webnovel

8. First Kiss

Samudra Sebastian menatap geram pada Ghina Adinata yang mengatakan dia hanya bermain-main dengannya. Ya, Ghina hanya bermain-main ketika membuat perusahaannya nyaris bangkrut dan memaksanya menikah dengan gadis itu buruk rupa itu. Samudra Sebastian mengepalkan tangannya, kalau bisa dia ingin sekali mencekik leher gadis yang saat ini tengah melakukan panggilan di teleponnya dan melemparnya sejauh mungkin dari hidupnya.

Sam merasa sangat kesal karena telah dipermainkan oleh seorang Ghina Adinata, harusnya dia yang bermain-main dengan Ghina tapi kalau dalam keadaan normal tentu dia tak akan sudi bermain-main dengan Ghina. Di luar sana masih sangat banyak gadis yang mau dengannya tanpa perlu memaksa mereka.

"Sudah malam, aku mau tidur," entah kapan Ghina menutup panggilannya. Gadis itu menguap sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan beranjak menuju tempat tidur.

Sam bergeming, bukannya dia tak tahu maksud Ghina tapi dia merasa tak sudi kalau harus mencium gadis yang telah menjadi istrinya. Tanpa Sam ketahui sebenarnya Ghina merasa sangat gugup. Dia ingin men-skip kegiatan mencium malam dan pagi seperti yang ada dalam perjanjian yang sudah mereka tanda tangani tapi dia juga merasa penasaran bagaimana rasanya berciuman.

Di usianya yang hampir dua puluh tujuh tahun, Ghina belum pernah merasakan bagaimana rasanya berciuman. Dia menutup diri dari laki-laki dan fokus pada perusahaan yang dipimpinnya. Selama ini tak sekalipun dia merasa tergoda untuk melakukannya tapi semenjak Dika memasukkan tentang ciuman diperjanjian pernikahannya dengan Samudra Sebastian, Ghina jadi penasaran meski dia tahu sangat salah mengharapkan ciuman yang menghanyutkan dari Sam. Ghina yakin Sam tak akan melakukannya dengan lembut dan suka rela.

Ghina menatap Sam yang masih bergeming di tempatnya, tiba-tiba Ghina merasa dadanya berdesir saat menatap wajah tampan Sam yang memang membuat siapapun akan langsung tertarik. Ghina menduga karena ini adalah ciuman pertamanya karena itu dia merasa sangat gugup.

"Kamu tidak lupa kan kalau kamu harus menciumku setiap malam?" suara dingin Ghina membuat Sam tersadar dari lamunannya.

"Sialan!" umpat Sam dengan wajah ditekuk, dia langsung merasa perutnya agak bergolak. Dengan malas dia berdiri dari kursinya dan mendekati Ghina yang masih duduk dipinggir ranjang. Rasanya lebih cepat dia melakukannya akan lebih baik karena itu artinya akan lebih cepat selesai, toh dia hanya perlu menempelkan bibirnya ke bibir Ghina Adinata.

Ghina merasakan dadanya berdebar saat melihat Sam yang semakin mendekat. Ghina bisa melihat bagaimana pelannya Sam berjalan ke arahnya seakan ada sesautu yang berat yang membebani kakinya. Ghina semakin tidak bisa meredakan debaran dadanya saat Sam sudah berdiri depannya.

Ghina tiba-tiba saja merasa was-was membayangkan apa yang akan Sam lakukan padanya yang jelas dia harus bersiap seandainya Sam muntah di wajahnya. Bisa saja Sam melakukan hal brutal padanya karena itu dia tak berharap Sam akan melakukan hal yang berkesan padanya.

Sam menunduk mendekatkan wajahnya ke wajah Ghina hingga dia bisa merasakan kehangatan nafas Ghina yang menerpa wajahnya. Sam menatap wajah Ghina dengan perasaan jijik saat mendekatkan wajahnya ke wajah Ghina. Entah mengapa dia ikut merasa gugup telinganya bisa mendengar dengan jelas suara degup jantung Ghina yang lebih cepat dari biasanya.

