webnovel

Isi Hatinya Terungkap, Shen Xitong yang Malu

Editor: Wave Literature

Shen Xitong sudah keluar dari rumah sakit, tetapi cederanya masih belum pulih sepenuhnya. Gips di kakinya tidak dilepas. Setelah dia pulang, suasana di rumah pun menjadi lebih ramai.

"Qinglan, kakakmu sudah keluar dari rumah sakit. Karena kamu dia melewatkan konser waktu itu, sekarang emosinya sangat tertekan. Mama berharap kamu bisa banyak mengalah kepada kakakmu. Jangan lagi membuatnya marah." Chu Yunrong menarik Shen Qinglan ke samping dan mengingatkannya.

Shen Qinglan menatap Chu Yunrong, sorot matanya tenang. Chu Yunrong agak tidak nyaman dengan pandangannya, dia memalingkan kepalanya, tidak mau bertatapan dengan putrinya.

"Kalau orang lain tidak memprovokasiku, aku juga tidak akan berinisiatif untuk memprovokasi orang lain." Setelah mengatakannya dia pun pergi tanpa memandang Chu Yunrong.

"Nenek, selama sebulan ini aku di rumah sakit dan tidak bisa menjenguk nenek. Aku benar-benar minta maaf." Di dalam kamar Nenek Shen, Shen Xitong duduk di atas kursi roda.

Nenek Shen melirik kaki Shen Xitong yang terbungkus gips, tidak terlihat seperti apa lukanya, "Bagaimana dengan kakimu?"

Shen Xitong tersenyum malu-malu, "Kata dokter pemulihannya sangat baik, setengah bulan lagi gipsnya bisa dilepas. Setelah itu harus diperhatikan baik-baik, asal tidak terluka lagi maka tidak akan ada masalah."

"Baguslah kalau begitu. Nanti malam biar Bibi Song membuatkan sup kaldu untukmu, minumlah banyak-banyak." Wajah Nenek Shen penuh kasih sayang. Dia selalu sangat baik terhadap anak dan cucunya.

"Terima kasih banyak, Nenek. Tapi…" Shen Xitong menatap Nenek Shen, dia ingin mengatakan sesuatu namun terlihat ragu.

"Ada apa?"

"Nenek, aku tahu karena masalahku ini mama terus menyalahkan adik. Aku sudah memberi penjelasan kepada mama kalau adik tidak sengaja, aku sendiri yang tidak hati-hati dan berdiri tidak stabil. Aku sudah membujuk mama berkali-kali agar jangan menyalahkan adik. Bagaimanapun juga aku telah merebut kasih sayang mama darinya, sudah seharusnya kalau adik marah kepadaku. Nenek, jelaskan kepada mama, ya? Minta agar mama tidak menyalahkan adik lagi."

Shen Xitong berbicara dengan sungguh-sungguh dengan mata tertunduk dan ekspresi sedih. Namun dia tidak memperhatikan senyum di wajah Nenek Shen yang berangsur-angsur lenyap.

"Xitong, kamu sudah ada di rumah kami sejak berumur sembilan tahun, kan?" Nenek Shen tidak menanggapi perkataan Shen Xitong tetapi malah bertanya seakan-akan dia tidak memperhatikan.

Hati Shen Xitong menegang, dia mengangkat matanya dengan tidak berdaya dan bertemu dengan tatapan penuh kasih sayang Nenek Shen. Dia pun menjawab perlahan, "Benar. Aku masih ingat waktu pertama kali datang ke rumah ini, nenek membelikanku banyak sekali baju baru."

"Waktu itu karena kehilangan Lanlan, mamamu mengalami kehancuran mental. Demi mamamu, papamu mengadopsimu dari panti asuhan. Saat itu sebenarnya aku dan kakekmu tidak setuju papamu berbuat begitu, tapi dia bersikeras. Kemudian melihatmu juga berperilaku baik, kami pun menerimanya."

Shen Xitong menggigit bibirnya, "Nenek, aku…"

Nenek Shen mengibaskan tangannya sebagai isyarat agar Shen Xitong jangan bicara, "Sampai sekarang, baik papamu maupun mamamu, mereka semua menganggapmu sebagai putri kandung mereka sendiri. Bahkan mereka juga mengatakan kepada orang luar bahwa kamu adalah putri keluarga Shen. Kami berpikir kalau selama bertahun-tahun ini kami tidak pernah memperlakukanmu dengan buruk, benar bukan?"

Shen Xitong menunduk dan menganggukkan kepala, "Benar. Semua orang di rumah sangat baik kepadaku. Aku juga sangat menyukai rumah ini."

"Setelah Lanlan kembali, aku mengaku, aku dan kakekmu memang lebih menyayangi Lanlan. Bagaimanapun juga dia adalah cucu kandung kami, juga cucu yang telah kehilangan kasih sayang dari kami selama bertahun-tahun. Tetapi papamu selalu memperlakukan kalian sama. Mamamu lebih tidak usah dibilang lagi, dia lebih sayang kepadamu dan mengabaikan Lanlan. Semua orang di rumah ini bisa melihatnya asal punya mata."

