permainannya, sehingga tak ada alasan bagi Cinta untuk tak membalas ciuman dari suaminya. Bahkan ia sempat melupakan ucapannya tadi. Oh astaga, ini area kampus. Terkutuklah kalian berdua! Pasangan suami istri yang sedang dimabuk asmara.

Bara menghentikan ciumannya ketika tangan Cinta memukul-mukul dada bidangnya. Mereka berdua sama-sama terengah setelah saling berbalas ciuman yang cukup lama. Tangan kanan Bara terangkat menyapu bibir Cinta lembut. "Jangan lakukan lagi, aku takut ada yang tahu. Kita bisa terkena masalah kak.". Bara mengangguk.

"Maaf, tapi kamu adalah orang pertama membuatku lupa diri. Cup!". kecupan singkat kembali diberikan. Bagaimana bisa mahasiswi yang baru dinikahinya beberapa bulan yang lalu membuatnya lupa diri saat dimana pun dia berada.

"Jadi, apa?". Cinta kembali bertanya.

"Ah aku sampai lupa. Aku selalu lupa segalanya saat berhadapan denganmu." Katanya sambil berjalan ke mejanya dan mengambil sebuah buku di laci mejanya. Kemudian memberikannya pada cinta.

"Wah, ini kan buku yang lagi aku dan Mala cari. Kok bisa kakak tahu?". Sambil mengambil sebuah buku yang diberikan Bara padanya.

"Aku dengar beberapa hari yang lalu kamu sempat mencari buku itu untuk referensimu. Jadi aku membantumu."

"Ahhhh terimakasih." Cinta terlalu senang mendapat buku yang selama ini dia cari, sontak ia memeluk erat Bara dan mengecup singkat pipi Bara karena terlalu senang.

"Ehem.." Bara berdehem singkat. "Sepertinya anda terlalu senang, Cinta Anastasya. Sampai anda lupa bahwa saya dosen anda disini." Katanya mulai menggoda Cinta kembali. Tentu saja Cinta tidak mengindahkan godaan Bara, suaminya.

"Maafkan saya pak Bara Aditya. Saya hanya terlalu senang. Dan terima kasih atas hadiahnya telah memberi saya buku ini. Dan sebagai hadiahnya anggap saja ciuman saya tadi. Saya permisi."

Cinta begitu senang mendapat buku yang selama ini dia cari, buku yang membantu referensinya tentang mata kuliahnya Sastra dan Bahasa. Dia berjalan menyusuri lorong kampus hendak menemui Mala sahabatnya yang cukup lama ditinggalkannya dikantin kampus. Ia tentu sudah tahu bagaimana ocehan Mala karena menunggunya terlalu lama. Biarlah, setelah kutunjukkan buku ini pasti dia tidak akan marah lagi. gumamnya.

"Aduh.." Cinta mengaduh karena seseorang telah menabrak dirinya.

"Hai, maaf ya. Aku tidak sengaja." Kata seorang pria yang baru saja menabraknya.

"Lain kali hati-hati kak." Kata Cinta pada pria yang tidak sengaja menabraknya. Cinta baru akan meninggalkan pria itu, tapi urung karena pria itu meminta tolong padanya.

"Maaf, bisakah kamu bantu aku?". Pinta laki-laki itu.

"Apa yang bisa saya bantu, kak?"

"Aku ada janji temu dengan saudaraku dikampus ini. Dia juga mahasiswa disini, tapi dia berkata untuk menunggunya di kantin kampus. Apa kamu tahu arah menuju kesana?".

"Oh, kantin kampus. Kebetulan aku juga mau kesana, kalau mau ayo bareng?". Cinta menawarkan untuk pergi ke kantin bersama laki-laki itu, karena tujuannya juga sama.

"Wah kebetulan sekali, terima kasih bantuannya. Ayo!".

Mereka pun pergi menuju kantin kampus, dalam perjalanan menuju kesana. Terjadi percakapan singkat diantara keduanya.

"Namaku Evan. Namamu siapa?". Tanya laki-laki yang memperkenalkan dirinya sebagai Evan.