Sam menutup mata saat mendekatkan bibirnya ke bibir Ghina, ada rasa lembut dan manis yang Sam rasakan saat bibir mereka bersentuhan. Harusnya Sam segera menarik bibirnya segera dari bibir Ghina tapi dia malah merasa tersesat di sana. Sam merasa enggan untuk melepas bibir Ghina yang menurutnya sangat nikmat, lebih nikmat dari ciuman sebelum-sebelumnya.

Ini bukan ciuman pertamanya tapi sepertinya ini ciuman pertama buat Ghina, Sam bisa merasakan bagaimana canggungnya Ghina saat bibir mereka bersentuhan. Sam hampir tak percaya tapi dia mempermasalahkannya, dia justru merasa senang karena menjadi orang pertama yang menyentuh bibir Ghina.

Sam bukan hanya menyentuh bibir Ghina tapi dia mulai melumatnya dengan rakus Bukannya menghentikan tindakannya, Sam malah memperdalam membawa Ghina berdiri untuk memperdalam ciumannya. Sam memegang tengkuk Ghina dan menggigit bibir cantik istrinya agar membuka mulut dan dia bisa melesakkan lidahnya ke dalam rongga mulut Ghina dan mengeksplornya. Napasnya memburu seiring dengan napas Ghina yang juga terdengar seperti habis berlari.

Tangan Ghina yang tadinya menahan tangan dada Sam kini jatuh terkulai di sisi tubuhnya. Ghina memejamkan matanya menikamati ciuman Samudra Sebastian yang telah menjadi suaminya. Jadi begini rasanya berciuman?

Ghina segera membuka mata saat Sam tiba-tiba saja menghentikan ciumannya sambil mengumpat. Sam mendorong tubuh Ghina hingga terjatuh ke atas tempat tidur dan segera berjalan menjauh menuju balkon. Ghina hanya menyeringai dan memperbaiki posisi tubuhnya di atas tempat tidur. Ghina menarik selimut untuk menutupi semua bagian tubuh termasuk kepalanya dan meraba pipinya yang panas.

Ghina masih merasa tubuhnya gemetar, ciuman Sam yang begitu lembut dan panas membuatnya hampir tak bisa bernafas tadi. Ghina tak menyangka Sam akan mempelakukan ciuman pertama mereka dengan begitu berkesan. Melihat wajah jijik Sam sebelumnya dia bahkan mengira laki-laki yang telah menjadi suaminya itu hanya akan menempelkan bibirnya sebentar saja. Ghina sama sekali tak menyangka Sam akan menjadi rakus saat menciumnya. Ghina meraba bibirnya yang terasa membengkak karena ulah Sam tadi.

Di sisi lain, Sam berdiri di balkon sambil merutuki dirinya. Dia tak habis pikir bagaimana dirinya bisa terhanyut dalam bibir lembut Ghina. Dia bahkan hampir tidak bisa menahan diri kalau dia tidak segera menghentikan ciumannya. Sam merasa heran kenapa dia tidak merasa jijik saat tadi menyentuh bibir perempuan itu, tadinya dia mengira dia akan muntah saat mendekat pada Ghina tapi nyatanya dia bahkan tak ingin berhenti tadi.

Sam menoleh ke dalam kamar dan matanya segera menatap ke arah tempat tidur berukuran king size di mana seseorang meringkuk di sana dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Tanpa sadar senyum terbit di wajah tampan Samudra Sebastian melihat hal itu. Sangat bukan Ghina Adinata yang dilihatnya selama ini.

Sam segera menghentikan senyumnya. Tidak! Dia tidak boleh terpesona pada gadis buruk rupa seperti Ghina. Sam harus ingat, Ghina adalah CEO Adinata Company yang dingin,kejam, dan licik yang akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Dia tidak boleh terlena dan melupakan tujuannya untuk merebut Adinata Company suatu saat nanti.

"Sialan!" Sam kembali mengumpat, tangannya mengepal keras. Bagaimana bisa tadi dia malah menikmati ciumannya bersama Ghina. Mungkinkah dia sudah gila?

Sam duduk di kursi yang ada di balkon, matanya menatap kosong pemandangan di depannya, sebuah kegelapan yang terisi warna-warni lampu kota. Sam bertekad untuk tidak kembali terlena saat dia harus mencium esok pagi.

***

Next chapter