"Aku tahu, aku juga pernah menasihati mama agar memperlakukan adik dengan lebih baik, tapi mama…" Shen Xitong berkata dengan agak merana.

"Untuk sementara kita tidak usah membicarakan masalah mamamu. Sekarang di dalam kamar ini hanya tinggal kita berdua. Katakan sejujurnya kepadaku, benarkah Lanlan yang mendorongmu dari tangga?"

Shen Xitong mendongak, saat bertemu dengan sorot mata Nenek Shen yang seakan dapat melihat semuanya, kepanikan melintas di matanya, "Bukan, aku sendiri yang tidak hati-hati…"

"Jangan menipuku dengan dalih itu. Aku sudah hidup lebih dari delapan puluh tahun, apa yang belum pernah kulihat? Apa aku bisa tidak mengetahui pikiranmu? Aku sudah bertanya kepada Bibi Song, beberapa hari itu di ibu kota ada rumor yang mengatakan bahwa keluarga Fu bermaksud menjadikan Lanlan sebagai cucu menantu mereka. Dan kamu menyukai Hengyi, bukan?"

Shen Xitong tidak menyangka bahwa pikirannya yang tersembunyi akan terlihat oleh Nenek Shen, bahkan diungkapkan olehnya. Mau tidak mau dia pun agak malu, "Nenek, aku tidak begitu!"

"Tidak peduli ya atau tidak, hari ini aku akan memberitahumu di sini, jangan memikirkan apa yang tidak seharusnya kamu pikirkan. Kalau kamu menyukai Fu Hengyi, kamu boleh bersaing secara terbuka, nenek tidak akan menentang. Tetapi kalau pikiranmu itu menyinggung Lanlan, mungkin keluarga Shen tidak akan dapat mentolerirmu lagi."

Shen Xitong terkejut. Dia menatap Nenek Shen dengan tidak percaya dan menjelaskan dengan panik, "Nenek, aku benar-benar tidak melakukannya."

"Xitong, nenek tahu kamu pandai, tapi jangan menganggap orang lain bodoh. Seluruh hati ibumu ada padamu, apa pun yang kamu katakan dia percaya. Tapi kami tidak sama. Seperti apa karakter Lanlan, kami lebih mengetahuinya daripada kamu. Seandainya dia benar-benar cemburu karena mamamu lebih menyayangimu, maka aku malah akan senang." Setidaknya dia benar-benar menganggap dirinya adalah bagian dari keluarga Shen.

"Kejadian hari itu, aku tidak peduli kamu sengaja menjatuhkan diri atau kamu tidak hati-hati, aku bisa menganggap kamu tidak hati-hati. Tapi nanti kalau aku sampai mendengar perkataan bahwa Lanlan cemburu kepadamu, maka aku tidak akan melupakannya semudah itu. Mamamu akan membantumu, tapi di rumah ini bukan mamamu yang membuat keputusan. Walaupun aku sudah mati, tetap masih ada kakekmu." Kata-kata Nenek Shen ini tidak bisa dibilang tidak keras, bisa dikatakan kalau dia tidak memberi muka sedikit pun untuk Shen Xitong.

Seandainya ini dulu, mungkin dia masih tidak bisa berbuat seperti ini. Tapi sekarang waktunya tidak banyak lagi. Hari-harinya untuk melindungi Shen Qinglan semakin lama semakin berkurang. Mau tidak mau dia pun berbuat begini.

Walaupun biasanya dia penuh kasih sayang, tetapi bagaimanapun juga dia telah menemani Kakek Shen melewati bertahun-tahun penuh suka dan duka. Dia sudah mengalami segalanya, dia pun bisa mengeraskan hatinya kalau memang harus begitu. Bagaimana mungkin Shen Xitong yang enteng itu menjadi musuhnya? Hanya beberapa kalimat itu saja langsung menyakitkan hati dan pikiran Shen Xitong.

Shen Xitong sangat malu. Sejak dia datang ke keluarga Shen, tidak ada yang pernah mengatakan kata-kata yang begitu keras lagi kepadanya, bahkan sampai dia lupa bahwa dirinya hanyalah anak angkat keluarga Shen. Dia tidak punya hubungan darah apa pun dengan keluarga ini. Mereka bisa menggenggamnya, tentu saja juga bisa menginjaknya. Ini adalah pertama kalinya dia menyadari dengan jelas bahwa di rumah ini dia sama sekali tidak punya kualifikasi untuk bersikap semaunya. Satu-satunya pegangannya hanyalah kasih sayang Chu Yunrong kepadanya. Tapi pada akhirnya, Chu Yunrong juga bukan mama kandungnya. Berapa lama kasih sayang ini bisa bertahan, siapa yang tahu?

Shen Xitong meninggalkan kamar Nenek Shen dalam keadaan terguncang. Dia berpapasan dengan Shen Qinglan yang hendak menengok Nenek Shen. Melihat wajah Shen Qinglan yang acuh tak acuh, Shen Xitong menggigit bibirnya sampai meninggalkan bekas yang dalam.