Mike keluar dari ruangan Ayhner dengan perasaan yang tidak bisa dilukiskan. Hal yang selama ini ditunggu-tunggu sejatinya tidak akan pernah dia dapatkan. Yaitu memiliki seorang cucu keponakan dari Ayhner dan Shelia. Ayhner tidak bisa memiliki anak dan itu adalah pukulan besar untuk keluarga besar Hamilton.
Bahkan, Mike pun belum menikah hingga saat ini. Jika Ayhner tidak bisa memiliki anak, maka tidak akan ada lagi penerus keluarga Hamilton. Itulah yang membuat Mike resah.
Saat sedang melewati ruang tengah tanpa sengaja Mike mendapati sosok Valeri yang sedang membersihkan peralatan makan di dapur, yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Cukup lama Mike menatap Valeri yang membelakanginya. Hal tersebut tentu membuat Ayhner mau tak mau ikut menatap ke arah Valeri yang sedang sibuk tersebut.
"Apa kau sengaja memberinya baju seseksi itu?" tanya Mike yang lalu menatap ke arah Ayhner.
"Bukan aku, Paman," jawab Ayhner gugup. Pandangan Mike seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.
"Lalu siapa?"
"Aku." Jawab Shelia yang baru saja keluar dari ruangan Ayhner dengan kursi rodanya.
Mike tersenyum. Kecurigaannya terbukti benar ternyata. Shelia yang menyuruh Valeri menggunakan baju seperti itu.
"Baju itu terlalu kecil untuknya. Sangat tidak pantas dipakai seorang wanita untuk bekerja. Terlebih lagi, di rumah ini ada seorang pria, yaitu suamimu. Baju itu seperti baju perempuan yang bekerja di tempat hiburan. Apa kau tidak merasa terganggu? Apa rencanamu sebenarnya?" tanya Mike datar.
Shelia tersenyum. "Aku hanya memberinya pakaian sesuai kepribadiannya. Dia pantas menjadi wanita rendahan seperti itu. Dia memang seperti wanita jalang." Shelia mengatakan semua itu dengan berapi-api.
Entah kenapa, kedatangan Valeri di rumah tersebut membuat Shelia amat kesal dan marah.
"Jadi menurutmu, dia seperti perempuan jalang yang suka menggoda pria?" tanya Mike sekali lagi.
"Tentu saja, Paman," jawab Shelia puas dengan jawabannya. Ayhner memijit pelipisnya yang mulai pusing. Alasan Shelia sungguh membuatnya malu.
"Kau begitu sombong menganggap semua wanita seolah berada jauh di bawahmu. Aku tidak tahu alasan pasti kenapa Valeri mau menuruti kebodohanmu memakai pakaian itu. Tapi yang jelas, dengan melakukan itu, kau sudah melakukan kesalahan besar, Shelia."
"Aku tidak pernah salah mengambil keputusan, Paman. Dia pantas di rendahkan seperti itu!" Ucapan Shelia yang sedikit meninggi, membuat Valeri menoleh. Membuatnya berhadapan dengan tiga orang yang sama-sama menatapnya dengan tatapan yang bermacam-macam.
Begitu tidak ada hal yang berarti, Valeri kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Bagaimana jika suamimu tergoda dengan Valeri?" tanya Mike puas. Seketika Ayhner hampir tersedak salivanya sendiri. Dan Shelia pun semakin pucat.
"Ayhner sangat mencintaiku, dia tidak akan berkhianat," ucap Shelia menatap manik teduh Ayhner. Seolah mencari pembelaan atas apa yang ia yakini tentang suaminya.
"Bagaimana jika ternyata, hadirnya Valeri ke rumah ini adalah rencana Ayhner? Sebab dia tahu kau tidak bisa memiliki anak, bukan? Bisa jadi Ayhner akan menyewa rahimnya untuk melahirkan anak-anaknya."
"Paman, aku rasa ini sudah terlalu larut. Kau harus segera pulang." Ayhner memberi isyarat yang tidak diketahui Shelia, agar pamannya tersebut segera pergi.
Ayhner dengan tergesa-gesa membawa Mike keluar dari rumahnya. Dan beruntung Mike paham akan hal itu.
"Apa yang suamiku janjikan padamu?" Valeri yang tengah mengeringkan tangannya, seketika terkejut mendapati majikannya berada di dekatnya.
"Maksud anda?" tanya Valeri bingung setelah dia berhadapan dengan Shelia.
"Apa....Ayhner pernah...bercerita tentang....ah lupakan." Shelia mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Valeri. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain dengan gelisah di pangkuannya.
"Anda tidak berniat melanjutkan pertanyaan anda, Nyonya?" tanya Valeri sedikit tertarik dengan kegelisahan majikannya.
