webnovel

Yang Mulia (2)

Editor: AL_Squad

"Ck ck, walaupun aku memalukan, tapi aku masih lebih baik dari Ibu Suci Teratai Putih! Namun, dengan tingkat kecerdasanmu, Gu Panpan, kamu bahkan tidak pantas menjadi salah-satu dari Ibu Suci Teratai Suci."

Luo Yin mengejek sambil melihat Shi Yun. Bintik wajahnya tampak seperti cibiran dan hinaan. Tatapannya membuat mual, seolah Shi Yun, yang memakai pakaian putri salju yang begitu kotor.

Mata Shi Yun sedikit redup, tapi untuknya, Luo Yin hanyalah badut. Membunuhnya hanya mengotori pedangnya sendiri...

Selain itu, pasti akan ada orang yang memberinya pelajaran.

Jelas, Gu Panpan adalah orang macam itu. Dia sangat marah terhadap Luo Yin. Dia menyambar Luo Yin seperti anak singa marah, mengacungkan senjatanya.

BAM!

Luo Yin mengangkat kakinya dan menerbangkan Gu Panpan dengan tendangan. Dia mengambil sapu tangan dan menyeka alas sepatunya, berkata dengan menyesal, "Walaupun aku hanya menendangnya dengan kakiku, sepertinya aku tidak akan tahan dengan sepatu ini lagi! Kehilangan sepatu karena satu tendangan ini, itu merugikan, itu sangat membuat kerugian!"

"Kamu…"

Gu Panpan hampir pingsan karena marah. Dia menggertakkan giginya kuat dan melontarkan tiga kata dengan seluruh tenaganya, "Kamu begitu memalukan!"

Melihat ekspresi sakit hati Luo Yin, Gu Ruoyun tertawa histeris, "Dengan keberuntungan keluargamu, membeli sepasang sepatu semudah makan sesuap nasi."

"Itu benar, tapi pelacur kecil ini bahkan tidak seharga tembaga. Bahkan jika kita menjualnya, kita tidak bisa membeli sepatuku ini." Luo Yin menggelengkan kepala dan menghela napas, matanya penuh dengan kesulitan.

Dengan itu, bahkan jika Gu Panpan memiliki muka yang lebih tebal, dia tidak bisa menerima penghinaan lagi. Dengan mudah dia memilih untuk pingsan.

"Tunggu!"

Melihat Gu Ruoyun akan pergi lagi, mata Shi Yun menjadi kelam saat berkata, "Kamu berencana pergi, seperti itu?"

Langkahnya berhenti perlahan. Gu Ruoyun membelakangi Shi Yun, dan nadanya berubah dingin dan kering, tapi itu setajam sebuah pedang.

"Dapatkah kamu menghentikanku?"

Setelah mengatakan itu, dia tidak berlama-lama lagi. Dia berjalan pelan ke dalam Aula Ratusan Herbal, menghilang dari pandangan mata Shi Yun yang semakin dingin...

Shi Yun mengepalkan tinju kecilnya, kemudian melepaskannya perlahan. Dia mengarahkan sepasang mata indahnya ke Qianbei Ye, yang sedang mengikuti Gu Ruoyun. Ada kesedihan di matanya.

Shi Yun.

"Apa kamu sungguh lupa tentangku?"

Dia tidak bisa percaya, tidak bisa percaya bahwa pria ini melupakannya.

Jika itu bukan pernikahan di kehidupan sebelumnya, dia tidak akan bermimpi tentangnya. Walaupun mereka tidak banyak berinteraksi, tapi dalam dunia mimpi, gaya bertarung pedang pria ini telah menggerakan jiwanya. Ini membuatnya percaya bahwa orang ini adalah cinta sejatinya.

Karena itu, tak peduli seberapa hebat yang melamarnya, dia tidak merasa terkesan.

Dia bertahan untuk hari ini, pada Qianbei Ye yang akhirnya muncul.

Sayangnya, dia muncul, tapi tidak mengenalinya...

Jika takdir mereka tidak bersama, kenapa harus pria hebat ini muncul dalam mimpinya? Terlebih lagi, Shi Yun selalu percaya dengan kuat hubungan antara kehidupan sebelumnya dan sekarang!

"Tatapanmu menjijikan!" tatapan memuakkan melintas dimata Qianbei Ye, "Itu seperti kamu mencoba melepaskan semua pakaianku! Kamu bukan Xiao Yun. Selain Xiao Yun, aku tidak ingin orang lain menatapku seperti itu."

Dia tak bisa menjelaskannya, tapi sejak pertama kali melihat Shi Yun, itu membuat Qianbei Ye tak nyaman sampai dia merasa nafsu makannya hancur kapanpun dia berada dalam jarak yang dekat.

Sangat tidak nyaman!

"Xiao Ye…"

Mendengar kata-kata Qianbei Ye, Shi Yun seketika merasa sakit di hatinya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi niat membunuh yang kuat menguncinya seketika. Segera, dia merasa seperti diturunkan ke neraka, tubuhnya terasa sedingin es..

Hembusan kematian mengelilingi Shi Yun, membuat wajahnya menjadi pucat. Tatapan kagetnya menatap wajah indah tiada tara namun juga seperti iblis.

"Kamu tidak pantas menerima nama ini!"

Dingin...

Shi Yun merasa dingin seluruhnya, mulutnya menganga dalam diam. Dia tak bisa berkata satu katapun.