Sekilas Yunki melirik ke arahku dan menatap tubuhku dengan tatapan nakal.
"Apa lihat-lihat," ucapku dengan ketus.
Aku ingin melangkah pergi dari hadapannya Yunki, tapi tiba-tiba saja Yunki menahan tanganku dengan dan akhirnya aku berada di sampingnya Yunki.
"Apa ini ada warna lain?" tanya Yunki pada pegawai wanita itu.
"Hanya ada warna hitam, merah dan maroon saja, Tuan," jawab wanita itu.
"Aku enggak mau pakai itu!" tegas aku pada Yunki.
"Pakai sayang, ini bagus loh!" Yunki langsung merangkul pinggangku dengan sangat manja.
Wanita tadi hanya mengulum senyum saat melihat tingkah kami, sungguh ini sangat memalukan, pikirku.
Entah apa yang ada di dalam pikirannya Yunki saat ini, dia benar-benar mesum. Padahal anaknya sudah ada enam, lalu ia ingin menanam benih lagi padaku? Oh my God! Aku hanya bisa memegangi kepalaku saja saat ini.
"Tolong bawa tiga warna lingerie ini ke ruang ganti," ucap Yunki pada wanita tadi.
"Baik Tuan." Wanita itu sangat ramah lalu melangkah pergi dari hadapan kami untuk mengambil apa yang di inginkan oleh Yunki.
Yunki menuntunku melangkah menuju ruang ganti, tapi aku tidak melangkahkan kakiku hingga Yunki menoleh ke arahku dengan tatapan bingung.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Yunki sambil membelai pipiku.
"Aku mau pulang," jawabku dengan bibir yang sudah mengerucut ke depan.
Yunki mengulas senyum dan berkata. "Andai ini ada di rumah, sudah pasti kamu ada di dalam kungkungan aku," goda Yunki.
"Kamu mesum sekali Tuan Yunki!" teriakku dengan sangat kesal.
"Mesum sama istri sendiri tidak masalah sayangku," bisik Yunki sambil mengecup telingaku membuatku merinding.
"Dasar menyebalkan!"
Aku langsung mendorong pelan tubuhnya Yunki lalu menghampiri ruang ganti dan meninggalkan Yunki. Yunki kembali mengulum senyum dan langsung melangkahkan kakinya menghampiriku.
Yunki benar-benar mesum, padahal di lemariku masih banyak lingerie yang selalu ia berikan padaku. Namun, lagi-lagi ia membelikan lingerie untukku.
Aku hanya bisa pasrah dan masuk ke dalam ruang ganti itu, di dalam ruang ganti itu cukup luas dan tiga warna lingerie dengan model yang sama sudah di siapkan di dalam ruang ganti itu oleh wanita tadi.
"Sangat mesum sekali suamiku," gumam aku dengan gelengan kepala.
Saat aku ingin membuka pakaianku, tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam ruang ganti ini. Sontak membuatku langsung menghentikan tanganku dan menatap seseorang itu, saat aku menatap seseorang itu.
Aku bernapas lega karena seseorang itu ternyata Yunki, entah kenapa dia masuk begitu saja ke dalam ruang ganti ini.
"Kenapa ikut masuk sih? Keluar sana!" Tanpa di sadar, aku mengusir suamiku sendiri.
"Hei, aku ingin melihat istriku," protes Yunki dengan menaikkan satu alisnya.
Aku menghela napas dengan kasar dan berkata. "Kenapa juga sih harus lihat aku? Aku mau coba lingerie ini," kekeh aku yang sangat malas jika suamiku ada di dalam ruangan ini.
"Lalu kalau kamu sudah pakai lingerie ini, kamu akan keluar dengan menggunakan ini?" Yunki menatapku dengan serius.
Yang di katakan Yunki ada benarnya, mungkin sebaiknya Yunki ada di sini aja biar melihatku memakai semua lingerie ini. Namun, aku tidak terima jika Yunki benar-benar akan melihatku mengganti pakaian di sini.
"Cepat pakai sayang!" Yunki mencoba membuka pakaian yang sedang aku gunakan.
"Diam, aku bisa sendiri Tuan Yunki!"
