webnovel

Kambing Hitam

Editor: Wave Literature

Gang kecil yang merupakan peninggalan budaya Hangzhou yang umurnya ratusan tahun itu sangat sempit. Di gang itu hanya ada lampu jalan yang redup, rumput dan ilalang yang tumbuh di sudut dinding samar-samar masih dapat terlihat.

Setelah berputar-putar, akhirnya Shen Qinglan menemukan toko itu. Keberuntungannya juga bagus, hari ini si ibu tua belum menutup tokonya.

"Bu, apakah masih ada kue osmanthus?" Shen Qinglan bertanya kepada orang tua berambut putih di depannya dengan suara pelan.

Benar-benar berambut putih, di kepala orang tua itu sudah tidak dapat ditemukan sehelai pun rambut hitam.

Ibu tua itu mendongak dan melihat seorang gadis cantik yang logatnya menunjukkan bahwa dia bukan orang lokal, si ibu pun berkata sambil tersenyum, "Gadis Kecil, kue yang dibuat hari ini sudah terjual habis. Besok datanglah lagi."

Shen Qinglan agak menyesal, "Besok aku sudah akan pergi, mungkin tidak akan bisa datang. Sebelumnya aku mendengar seorang kakek tua berkata bahwa kue osmanthus di tempat ini adalah yang paling otentik. Karena itu aku ingin datang dan membelikan beberapa untuk temanku, tapi kelihatannya dia tidak beruntung."

Melihat raut wajah penuh kasih sayang ibu tua itu, Shen Qinglan teringat dengan Nenek Shen yang sudah meninggal. Dia pun berbicara lebih banyak.

Shen Qinglan berbalik dan hendak pergi, tetapi si ibu tua memanggilnya, "Gadis Kecil, tunggu sebentar. Di rumahku masih ada sedikit bahan yang tersisa. Kalau kamu tidak terburu-buru, tunggu aku setengah jam, aku akan membuatkannya untukmu."

Mata Shen Qinglan agak berbinar, sebuah ungkapan emosi yang jarang terjadi, "Terima kasih banyak, Bu."

Ibu tua itu tersenyum lalu mempersilakannya duduk di dalam toko. Setelah itu seorang wanita yang lebih muda berjalan keluar, di tangannya ada secangkir teh, "Minum teh dulu, nenekku sudah sedang membuatkan kuenya."

"Terima kasih."

Wanita muda itu tersenyum ringan, "Apakah kamu datang ke Hangzhou untuk bertamasya?"

Shen Qinglan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sudah kuduga. Tapi kamu hebat juga bisa menemukan tempat ini. Bahkan banyak orang lokal Hangzhou yang tidak mengetahui tempat ini, tapi banyak orang yang sudah memakan kue osmanthus buatan nenekku tidak hanya akan datang satu kali. Setelah kamu memakannya nanti, berikutnya kalau datang lagi, kamu pasti masih ingin memakannya." Suaranya sangat lembut, khas wanita selatan. Orangnya juga lembut dan dengan mudah membuat orang teringat kepada kabut dan gerimis Jiangnan.

(Jiangnan = wilayah Tiongkok yang terletak di selatan sungai Yangtze. Iklim di sana relatif lembab, langitnya dipenuhi kabut yang terperangkap dalam gerimis sehingga menjadi sebuah pemandangan yang sangat estetis dan indah yang sering digambarkan dalam puisi klasik Tiongkok kuno.)

Wanita muda itu mengobrol dengan Shen Qinglan. Meskipun tidak banyak bicara, tapi itu tetap membuat waktu menunggunya tidak membosankan.

Setengah jam kemudian, si ibu tua keluar sambil membawa beberapa kotak. Dia memasukkan kotak itu ke dalam kantong lalu memberikannya kepada Shen Qinglan.

"Gadis Kecil, kue osmanthus ini tidak mudah diawetkan, sebaiknya dihabiskan dalam beberapa hari ini."

Shen Qinglan menerimanya, "Terima kasih, Bu."

Saat membayar, Shen Qinglan dengan sengaja memberikan uang lebih.

