webnovel

Istri Sang Juragan

Novel ini 50% terinspirasi dari kisah nyata beberapa orang yang saya kenal Selamat membaca. Salam MS Assalamualaikum...semangat pagi...mohon maaf kepada para pembaca novel "Istri Sang Juragan" untuk sementara penulisan novel ini dihentikan, di karenakan novel ini telah di bajak di aplikasi lain. anda jangan kaget kalau saya melakukan perubahan sub judul di novel ini, perubahan caver dan sebagian isi . terima kasih banyak kepada mereka lebih yang lebih memilih webnovel. saya mencintai reader semua...saya terharu atas kesetiaan anda di novel ini. salam hangat! MS.

Meri_Sajja · Realistic
Not enough ratings
599 Chs

Penunggu Rumah Yang Malang

Hasnah tidak banyak membawa baju. Baju yang lama juga sudah usang. Ia harus membeli baju baru. " Pake tuh bajunya si Murni!!"

"Ngga deh!" " Iih sombongnya deh sekarang!! "Beda ukuran kak" Rita mengangguk mengerti.

Siang itu mereka bercerita kondisi Murni. "Dia sudah sekarat?!" Hasnah mengangguk. Rita memukul-mukul lantai kayu ulin dengan kakinya.

Mereka harus bersabar lebih banyak. kalau mau mendapat lebih banyak lagi.

***

Richman duduk di sisi Murni, sudah satu minggu tak ada tanda-tanda Murni akan bangun dari tidurnya. Secara medis ia dinyatakan koma namun ia seperti tidur saja. Ia tenang. Wajahnya damai. Kondisinya masih relatif stabil. Belum terdeteksi jenis penyakitnya. Tetapi kulit wajahnya lebih cerah dari biasanya. Seluruh tubuhnya telah terpasang berbagai alat bantuan. Richman sudah cukup kuat menghadapi kenyataan dialaminya. Di pesantren tak hentinya dilaksanakan ritual keagamaan dan doa-doa, serta bacaan ayat suci alquran di kirimkan untuknya.

Richman membayar biaya khusus perawatan dan tindakan medis yang diperlukan, menambah dokter dan perawat, juga memasang cctv yang dihubungkan ke laptopnya.

Sore harinya ia pulang ke Kotabangun.

Hasnah mrndengar suara mobil Richman masuk halaman, tapi mobil itu meluncur masuk terus menuju jembatan. Richman terlihat keluar menuju Rakit Resort Aji. Om Aji dan Mbo Minah memeluknya. Hasnah menarik nafas berat. Airmatanya mengalir pedih. Sudah seminggu mereka menikah, tetapi tak pernah menelpon atau mengirim pesan. Sekali dia datang bukan masuk rumah untuk menyapanya tetapi malah ke belakang menemui kakeknya. Ia mencoba menyabarkan dirinya mungkin saja Richman belum siap menerima pernikahan ini. Ia sendiripun canggung menghadapi Richman sebagai suaminya. Hasnah kemudian menyibukkan menyiapkan makan malam kesukaan Richman yang disukainya. Sampai jauh malam Richman tak kunjung datang. Hasbah mengintip di jendela kaca di belakang, hasilnya hanya keheningan. Meski malam purnama dan nampak terang di kejauhan , tetapi tak ada bayangan Richman. Ia ingin pergi ke resort, tapi ia merasa malu. Padahal ia selalu pergi kesana sesuka hati. Tak ada Maulana. Ia tak ada bahan bicara. Ia selalu pergi ke rakit mengajar Maulana menulis membaca, memandikannya, memancing ikan. Sekarang ia tak punya alasan untuk datang kesana. Apalagi statusnya dia sekarang istri kedua Richman. Apa kata orang-orang kalau ia istri pengganti yang tak diinginkan. Hasnah menghapus airmatanya. Naif sekali. Ia dulu selalu berhayal jadi istri Richman. Tak pernah peduli kata orang seandainya impiannya jadi kenyataan. Ia berusaha bersolek diri berharap Richman tertarik padanya dan meninggalkan Murni. Ia dulu berfikir tak peduli, bila ia menikah dengan Richman dan harus menyingkirkan Murni, maka akan dia lakukan. Tapi ketika Murni menyuruhnya menikah dengan Richman. Menyerahkan suaminya dengan ikhlas, tetapi justru ia merasa tak nyaman. Ia seperti prnghuni rumah kosong. Rumah yang ditinggankan. Ia yang dilupakan. Sungguh malang.

Hasnah memejamkan matanya yang perih karena mrnangis. Sekarang ia berharap di kasihani. Walau tak dicintai. Dengan penuh keberanian ia menulis pesan. "Kak Richman...kapan pulang?" Ia sempat ragu. Tapi kemudian. Tekan enter. Send. Diterima.Tak dibaca.

