webnovel

Kana dalam bahaya

Sudah beberapa jam berlalu, saat ini sudah lewat jam 5 pagi. Kana tampak berusaha tidur di kamar tamu ditemani oleh beberapa orang. Tubuh gadis itu tampak masih lemas sehingga Lily memaksanya untuk istirahat.

Lagi-lagi Kana membutuhkan coklat hangat untuk menenangkan rasa takut, sehingga Lily dan Raven yang kini gantian ke dapur untuk membuatnya. Tinggal Mitha dan Tyron dikamar tamu itu, sementara pengawal lain berjaga diluar. Tyron yang merasa cukup tegang dalam suasana seperti itu pun menuju balkon kamar itu untuk menyesap rokok,

Pintu kamar tamu diketuk dan ketika Mitha membuka pintu itu, sebuah pisau menyayat lengannya beberapa kali dengan cepat dari samping hingga gadis muda itu duduk terjatuh dan meringis kesakitan. Tyron yang mendengar ringisan Mitha kembali masuk ke kamar dengan cepat, namun sayangnya hal diluar dugaan terjadi.

Tubuh mereka mendadak kaku ketika melihat Kana yang lemas sedang berada dicengkeraman orang berpakaian serba hitam dan menggunakan kain untuk menutupi seluruh kepalanya selain mata.

" Kalian maju selangkah saja, leher mulus Nyonya kesayangan kalian akan tergores oleh pisauku " ancam orang tak dikenal itu yang dari suaranya terdengar seperti seorang wanita.

Lily dan Raven yang tiba membawa coklat hangat pun berhenti melangkah didepan pintu kamar, mereka semua benar-benar tidak berani ceroboh atau bisa saja Kana dalam bahaya karena pisau itu menempel di leher Kana.

Orang itu terus berjalan menuju lantai bawah dengan menggiring Kana sebagai sandera sehingga tidak ada satupun orang yang berani maju melainkan hanya bergerak mengikuti langkah si penyusup, karena sedari tadi Kana pun memberi isyarat agar mereka tidak melakukan apapun.

" Kenapa kamu melakukan hal ini?" tanya Kana saat mereka menuruni tangga dengan langkah yang sangat pelan karena tubuh Kana yang menempel dengan si penyandera membuat mereka sulit melangkah.

" Karena saya yang akan dibunuh jika tidak menyerahkan Anda secepatnya pada Tuan asli saya, Nyonya. Maafkan saya " jawab si penyandera.

" Bukankah kamu bisa memberitahu hal ini pada Damian agar kamu terlindungi?" orang itu menggeleng, " saya juga mendapatkan uang dalam jumlah banyak untuk menikmati hidup selamanya setelah ini. "

" Damian juga selalu memberikan gaji yang lebih dari cukup, kan?" lontar Kana. Sejujurnya ia sedang mengulur waktu untuk mengumpulkan tenaga nya yang hilang begitu saja karena shock insiden penembakan tadi sekaligus mencoba bernegosiasi dengan penyandera nya.

" Tuan memang selalu memberikan gaji yang besar, tapi yang saya butuhkan adalah uang sebanyak mungkin untuk hidup enak tanpa bekerja lagi seumur hidup saya " ujar orang yang kini sudah bisa Kana tebak.

" Seberapa banyak? "

" Jika saya berhasil menyerahkan Nyonya padanya saya akan diberi uang 5 milyar, tapi jika saya tidak punya pilihan lain selain membunuh Nyonya saya tetap dapat uang walau lebih sedikit. Mungkin sekitar 2 milyar " Kana mengangguk paham, " bagaimana jika Damian memberimu dua kali lipat dari yang orang itu tawarkan?"

Si penyandera tampak senang, " tentu saja itu bisa dibicarakan, mungkin saya akan menerima pemberian Tuan Damian saja "

Mereka hampir tiba didepan pintu utama mansion ini, Kana menggerakkan tubuhnya tidak nyaman.

" Sebentar, rambutku sedikit membuatku risih. Biarkan aku mengikat rambutku sebentar agar lebih nyaman " pinta Kana dengan santai agar si penyandera tidak curiga.

Si penyandera menyetujui permintaan Kana, tangannya yang memegang pisau sedikit melonggar untuk membiarkan tangan Kana bergerak naik mengikat rambutnya.

Tanpa banyak membuang waktu, tangan Kana bergerak menepis tangan si penyandera yang memegang pisau sekaligus menghantamkan kepalanya ke arah belakang yang ia yakini mengenai hidung dan mulut si penyandera. Kana sudah mengukur dimana wajah dan indra si penyandera saat tangannya berpura-pura akan mengikat rambut.