"Hahaha, baiklah!" Akhirnya Yunki pasrah dan diam saja.
Aku mulai membuka seluruh pakaian aku dan mengunakan lingerie, tapi aku tidak membuka pakaian dalam aku. Karena menurutku itu tidak perlu, aku hanya membutuhkan menggunakan lingerie saja.
Namun, ternyata salah. Yunki memaksa diriku juga untuk melepaskan pakaian dalam aku. Aku harus benar-benar melepaskan semua kain yang melekat pada tubuhku.
Dan akhirnya, aku hanya bisa menghela napas saja. Aku menuruti apa yang di perintahkan suamiku, aku malas berdebat dengannya.
'Astaga, tubuhmu sangat menggoda sayang,' batin Yunki setelah melihat tubuhku yang hanya menggunakan lingerie saja.
"Sudah puas, Tuan Yunki?" tanyaku sambil menatap Yunki dengan tatapan kesal.
Bagaimana aku tidak kesal, biasanya Yunki tidak pernah menyuruhku menggunakan lingerie terlebih dahulu saat membeli. Namun, kali ini ia benar-benar berbeda dari Yunki yang biasanya.
Mungkin saja otak mesumnya Yunki sudah menjalar ke DNA, dan sel-sel otaknya sudah konslet karena otak mesumnya.
Sungguh, ingin sekali aku mengganti otaknya Yunki dengan otak yang tidak ada mesumnya. Namun, kalau Yunki tidak mesum. Bagaimana bisa aku bercinta dengan laki-laki yang datar? Astaga, saat ini otakku sudah terkontaminasi oleh kemesuman suamiku sendiri.
"Belum puas kalau aku tidak menikmati tubuh indah kamu, sayang," jawab Yunki dengan menggoda.
Setelah beberapa menit lamanya berada di toko lingerie ini, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena beberapa saat yang lalu, Lia selaku sekertarisnya Yunki menelepon Yunki kalau ada beberapa berkas masalah dalam pekerjaannya.
Jadi, mau tidak mau Yunki memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku juga tidak merasa keberatan akan hal itu, karena menurut diriku pekerjaan jauh lebih penting.
***
Keesokan harinya.
Pukul 7 malam, kami baru saja selesai makan malam bersama. Kami juga tidak langsung beranjak dari kursi masing-masing, melainkan kami membahas sesuatu yang sangat random.
"Jadi, bagaimana les kamu dengan om guru?" tanyaku pada Hana dan Hani.
"Om guru semakin hari semakin tampak," jawab Hana dengan suara centil.
"Benar, om guru membuatku terpesona," sambung Hani dengan suara yang tak kalah centil dari kembarannya.
Dani dan Doni hanya menggelengkan kepalanya saja mendengar ucapan dari kakak kembarnya itu. Karena menurut mereka, Hana dan Hani memang seperti itu mengagumi om guru yang tak lain dari pak Nandi selaku suami dari Bella.
Aku hanya bisa tertawa mendengar ucapan Hana dan Hani, mereka memang selalu bersikap centil seperti itu ketika membahas pak Nandi.
Yunki yang melihat itu hanya menatap datar pada kedua anak kembarnya itu, ia tidak bisa berkata apapun lagi.
"Mama, aku juga mau les sama om tampan," celetuk Winda.
"Kamu masih bocah jangan ikut-ikutan," protes Wendi pada kembarannya--Winda.
"Kamu juga sama-sama bocah kok," balas Winda yang tidak suka di panggil bocah walaupun ia memang bocah.
Yunki menghela napas ketika Winda dan Wendi selalu saja bertengkar seperti Tom and Jerry. Namun, beberapa saat kemudian mereka akan kembali akur lagi seperti biasa.
Seperti itulah Winda dan Wendi yang selalu membuatku dan Yunki semakin gemas. Karena memiliki enam anak itu seperti makan permen nano nano, keenam anak-anak kami selalu bertingkah dan tingkahnya berbeda-beda.
"Mama, kalau aku inap di rumah om guru boleh tidak?" tanya Hana sambil menatapku penuh harap.
"Inap? Untuk apa inap di sana?" jawabku dengan sedikit mengerutkan kening.