webnovel

DINNER PERTAMA

Sejam kemudian.

Kami selesai makan siang bersama di kantor.

"Pulang jam berapa?" tanya aku sambil menatap Yunki.

"Mungkin jam tiga, kenapa?" jawab Yunki yang di akhiri sebuah pertanyaan padaku.

"Tidak apa-apa hanya tanya saja, ya udah kalau begitu aku pulang duluan sama anak-anak," jawab aku lalu bangun dari duduk.

Dengan cepat Yunki menahan tanganku dan berkata. "Pulang bareng aja dan tunggu dua jam lagi," ucap Yunki.

"Dua jam itu lama," aku menatap Yunki dengan agak sinis.

"Ya tidak apa-apa, tiduran dulu di sofa saja!" Yunki seperti menahan diriku untuk pulang duluan.

Aku tidak menjawab apapun namun aku bertanya. "Oh ya sebenernya ada hubungan apa sama wanita tadi?"

"Hanya teman saja, kenapa?"

"Nanya saja, wanita itu seperti wanita penggoda ya," sindir ku.

"Kenapa kamu bisa bilang begitu?" tanya Yunki

"Keliatan aja dari wajahnya," jawabku, tanpa mengizinkan Yunki untuk berbicara lainnya lalu aku mengatakan. "Udah sana kerja biar cepat selesai dan cepat pulang!"

"Ok!" Yunki bangun dari duduknya.

Yunki menghampiri stroller dan mencium kening kembar dengan lembut, lalu ia kembali ke mejanya dan bekerja.

Setelah Yunki duduk di kursi kerjanya, aku terus-menerus menatap Yunki, lalu berkata. "Dia ayah yang sayang banget sama anak-anak dan baik pula, ia benar-benar suami idaman. Pantas kak Yura mencintainya," batinku.

"Jangan menatapku seperti itu," ucap Yunki

"E ... eh apa sih," aku gugup saat diriku ketauan menatapnya.

"Aku tau kalau aku tampan, jadi berhenti menatapku begitu!" Yunki berbicara penuh percaya diri.

"Hei kembar, kalian dengar tidak? ayah kalian terlalu percaya diri dan memuji dirinya sendiri!"

"Enggak baik ngomong begitu sama anak-anak."

"Udah kerja sana atau aku pulang duluan nih!" ancaman maut aku padanya.

"Iya nyonya!" Yunki kembali bekerja.

Jam 15.00.

Pekerjaan Yunki selesai, tidak terasa diriku tertidur pulas di sofa. Lalu Yunki menghampiriku sambil menatapku.

"Ternyata kamu mirip Yura, bawel banget kalau ada wanita yang mendekatiku. Apa karna kamu adiknya jadi mirip?" tanya Yunki dengan nada pelan lalu mengusap kepalaku.

"Eoh, udah selesai?" aku tiba-tiba saja bangun karena merasa ada seseorang yang mendekatiku.

"Iya!" Yunki langsung garuk-garuk kepala karena canggung, lalu. "Ayo pulang sepertinya kamu lelah."

"Ayo," aku bangun dari sofa menuju stroller.

Aku dan Yunki melangkah pergi keluar sambil mendorong stroller bersamaan dan menuju mobil.

Beberapa menit kemudian sampai di dalam mobil.

"Malam ini dinner, mau?" tanya Yunki sambil menatapku.

"Hah? dinner?" aku agak terkejut sekaligus kaget mendengar pertanyaan itu.

"Kenapa kaget banget? apa sebelumnya pacarmu belum pernah mengajakmu dinner?" Yunki menaiki satu alisnya.

"Ih bukan gitu, nanti kembar gimana?" aku langsung melirik ke kursi belakang.

"Di ajak aja dan pakai pakaian hangat, gimana?" tanya Yunki.

"Ya udah, tapi kenapa tiba-tiba dinner?" jawab aku dengan di akhiri pertanyaan untuknya, belum sempat Yunki menjawab namun diriku memberikan pertanyaan lain padanya. "Oh, apa mau minta maaf karna tadi bermesraan dengan wanita itu?" aku menatap Yunki sedikit sinis.

"Hem, bukan itu!" Yunki agak tidak suka dengan perkataan dariku, lalu ia mengatakan. "Aku hanya ingin mengajak kamu dinner aja dan aku tau kamu mungkin sedikit tertekan karna pernikahan ini," jelasnya.