Tubuh kana terlepas dari si penyandera lantaran orang itu refleks memegang wajahnya yang terkena hantaman kepala Kana, tak menyia-nyiakan kesempatan gadis itu pun melepaskan diri. Namun bukannya berlari, Kana malah memutar tubuhnya sekali lalu melayangkan tendangan ke wajah bagian Kanan si penyandera hingga ia terjatuh.

Semua pengawal langsung bergerak memegangi tubuh si Penyandera, Kana berdiri dengan terengah-engah setelah si penyandera berhasil ditahan.

Kana memerintahkan agar para pengawal mengikat kaki dan tangan si penyandera lalu didudukkan di kursi, gadis itu duduk ditemani oleh banyak orang terkecuali Mitha yang saat ini sedang mendapat penolongan pertama oleh beberapa pelayan lain yang mengerti caranya.

" Kenapa kamu melakukan hal ini, Lilia? " tanya Kana yang membuat si penyandera kaget, " bagaimana Anda bisa tau?" desisnya.

" Karena aku tidak mungkin lupa dengan suara yang selalu ku sukai saat menceritakan impiannya yang sangat hebat " jawab Kana tersenyum perih. Kana tau Lilia, salah satu pelayan yang sering bercerita tentang impiannya untuk kuliah ke luar negeri.

" Anda ternyata menganggap saya orang baik ya " kekeh Lilia yang kini wajahnya sudah dibuka dari kain hitam yang tadi menutupi wajahnya.

" Anda orang yang baik hingga membuat saya tanpa sadar membocorkan fakta tentang mata-mata " lontar gadis berambut sebahu itu.

" Tapi sayangnya, setelah membocorkan fakta itu semuanya malah menjadi runyam. Terpaksa, Tuan saya yang asli mengeluarkan senjata lain, yaitu penembak jitu yang tadi malam menyerang kalian untuk mengalihkan perhatian Tuan Damian sehingga saya memiliki celah untuk membawa Anda pergi. "

" Maaf, tapi lebih baik Anda bunuh saja saya sekarang juga " pinta Lilia, tak lupa ekspresi putus asa yang ia tampilkan.

" Tidak, kamu bisa saja selamat jika memberiku informasi yang berguna, Lilia " celetuk Damian yang sudah kembali bersama pengawal lainnya dengan kemeja putihnya yang sudah terciprat darah dimana-mana.

" DAMIAN" Kana berlari memeluk suaminya tak peduli dengan noda darah di pakaian pria itu,

" Lehermu terluka, sayang " gumam pria itu menatap Kana untuk meneliti setiap detail wajah dan tubuh istrinya.

" Raven, urus pengkhianat itu seperti kemarin. " perintah Damian. Mata pria itu melirik ke arah tas kerja yang selalu dibawa Raven kemanapun ia pergi,

" Tampaknya tas kerjamu sudah tak berguna hingga istriku yang harus menyelesaikan penyanderaan ini, ya?" sindir Damian pada Raven yang menurutnya tak becus menjaga Kana.

" Anda kira semua ini terjadi pada Nyonya Kana karena siapa? Tidak kah anda merasa bersalah karena sudah melibatkan Nyonya Kana kedalam kehidupan kotor Anda?" celetuk Lilia dengan tawa mengejek.

" Tutup mulutmu, j*lang " desis Damian. Merasa hal ini takkan berjalan mudah, Damian meminta Lily untuk mengantar Kana ke kamar tamu untuk diobati lehernya yang terluka.

Belum beberapa langkah Kana pergi, Lilia memanggil gadis itu.

" Tidakkah Nyonya harus tau fakta sebenarnya? " Kana menghentikan langkah ketika merasa ucapan Lilia membahas tentangnya,

" harusnya Nyonya tau seberapa mengerikannya Anda selama ini, bagaimana menjijikkannya tingkah Anda hanya untuk obsesi semata, belum lagi bagaimana jika Nyonya tau bahwa… " perkataan Lilia tiba-tiba terhenti membuat Kana membalikkan tubuhnya untuk melihat keadaan Lilia.

Lilia masih tetap bergerak namun mulutnya tampak diam, tidak mengucapkan apapun lagi.

" Kenapa Lilia menjadi diam?" tanya Kana.

" Mungkin Tuan aslinya menanamkan racun di mulutnya untuk mencegahnya membocorkan rahasia lebih banyak ketika sudah tertangkap, Nyonya " jawab Raven cepat. Kana menghela napas lelah, apakah mereka kira dia bodoh?

" Anggap aku percaya. Khotya ya znayu, chto ty solgal mne Raven. " ujar Kana lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Raven dan Damian yang terkejut dengan fakta Kana bisa berbahasa Rusia.

*meskipun aku tau bahwa kamu berbohong, Raven.

Next chapter