"Nona." Dari belakangnya terdengar suara wanita muda itu, "Kamu keluar dari sini dan berjalanlah sampai ke jalan Changhua di ujung, di sana mudah untuk mendapat taksi."

"Terima kasih." Shen Qinglan mengucapkan terima kasih dengan suara lembut lalu berjalan sesuai dengan arah yang dikatakan wanita muda itu.

Gang ini sangat panjang dan sangat sepi, orang yang lewat tidak banyak.

Tapi belum lama dia berjalan, Shen Qinglan mendengar suara minta tolong. Sepertinya suara seorang wanita, suara itu terdengar sangat muda.

Langkah kaki Shen Qinglan terhenti, ada jejak keputusasaan di keningnya. Mengapa dia selalu menemui hal semacam ini? Waktu itu Shi Feng, kali ini saat pergi untuk membeli kue osmanthus dia mengalaminya lagi.

Apakah dia kambing hitam yang melegenda itu?

Shen Qinglan tidak meneruskan langkahnya. Dia bukan malaikat, dan dia juga tidak berkewajiban untuk melakukannya. Saat itu, dia menolong Shi Feng adalah murni karena ketidaksengajaan. Kalau bukan karena tatapan terakhir Shi Feng kepadanya yang buas bagaikan serigala kesepian itu, dia tidak akan meliriknya meskipun Shi Feng pada akhirnya akan tewas.

Terdengar suara vulgar laki-laki dari kejauhan, membayangkannya saja sudah akan tahu apa yang sedang terjadi.

Langkah kaki Shen Qinglan sekali lagi berganti arah, sepertinya dia akan kembali ke jalannya yang semula.

Tetapi ketika dia baru berjalan dua langkah, dari belakangnya terdengar suara jeritan wanita. Mata indah Shen Qinglan berkilat kecil, lalu dia menghela napas dengan tidak berdaya.

"Lepaskan dia." Terdengar suara Shen Qinglan di kegelapan yang seketika menarik perhatian orang-orang itu.

"Hei, Bos, datang satu lagi." Terdengar sebuah suara laki-laki yang kurang ajar. Shen Qinglan memandang mengikuti suara itu, yang berbicara adalah seseorang berambut kuning, kelihatannya umurnya masih muda.

Dan yang dipanggilnya bos adalah seorang laki-laki berambut merah, umurnya juga masih muda. Di sana masih ada seorang laki-laki lagi, rambutnya berwarna hijau, dia terlihat seperti kura-kura hijau. Kalau ketiga orang itu digabungkan, mereka cocok menjadi lampu lalu lintas.

Di saat yang sama, wanita yang tadi menjerit juga menoleh. Saat dia melihat dengan jelas wajah Shen Qinglan dengan bantuan lampu jalan yang redup, matanya seketika membulat.

"Kakak, cepat lari, di sini berbahaya." Ternyata itu adalah Yan Xi yang pernah bertemu sekali dengannya. Di wajahnya masih ada air mata.

Shen Qinglan tidak lari. Dia melirik Yan Xi sekilas, dia melihat selain wajahnya yang pucat, pakaian Yan Xi masih bisa dibilang rapi.

"Ternyata kalian kenal. Gadis Kecil, bagaimana kalau kamu juga ikut menemani kakak-kakak bermain?" Yang berbicara adalah si rambut merah. Dia menatap Shen Qinglan dengan pandangan bernafsu.

Dua orang lainnya ikut tertawa saat mendengar perkataannya itu. Si rambut hijau mengulurkan tangannya kepada Shen Qinglan. Begitu melihatnya, Yan Xi pun panik.

"Kakak, cepat lari, cari polisi."

Si rambut kuning langsung menekan Yan Xi dan tidak membiarkannya bergerak. Tadi dia tidak turun tangan dan hanya menggodanya. Kalau tidak mana mungkin mereka yang tiga orang pria dewasa tidak bisa mendapatkan seorang gadis kecil? Hanya saja mereka tidak menduga kalau itu akan menarik kedatangan Shen Qinglan yang kecantikannya luar biasa.

Ini benar-benar sebuah kejutan yang tidak terduga.