"Hem, enggak kok, aku sama sekali enggak tertekan," ucapku, lalu. "Aku bahagia bisa menjaga anak-anak kak Yura, walaupun kembar bukan anak-anak aku tapi aku bahagia," lanjutku. "Aku sangat bahagia," sambungku sambil tersenyum bahagia.

"Lalu kamu sendiri menginginkan anak tidak?" tanya Yunki sambil menatapku serius.

"Hah? maksudnya?" aku tidak mengerti.

"Ya kamu mau punya anak enggak?"

"Kenapa jadi nanya itu?" aku sedikit mengerutkan kening.

"Tidak, aku hanya mau tau aja," ucap Yunki.

"Udah jangan bahas itu karena aku masih kuliah!"

"Emang kenapa kalau masih kuliah?" tanya Yunki yang lama-lama mirip wartawan, banyak sekali pertanyaan untukku.

"Nanti aku enggak fokus," jawabku dengan singkat.

"Ya udah punya anak sama kamu nanti aja setelah kamu lulus kuliah," bisik Yunki di telingaku.

"Ih, apaan sih!" aku langsung mengalihkan pandangan.

Yunki hanya tertawa kecil melihat tingkah aku yang seperti salah tingkah, dan Yunki langsung menyalakan mesin mobil dan mengemudi.

"Apa dia salah makan? Kenapa dengan jantung aku? Sepertinya aku harus ke dokter," batin aku yang semakin tidak karuan.

Dua puluh menit kemudian. Sampai rumah ...

Aku langsung mendorong stroller ke dalam rumah dan menuju kamar kembar, lalu Yunki langsung menuju kamarnya.

Yunki sampai di dalam kamar.

"Oh ya waktu Yura koma bukannya Yuna udah punya tunangan, ya? apa mereka masih komunikasi?" batin Yunki.

"Apa Yuna masih berharap sama tunangannya?" batin Yunki sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Setelah meniduri kembar di kamar, aku lanjut ke kamar dan duduk di sofa.

"Sebenernya kak Yunki kenapa sih? apa otaknya sedikit ada gangguan?" batin aku sambil bersandar di sofa.

"Kenapa juga ajak dinner," aku masih terheran-heran dengan ajakannya itu.

"Biarin aja deh, kali-kali dinner lagi hehe."

"Udah berapa lama aku enggak dinner?" tanya aku sambil berpikir.

Jam 18.00.

Aku dan Yunki udah rapih untuk pergi dinner, enggak lupa juga dengan ke dua anak kembar kami yang udah rapih dengan pakaian hangatnya masing-masing. Setelah siap kami melangkah menuju mobil dan pergi ke sebuah restoran.

"Kita dinner dimana?" tanya aku sambil menatap Yunki yang sudah menyalakan mesin mobil.

"Korean BBQ," jawab Yunki.

"Oke!"

Yunki mulai mengemudi menuju restoran dan selama perjalanan tidak ada percakapan apapun.

"Dinner pertama dengan suami," batinku.

Dua puluh menit kemudian sampai. Kami keluar dari mobil dan aku mendorong stroller kembar ke dalam.

"Selamat malam Tuan dan Nyonya," sapa pelayan wanita dengan ramah.

"Malam," ucap aku dan Yunki dengan kompak.

"Silahkan Tuan, di sini mejanya," sambung pelayan itu.

Yunki hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti pelayan itu, aku juga mengikuti langkah Yunki di belakangnya.

"Ah ternyata dia udah pesan meja," batinku.

"Silahkan Nyonya dan Tuan," ucap pelayan itu sambil mempersilahkan duduk.

Kami menganggukkan kepala masing-masing lalu duduk di kursi masing-masing yang sudah di persilahkan oleh pelayan tadi, lalu stroller kembar berada di tengah kursi. Setelah itu,

pelayan tadi pergi untuk mengambil menu makanan yang udah di pesan Yunki sebelumnya.

"Kak, sering ke sini?" tanya aku sambil menatap Yunki, aku sebenarnya dari tadi agak penasaran dengan restoran ini yang menurutku tidak asing dari pandangan Yunki selama ini. Sekilas aku melirik stroller sebelum mendengar jawaban Yunki.