webnovel

Bab 01

Malam ini adalah malam satu suro dan tepat di malam ini seorang dukun bernama Subroto atau yang sering di panggil oleh warga di sebuah desa dengan sebutan eyang Broto, sedang melakukan ritual memanggil salah satu arwah perempuan yang meninggal bunuh diri karena dihamili oleh kekasihnya.

Tujuan eyang Broto memanggil arwah perempuan itu untuk dijadikan sebagai anaknya dan juga eyang Broto mengubahnya menjadi manusia.

**TPU Daksinoloyo**

"Mudhun nduk, bapak akan mengubah kowe bali menjadi jalma kanggo bapak jadikan kowe sebagai anak bapak ayo mudhun nduk." pinta eyang Broto.

Selesai ritual eyang Broto membawanya pulang dan kini arwah perempuan itu sudah menjadi manusia sekarang, eyang Broto memanggilnya Dinda.

**Beberapa tahun kemudian**

Setelah beberapa tahun kemudian seorang pemuda yang bernama Revandra Aditya Wardana atau Evan, sedang menginap di rumah adiknya dan juga ikut sarapan pagi bersama dengan adik dan adik iparnya.

Evan adalah seorang duda yang baru seminggu menikah dan di tinggal oleh istrinya. Istrinya meninggal karena sakit, sedangkan adiknya baru saja menikah setelah setahun kepergian istri Evan.

"Dik.." Evan memanggil adiknya.

"Iya mas, ada apa?" tanya Titah.

"Mas dan suami kamu tiga hari lagi mau naik gunung, kemping maksudnya bisa tidak kamu siapkan keperluan kita, seperti perbekalan, obat-obatan, dan peralatan kemping lainnya, soalnya mas dan suami kamu hari ini ada meeting di luar kantor sampai nanti habis isya baru pulang, takutnya mas tidak sempat mempersiapkannya?" tanya Evan.

"Oh ya boleh mas, nanti setelah mas Evan dan mas Afgan pulang dari kantor semuanya sudah siap, insyaallah." jawab Titah.

"Oke ini untuk kamu." kata Afgan yang mengeluarkan dan memberikan sesuatu pada istrinya.

"Apa ini, black card?" tanya Titah yang melihat suaminya mengeluarkan dan memberikan sesuatu.

"Ya, ini untuk kamu pakailah sesukamu dan belilah barang apa saja yang kamu suka." jawab Afgan.

"Oke, makasih sayang muach.." kata Titah.

"Mulai lagi, haduh.." keluh Evan yang melihat kemesraan adiknya dan adik iparnya.

"Makannya cari istri lagi dong, biar tidak sendiri terus juga biar bisa mesra-mesraan kaya gini, hehe.." ejek adiknya.

"Hmm.. Iya deh." keluh Evan lagi.

Tiga hari kemudian Evan dan adik iparnya pergi kemping ke daerah Jawa Tengah. Sampai di sana Evan dan adik iparnya itu menginap semalam di hutan.

Keesokan harinya ketika Evan dan adik iparnya ingin kembali ke jakarta, Evan melihat Dinda, jantung Evan berdetak sangat cepat, rupanya Evan telah jatuh cinta pada Dinda.

Evan meminta adik iparnya untuk tinggal di desa dua hari lalu hari tiganya Evan melamar Dinda. Eyang Broto sebenarnya tidak setuju, tapi karena Dinda yang menyukai Evan, maka eyang Broto menerima lamaran Evan dengan syarat mereka menikah dan yang menikahkan mereka adalah eyang Broto sendiri dan tanpa di hadiri para tamu juga keluarga besar Evan.

Evan pun setuju dengan persyaratan yang di ajukan oleh eyang Broto. Keesokan harinya mereka menikah di malam hari, lusanya barulah mereka pulang. Sesampainya di rumah adiknya menyambut kepulangan mereka.

"Makan siang sudah siap semua kan ngek?" tanya Titah memastikan.

"Sudah siap semuanya nyonya Titah." jawab Cengek.

"Oke, kalau begitu lanjut kerjamu, saya ingin ke kamar dulu mau dandan secantik mungkin untuk menyambut kepulangan suamiku, kakakku dan kakak iparku yang baru." kata Titah.

"Siap nyonya." sambung Cengek.

"Nah kakak ipar ini rumahku, sedangkan rumah kakak ipar sedang dalam renovasi, untuk sementara kakak ipar tinggal di sini." kata Afgan menunjukkan rumahnya pada kakak iparnya yang baru.

"Iya, oh ya kata mas Evan, kamu mempunyai istri dan istrimu itu adalah adiknya mas Evan, lalu sekarang dimana adik ipar?" tanya Dinda.