Dini hari ia mendengar Richman masuk rumah, membuka pintu kamar.Menutupnya.Klik.Di kunci.

Pagi setelah subuh ia mendengar Richman keluar kamar, berjalan mendekati kamarnya. Berhenti. Berjalan lagi menuju dapur. Suara orang mengambil air di despensher. Minum. Keluar rumah. Menguncinya. Hasnah keluar kamar. Ia melihat Richman berjalan ke dermaga menuju pangkalan minyak. Ada Hanafi dan Hambali. Masuk kantor. Satu jam kemudian ia mendengar KM Saribulan berlayar.

Hasnah berbalik ke kamar tapi pandangannya tertuju kepada amplop putih di meja makan. Untuk Hasnah. Uang 30 juta. Ada pesan. Gunakan keperluanmi. Tak ada tanda tangan.

Dulu ia iri dengan Murni yang punya banyak uang dan perhiasan, rumah, mobil. Sekarang ia tak membutuhkannya. Ia hanya ingin cinta Richman. Perhatiannya.

***

Pagi itu Hasnah pergi ke bank menyimpan sebagian uang yang diberikan Richman. Rita tidak boleh tau berapa banyak uang yang dimilikinya, ia pasti minta jatah lagi.

Di depan Rumah ia bertemu Faisal security di pangkalan minyak. "Juragan memberikan ini", ia menyerahkan tas dari kertas. Ketika di rumah ia membukanya. Perhiasan satu set kalung, gelang, anting dan cincin Serta kunci Sepeda Motor Scoopy. Ia memang melihat motor itu di garasi masih baru. Ia dulu mengira motor itu untuk Radiah adiknya. Tetapi motor itu tidak pernah di pakai siapa-siapa. Awalnya ia ingin membeli sepeda motor untuk keperluan dirinya, dengan uang yang diberikan Richman. Sekarang sudah tak perlu. Motornya dulu sudah di ambil Rita untuk kegiatannya sehari-harinya. Hasnah memandang perhiasan itu, dimana ia bisa menyimpannya? Di rumah? Rita pasti akan merampasnya. Rita sudah beberapakali mencoba mencari-cari di rumah itu perhiasan Murni, kalau saja dapat menemukannya, ia berniat mengambilnya. Perhiasan ini kalau dipakainya Rita pasti akan beraksi. Meminjam atau menjualnya. Hasnah bingung. Akhirnya ia membawa perhiasan itu penggadaian syariah¹. Aman.

Ia tak mengira hatinya sekarang tidak tenang ketika memiliki barang berharga seperti ini, untunglah ada tempat penitipan yang menjamin keamanan dan kenyamanan menyimpan emas.

Siang itu ia mengunjungi orangtuanya. "Abah uma jadi pulang ke banjar?" "Rencananya...kalau ada cukup bekal".

"Kapan?"

"Belum tahu lagi". Ibunya membuat makan siang yang enak ikan pepuyu² masak sayur asam banjar", Hasnah berselera pengen makan.

Hasnah mengeluarkan uang 10 juta dari tasnya dan menyerahkan kepada abahnya, "titipan Richman," Rita melotot melihat uang itu. Ia protes ke Hasnah dengan isyarat matanya. Mestinya tidak sebesar itu diberikan ke abah. hhhh. Rita Kesal. Hasnah pura-pura tak mengerti maksud Rita. Rita mendekati Hasnah dan mrnginjak kaki Hasnah dengan wedgesnya yang berat. Hasnah meringis menahan sakit. Untungnya Abah tidak memperhatikan. Hasnah sudah sedikit berbohong, bilang itu dari Richman, walaupun sebenarnya ia tidak sepenuhnya berbohong. Memang benar uang itu dari Richman untuknya. Disini kebaikan hati Hasnah terlihat mrmbesarkan nama Richman di depan orangtuanya. Sahril bapaknya sebenarnya ia tidak setuju Hasnah menikah dengan Richman. Tapi karena Hasnah tidak menolak. Tak ada salahnya merestuinya. Apalagi sekarang Richman pengertian dengan kesulitannya saat ini. Ada untungnya juga punya menantu kaya, meski jadi istri kedua. Sudah takdirnya.

"Kapan dia pulang?" Rita masih kesal.

"Tadi malam terus berangkat lagi" Hasnah tak peduli.

"Motor baru ya?"

"Iya! Hasnah ikut kesal. kakinya masih sakit. Jadi dia sengaja membuat Rita tambah panas.

"Berapa?

"Ga tau, aku terima pakai aja". Rita tambah kesal. Hasnah tak peduli.

Sementara di tempat lain, Richman kehilangan kesadaranya.

_______

¹ Penggadaian memberikan fasilatas tersebut dengan biaya murah.

² nama lain bethok atau bethik (Jawa), climbing gouramy (Inggris), merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792).