"Oh, aku Cinta kak. Cinta Anastasya. Panggil saja aku Cinta." Balasnya.

"Namamu cantik, Cinta. Seperti sebuah kata dengan 5 huruf yang memiliki arti namun sulit untuk memahaminya. Kuharap kamu tidak seperti itu ya. Hihihi". Papar Evan

"Wah, puitis sekali kak Evan." Kata Cinta memuji.

"Aku suka sastra, jadi hal-hal mengenai itu sangat aku sukai." Tandasnya lagi.

Penjelasan itu sukses membuat Cinta tertarik, apapun mengenai kesastraan dan bahasa ia sangat menyukainya. "Aku juga sangat menyukainya."

"Lama sekali sss..sih!". Mala terdiam sejenak. Dia mengamati laki-laki yang datang bersama sahabatnya. Paras tampannya mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya, senyum mengembang di bibir laki-laki bernama Evan ini membuat para perempuan diluar sana meleleh hanya karena melihat senyumnya. Lesung pipi yang mendominasinya menambah kadar ketampanan laki-laki ini. Tepat sesuai dugaannya. Mala bahkan menganga melihatnya.

"Heh, mata tuh dijaga. Nggak bisa lihat yang bening dikit." Cinta memprotes tindakan Mala yang terlalu ketara memperlihatkan ekspresinya.

"Siapa cogan ini?." Tanya Mala tak sabar.

"Kenalin namanya kak Evan. Dia lagi nunggu saudaranya, katanya sih mahasiswa di kampus ini juga. Karena tempat janjiannya di kantin kampus ini jadi yang aku ajak bareng saja kesini.". pungkasnya.

"Bagus. Itu benar. Kasihan kan kalau kak siapa tadi?".

"Evan". Kata Evan memperkenalkan diri. "Ah iya kak Evan. Kasihan kan kalau nyasar. Aku Mala kak." Lanjut Mala sambil menyodorkan tangan berkenalan.

"Jadi kalian mahasiswi disini jurusan apa?". Tanya Evan.

"Kita berdua mahasiswi jurusan Sastra dan Bahasa kak." Jawab Mala antusias.

"Bahasa apa yang kalian pilih?"- "Bahasa Indonesia." Lagi-lagi Mala yang menjawab. Cinta hanya diam mendengarkan Mala yang begitu terlihat sangat tertarik dengan Evan. Dia membiarkan sahabatnya bercengkrama tanpa berniat mengganggunya, hanya sesekali ikut menjawab dengan anggukan kepala sebagai isyarat.

"Ah, dulu waktu aku kuliah aku juga memilih jurusan yang sama."

"Benarkah, kak?. Wah kita satu server." Mala menepuk kedua tangannya berseru.

Lama mereka berbicara tiba-tiba Evan pamit setelah membuka dan melihat isi ponselnya. "Sayang sekali aku harus pergi, sepupuku membatalkan janji temunya. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita bisa lanjut mengobrol lagi.".

"Yah, kok pergi sih kak. Kan belum selesai mengobrolnya." Raut wajah sedih ditampilkan Mala yang sengaja dibuat-buatnya.

"Kuharap aku bisa lebih lama disini, tapi maaf aku harus pergi. Lain waktu kita sambung lagi ya. Kuharap kita bisa jadi teman dilain waktu. Aku pamit."

"Iya pasti- dan dijawab anggukan kepala saja oleh Cinta.

Evan berdiri dan pergi meninggalkan Cinta dan Mala dikantin kampus. Tidak ada yang aneh dengan hadirnya seorang Evan secara tiba-tiba dikampus itu. Tidak ada yang tahu pula rencana yang telah disusun olehnya untuk Cinta. Dibalik paras tampannya yang menyembunyikan rencana jahat untuk Cinta, tentu siapa saja tidak akan menyangka. Wajah bak malaikat yang dimilikinya bisa merubahnya menjadi iblis ketika berkaitan dengan orang ketiga. Dialah Evan Permadi.