"Ada di dalam rumah kakak ipar, silahkan." jawab Afgan yang membukakan pintu untuk kakak iparnya yang baru juga mempersilahkan untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Baik, terimakasih." kata Dinda patuh.

Sementara itu di kamarnya Titah masih sibuk dengan bajunya juga sendalnya, pintu kamar di ketuk oleh seseorang.

Tok.. Tok.. Tok..

Ketukan pintu kamar Titah sekali lagi berbunyi, ternyata itu adalah suaminya.

"Mas Afgan." Titah terkejut melihat suaminya yang ternyata sudah sampai di rumah.

"Iya sayang, oh ya kamu sedang apa, itu ada kakak ipar di depan. Tadi dia juga menanyakan kamu." kata Afgan yang melihat istrinya masih berada di kamar.

"Iya mas, habis ini juga turun kok untuk menyambut kedatangan kakak iparku yang baru, oh ya mas Afgan ini handuk dan juga bajunya sudah aku siapkan ya mas, aku ke bawah dulu ya mas. Menyambut kakak ipar baruku." kata Titah.

"Iya sayang terimakasih." sambung Afgan.

"Iya mas." kata Titah lagi.

Di ruang tengah akhirnya Titah dan Dinda bertemu, Titah yang rupanya adalah anak indigo dapat merasakan sesuatu yang ada pada Dinda. Titah melihat bahwa Dinda bukanlah manusia biasa.

"Hai mbak." Titah menyapa kakak ipar barunya.

"Iya, kamu adik ipar ku, adik mas Evan?" tanya Dinda yang memeluk Titah.

"Iya mbak." jawab Titah yang di peluk oleh Dinda.

" Dia bukan manusia. " kata Titah di dalam hati di saat Dinda memeluknya.

"Oh ternyata kamu sudah bertemu dengan kakak iparmu, dik?" tanya Evan.

"Iya mas Evan." jawab Titah singkat.

"Maaf nyonya, makan siangnya sudah siap di meja makan." kata Cengek memberitahu Titah bahwa makan siangnya sudah siap di meja makan.

"Oh iya, terimakasih ya bi." kata Titah.

"Sami-sami nyonya, punten." sambung Cengek.

"Muhun." kata Titah lagi.

"Mangga, mangga." sambung Evan.

"Oh ya mbak makan siang dulu yuk." ajak Titah.

"Iya." kata Dinda patuh.

Di meja makan Titah tidak berselera untuk makan siang, sebab pikirannya hanya tertuju pada apa yang dia lihat tadi, di saat Dinda dan Titah berpelukan. Suaminya pun tahu bahwa pikiran istrinya sedang di ganggu oleh sesuatu, tapi suaminya tetap memakan makanannya.

Hingga selesai makan siang dan Titah masuk ke dalam kamar saat itulah suaminya bertanya padanya. Titah menjawab semua pertanyaan dari suaminya.

" Tidak mungkin kakak iparku ini bukan manusia, melainkan kuntilanak dan di dalam penglihatan ku tadi ada seorang laki-laki yang merubah kakak iparku ini menjadi manusia, kira-kira siapa ya laki-laki itu? " tanya Titah di dalam hati.

" Ada apa dengan istriku, kenapa tiba-tiba jadi berubah seperti itu, apakah ada yang mengganggu pikiran nya, apa ya kira-kira, duh penasaran nih.. Tapi saat ini kan kami sedang ada di meja makan, lebih baik aku lanjutkan saja makan, jika ada kesempatan baru aku tanya. " kata Afgan di dalam hati setelah melihat istrinya melamun.

"Gan, tah.." Evan menegur adik dan adik iparnya karena keduanya tampak melamun di meja makan saat makan siang bersama.

"Iya mas." jawab Titah dan Afgan bersamaan.

"Kalian berdua kenapa melamun, ada yang sedang kalian pikirkan kah?" tanya Evan.

"Oh ini mas, em.." jawab Afgan gugup.

"Tidak ada kok mas, sudah lanjut saja makan siang nya." jawab Titah juga.

" Huft.. Hampir saja. " kata Afgan sambil menarik nafas panjangnya.

"Oke.." seru Evan.

"Oh ya ngomong-ngomong kalian kan sudah saling bertemu nih, lalu rencana kalian berdua apa?" tanya Afgan.

"Besok sih mas, rencananya aku ingin mengajak mbak Dinda ke mall shoping hehe." jawab Titah.

"Oh shoping, sayang ini ada sesuatu untuk kamu." kata Evan memberikan sesuatu pada istrinya.

"Apa ini mas Evan?" tanya Dinda.

"Ini black card untuk mu sayang, pakailah ini dan belanja lah sesuka kamu." jawab Evan.