webnovel

Istri Tuan lugu

Lugu sangat lugu dan sangat polos, itulah Tuan calon CEO termuda bernama Gara Xien. Lelaki blasteran indo-cina ini sudah berumur dua puluh lima tahun, namun tingkahnya yang seperti anak kecil, membuat kedua orangtuanya ragu menjadikan putra tunggalnya itu seorang CEO. Sikap naif atau kepolosannya ini kerap dijadikan bahan ejekan kepadanya. Itu terjadi saat adik yang ia sangat sayangi selalu merendahkan dirinya yang terlalu polos dan naif. Hal-hal itu terus terjadi, hingga suatu hari ia mendapatkan kabar dirinya bukan anak kandung keluarga itu dari seseorang misterius. Ia harus menghadapi kenyataan itu semua, saat dirinya sudah mulai mencintai seseorang gadis kecil yang ia temui di toko permen. "Kamu itu tidak pantas menyukaiku. Kamu hanya anak seorang pembunuh. Gara!" Acha. "Kenapa kalau Ayah kandungku telah membunuh Ayahmu. Apa masalah keluarga itu harus di lampiaskan pada perasaan. Kalian tidak pernah mengerti perasaanku. Aku menyayangimu dan ingin bebas bersamamu." Gara. "Aku menyesal menjadi istrimu!" Acha. "Tapi aku tidak menyesal menjadi suamimu." Gara. Ikuti kisah mereka istri Tuan lugu. 'Gara, Acha.'

Widhi_7581 · Urban
Not enough ratings
8 Chs

2. Calon CEO?2

Setibanya keluarga harmonis itu di depan sebuah rumah mewah dan begitu cerah di samping sisi rumah tersebut dapat terlihat sebuah gambar lautan di dinding. Gambar itu merupakan gambar milik Gara saat ia masih berumur sebelas tahun. Meski bukan gambar hasil tangannya, Gara tetap menyukai gambar itu. Karena apa? Karena laut identik dengan warna biru, warna kesukaannya. Gara keluar dari mobil disusul Anna lalu kedua orangtua mereka.

Rasa senang menyeliputi hati Gara kala melihat rumah kesayangannya kembali. Banyak kenangan di rumah ini bagi Gara. Ketika menjelajahi Negeri Ginseng, Gara terkadang merindukan rumahnya di indonesia. Dia ingin kembali, tetapi teringat dengan dirinya yang sekolah di sini, harus pupus sudah. Dulu, Gara hanya bisa menyampaikan rasa rindu kepada kedua orangtuanya hanya lewat telfon dan video call.

Terkadang juga mengirimkan hadiah barang-barang brand termahal yang diiklankan Bts untuk adiknya Anna. Anna yang merupakan fangirl Army terkadang membuat Gara cemburu dengan adiknya yang lebih menyukai lelaki-lelaki yang hampir seumuran dengan dia.

Yah, meskipun begitu, Gara tetap menyayangi adiknya itu. Tidak ada yang bisa menggantikan Anna di hatinya. Itu sudah jelas, karena dia yang meminta Anna dari kedua orangtuanya. Namun, kata Bundanya Anna dia minta bukan dari Ayah dan Bunda, tetapi kepada Tuhan Sang Pencipta.

Anna diciptakan oleh Tuhan melalui proses yang memerlukan keringat banyak. Sampai sekarang Gara masih menyelediki proses pembuatan Anna yang membuat Ayah dan Bundanya itu berkeringat.

Keluarga itu pun memasuki rumah mewah itu. Aileen tak henti-hentinya memeluk Gara yang juga membalas pelukan sang Bunda dengan hangat. Bahkan sangking Aileen merindukan putranya itu hingga semua makanan sudah siap di atas meja.

"Kamu pasti capek, 'kan. Mandi dulu lalu makan," ujar Bunda.

"Siap komandan!" seru Gara membuat Aileen terkekeh geli melihat wajah putranya itu yang memerah akibat berteriak sekuat tenaga.

Ennoch melepas jasnya dan membuka sedikit kancing bajunya. Meski sudah tua dengan rambut yang sudah beruban, Ennoch tetap tampan satu dua dengan Gara. Tubuh yang masih tegak meski sudah berumur 4 Kaki ke atas. Anak dan Ayah yang sama-sama tampan.

"Kamu kenapa, sayang?" Aileen tiba-tiba datang menghampiri sang suami yang terlihat gundah memikirkan sesuatu.

"Tidak ada sayang." Ennoch menggeleng. Aileen menyentuh dada sang suami memberikan sentuhan hangat lalu mengecup pipi Ennoch, membuat Ennoch tersenyum lalu beralih mencium dengan brutal semua wajah sang Istri hingga dua insan itu terkejut atas tingkah mereka yang ketahuan oleh Anna.

"Ayah dan Bunda kalo mau bikin dede satu lagi, di kamar saja, tapi awas jangan adik laki-laki kayak Kak Gara. Anna tak mau?" Anna dengan wajah kesal berjalan memasuki kamarnya. Meninggalkan Aileen dan Ennoch yang mengerutkan kening. Detik kemudian, mereka tertawa.

Astaga, sepasang kekasih yang harmonis. Meski sudah tua, mereka tetap bisa menyampaikan rasa cinta satu sama lain.