"Aku bilang lupakan, Valeri! Seharusnya aku tidak akan pernah bertanya padamu. Karena pasti kau juga tidak tahu apa pun yang terjadi!" Mata Shelia menatap nyalang ke arah Valeri yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Aku tidak ada hubungan apa pun dengan suamimu, Nyonya. Tapi, jika kau bertanya tentang sesuatu hal yang mungkin aku ketahui, maka jawabannya adalah, ya." Pernyataan Valeri benar-benar menyulut amarah Shelia hingga ke ubun-ubun.
"Beraninya, kau! Memangnya siapa kau, sampai-sampai Ayhner harus berbagi sebuah rahasia padamu, Hah!"
"Tapi, nyatanya aku tahu sedikit banyak tentangmu, Nyonya Shelia. Jadi, apakah kau akan percaya jika aku mengatakan bahwa, aku mengetahui rahasia terbesarmu?" Mata Shelia berlarian gusar mendengar semua ucapan Valeri.
Valeri merasa di atas angin karena sudah mampu membuat Shelia tidak nyaman.
"Aku tidak punya rahasia apa pun. Jadi kau jangan berpikir aku menyembunyikan sesuatu," ucap Shelia geram.
"Syukurlah, Nyonya. Karena aku khawatir jika kau membohongi suamimu dan dia sampai tahu, aku yakin dia akan meninggalkanmu," ucap Valeri puas. Entah dapat keberanian dari mana Valeri bisa begitu berani berbicara dengan Shelia seperti itu.
Yang pasti, Valeri sudah tidak akan terlalu baik lagi pada siapapun. Karena, di rumah tersebut tidak ada satu orang pun yang bisa menolongnya kecuali dirinya sendiri.
"Sebenarnya, apa yang membuat suamiku membawamu ke rumah ini?" tanya Shelia tegas.
"Kenapa kau tidak bertanya langsung pada suamimu, Nyonya? Aku rasa kau lebih berhak bertanya padanya. Aku yakin dia akan mengatakan semua hal padamu. Termasuk alasan apa yang membuatnya membawaku ke sini. Sebab aku sendiri tidak tahu hal apa yang membuatnya begitu tertarik membawaku masuk ke rumah ini. Padahal aku sudah jelas-jelas menolak. Bahkan aku sudah berada di rumah Tuan Axton, dan dia malah membawaku dari sana. Bukankah anda juga mengetahui berita tersebut, Nyonya."
"Kau memang ahlinya menggoda banyak pria, seperti ibumu. Itulah sebabnya Axton sampai tergoda mulut manismu." Shelia mencoba mengembalikan kepercayaan dirinya dengan menyerang pribadi Valeri.
"Benarkah? Tapi nyatanya Tuan Axton sendiri yang mengundangku. Dia memberiku kartu namanya serta aku diperbolehkan tinggal di rumahnya. Tentunya sebelum suamimu datang menyeretku pulang," ucap Valeri telak.
"Lihat saja, aku akan membalas perlakuan tidak sopanmu kepadaku, Valeri," ucap Shelia benar-benar marah.
"Jika kau berani mengganggu hidupku, maka akan ku pastikan kau kehilangan suamimu, Nyonya." Ancam Valeri yakin.
Kelemahan Shelia hanya pada Ayhner. Maka, bagaimanapun caranya, Valeri harus membuat perhatian Ayhner sedikit teralihkan dari keberadaan Shelia. Dengan begitu mau tidak mau ketenangan Shelia pasti akan terusik.
"Ayhner tidak akan terganggu pada godaan wanita sepertimu, Jalang!" ucap Shelia dengan amarah mendidih.
"Kalau begitu mari kita lihat bagaimana nanti hasilnya, Nyonya. Seperti yang anda katakan, kau selalu mengatakan bahwa aku adalah seorang wanita jalang. Maka, akan aku buktikan seberapa jalangku. Dan akan aku buat suamimu bertekuk lutut. Aku berjanji padamu, Nyonya Shelia."
"Kau tidak akan seberani itu!"
"Apakah kau juga tak percaya jika aku katakan bahwa suamimu pernah menciumku di ruang kerjanya? Tentu saja kau takkan percaya. Jadi lupakan saja." Valeri mengibaskan tangannya dengan dibuat-buat.
Mata Shelia kian berkabut. Dalam hatinya, Shelia benar-benar menyangkal semua itu. Tapi tatapan Ayhner pada Valeri memang berbeda. Dan ditambah lagi, kebohongan yang Shelia ciptakan pasti sedikit banyak mempengaruhi perasaan Ayhner.
Valeri sedikit membungkuk untuk mensejajarkan tingginya dengan Shelia. Kemudian, perlahan Valeri berbisik.
"Mulai saat ini aku akan terang-terangan menggoda suamimu, Nyonya. Ucapanmu akan menjadi kenyataan. Selamat."