Di dalam kamarnya, Gara melepaskan celananya sehingga sekarang ia hanya menggunakan boxer biru. Sembari melihat seisi ruangan kamarnya yang belum berubah sama sekali, Gara malah berbaring bukannya mandi. Ah au ah, dia masih ingin berlama-lama melihat ruangannya yang belum berubah sama sekali. Hanya sedikit desain lukisan lautan yang menemani setiap persudut kamarnya.

Gara dari kecil sangat suka dengan lautan, tak ayal Gara sangat pandai berenang. Bahkan, sebenarnya Gara ingin sekali menjadi atlet perenang suatu saat nanti. Entahlah, mungkinkah keinginannya itu akan tercapai, mengingat dirinya yang akan melanjutkan perusahaan sang Ayah.

Menjabat sebagai CEO di perusahaan sang Ayah terkadang membuat Gara gundah sendiri. Gara tidak mau mendapatkan jabatan setinggi itu. Ia masih ingin mengelilingi lautan setiap negera. Terutama Gara ingin mengunjungi lautan yang terdapat di jepang. Bermain pasir di pantai dan masih banyak lagi.

Mata Gara yang bengong menatap langit kamar-kamar tersentak seketika ketika Bundanya mengetok pintu. Astaga! Gara bangkit sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kira-kira sudah berapa lama ia bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Gara, kamu sudah mandi. Kalo sudah cepat ke meja makan, Ayah ingin membicarakan sesuatu kepadamu!" teriak Bunda dari luar kamarnya.

Hara pun menyahut, "Iya Bund. Bentar lagi Gara siap," ujar Gara berbohong, padahal menyentuh handuk saja belum. Apalagi mandi. Gara sempat terkekeh karena berbohong sebelum benar-benar pergi ke dalam kamar mandi.

Pertama-tama Gara melepas pakaiannya hingga telanjang dada dan meninggalkan boxer birunya. Kemudian menghidupkan shower hingga Gara yang berdiri di bawah shower langsung terkejut karena tersiram air dingin dari shower.

"Uhh dingiiinn!"

Gara menggigil sembari memeluk tubuhnya yang kedinginan. Wajarlah, Gara sudah terbiasa hidup di Negeri Ginseng yang selalu mandi dengan air hangat. Sesekali Gara akan pergi ke sauna untuk menghangatkan dirinya.

Setelah berkutak dengan kamar mandi dan tubuh Gara sudah terasa segar. Akhirnya Gara keluar dari kamarnya menuju meja makan dengan pakaian yang rapi.

"Gara kok lama banget mandinya?" tanya Ennoch sang Ayah.

"Iya, Yah. Pasti kak Gara ngelakuin hal aneh, 'kan?" Tiba-tiba Anna datang dan langsung menyohor membalas perkataan sang Ayah.

"Tidak kok Yah, emangnya hal aneh apa yang dilakuin dalam kamar mandi?" tanya Gara dengan polosnya.

Ennoch dan Aileen sama menutup wajah karena tidak bisa menjawab pertanyaan Gara.

"Sini, biar Anna jelasin."

"Tidak Nak. Kamu tahu Anna, 'kan nakal banget." Ayah memplototin Anna hingga nyali gadis itu menciut dan langsung dudu di samping Gara dengan tatapan tajam ia layangkan ke arah Gara.

Gara mengulum bibirnya melihat Anna yang sensi banget samanya. Adiknya itu kenapa?

"Ayah, Gara sangat suka di Korea Selatan, tapi lebih suka lagi kalo di indonesia," ungkap Gara layaknya seorang anak kecil yang menceritakan kisah perjalanannya di negeri dongeng. Sambil sesekali menyantap makanannya.

Bahkan, Gara hampir keselek karena terlalu banyak bicara dengan mulut yang penuh dengan makanan. Gara sangat lucu dengan mulutnya yang belepotan hingga sang Bunda turun tangan mengusap wajah sang Anak.

Ennoch yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya itu seperti anak kecil. Tingkah Gara itu tidak salah, tapi itu terkadang membuat Ennoch khawatir. Bagaimana ia akan melihat putranya yang bertingkah seperti anak kecil ini, padahal Gara sudah cukup dewasa dengan umur 25 tahun itu. Gara sudah cukup dewasa untuk memimpin perusahaannya, tapi apakah Gara mampu memimpin itu semua mengingat tingkahnya seperti anak kecil.

"Gara," panggil Ayah membuat Gara mendongak.

"Ya, Ayah," jawab Gara. Ennoch menatap mata sang putra yang sangat sulit baginya untuk menatap mata yang sangat indah itu.

"Gara, kau putra Ayah. Ayah ingin memberikan semua tanggungjawab yang besar untuk Gara. Ayah mungkin tidak bisa melanjutkan perusahaan kita karena Ayah semakin tua. Kini Gara yang harus menjadi seperti Ayah," tutur Ennoch.

Gara tersenyum. "Gara sebenarnya mau Ayah, tapi Gara...." Gara menggantungkan ucapannya.

"Gara ingin menjadi atlet renang." Jawaban Gara itu membuat sang Ayah menghembuskan nafas pasrah.

"Ya, Ayah tahu. Namun, kemana lagi Ayah akan memberikan perusahaan Ayah kalo bukan kepadamu. Kau anak Ayah."

Gara dengan sendunya melihat wajah Ayah yang sedih karenanya. Dia terlihat menimbangi semuanya itu.

"Hmm, baiklah Ayah, demi Ayah dan Bunda. Juga demi Anna." Gara tersenyum sembari mengedipkan mata sebelahnya ke arah Anna yang langsung mendaratkan tatapan tajam ke Kakaknya itu.