Sebelumnya, jangan lupa masukan karya ini ke dalam daftar bacaan kalian ya, terimakasih…..
*****
"Lepaskan, atau ku tembak kepalamu?"
Pedro menyeringai. Pria bertumbuh tambun itu sama sekali tak takut dengan gertakan tersebut. Padahal Valeri sudah gemetar setengah mati. Valeri menatap pria bermata hijau tersebut. Perjalanan hidup macam apa ini. Baru beberapa jam lalu mereka terlibat perdebatan. Dan kini Valeri kembali bertemu lagi dengan pria yang sudah berani menciumnya.
Ya, pria itu adalah Ayhner. Pria yang sama yang sudah Valeri datangi beberapa waktu lalu. Tapi kini Ayhner sudah menjelma menjadi pangeran yang lumayan tampan dengan balutan jas mahalnya.
"Siapa kau? Berani-beraninya memerintahku!" geram Pedro.
"Gadis ini milikku dan jangan ikut campur!"
"Oh, begitu rupanya. Baiklah kalau itu maumu." Pria bermata hijau itu pun mengeluarkan sesuatu dari balik jas-nya, kemudian mengarahkan tepat lurus dikepala Pedro. Seketika Pedro memucat, juga dua anak buahnya.
"Aku juga tak suka bermain-main. Membuatmu kehilangan nyawa bukan hal yang sulit bagiku. Jadi, sebelum semua terlambat, lebih baik pikirkan ulang. Mau kau lepaskan dia, atau kau kehilangan kepalamu?"
"Jika aku menolak bagaimana?" bantah Pedro. Tapi Secepat kilat pria itu juga melakukan pembelaan dan sedikit bernegosiasi. "Maksudku, perempuan ini adalah ladang uang bagiku. Dia berhutang banyak dan sudah sejak lama aku mencarinya. Jadi coba Tuan pikiran, susah payah aku mencarinya. Setelah bertemu, Anda menyuruhku melepaskanya. Ini sangat konyol, Tuan." Bela Pedro panjang lebar.
Ayhner sedikit menunduk untuk melihat wajah Valeri yang ketakutan.
"Rupanya kau berhutang dimana-mana. Sungguh menyedihkan." ucap Ayhner mengejek kesombongan Valeri. Masih teringat jelas penolakan Valeri beberapa waktu lalu. Dan kini hanya dalam hitungan jam, Ayhner kembali bertemu Valeri dengan keadaan yang lebih menyedihkan.
"Anda mengenalnya, Tuan?" tanya Pedro terkejut.
"Tentu saja, dia juga berhutang padaku." Ayhner beralih menatap tajam pada Pedro dengan masih mengacungkan senjata api pada Pedro.
"Tapi, jika dia berhutang padamu, rasanya anda tak akan keberatan jika uang yang dia pinjam tak dikembalikan. Aku pikir, anda cukup kaya, jadi aku harap anda tidak menginginkan gadis ini juga," ucap Pedro. Ayhner sedikit berpikir lalu mengangguk.
"Oke, lalu bagaimana usulmu?" tanya Ayhner kemudian kembali memasukkan senjata api itu dibalik jas-nya.
"Ijinkan aku membawa gadis ini, Tuan. Aku akan menjualnya. Karena aku yakin dia tidak akan sanggup membayar hutangnya," jelas Pedro.
"Kau benar, itu ide yang bagus," ucap Pedro menatap Valeri lekat. Ada umpatan tipis yang Valeri ucapkan. Membuat Ayhner tersenyum tipis.
"Jadi, bagaimana? Apa Anda setuju jika aku membawanya pergi?" Pedro sudah berbinar. Matanya menatap nyalang pada Valeri. Bayangan tubuh Valeri berada dibawah kuasanya sudah memenuhi kepalanya.
"Aku lebih baik mati jika harus ikut denganmu!" teriak Valeri tepat didepan wajah Pedro.
"Kurang ajar!" geram Pedro sambil menampar wajah Valeri hingga hampir terjatuh. Hal tersebut sedikit mengejutkan Ayhner. Valeri memberontak sekuat tenaga hingga Pedro dan anak buahnya kewalahan.
"Diam atau akan kubuat wajahmu cacat selamanya." Pedro mengeluarkan pisau kecil kemudian ditempelkan tepat pada pipi Valeri.
Valeri lebih baik mati dari pada ikut dengan Pedro. Tapi, Valeri tidak mau meninggalkan ayahnya sendirian. Meskipun suatu saat nanti ayahnya pun akan mati,tapi setidaknya tidak untuk saat ini.
"Serahkan saja dia padaku. Akan aku bayar berapa hutangnya," ucap Ayhner dingin. Pedro tersenyum miring.
"Jadi anda juga menginginkan wanita ini? Jangan dia, Tuan. Dia bagianku. Orang kaya seperti Anda bisa memilih wanita dari kalangan atas. Biarkan wanita ini menjadi milikku sebelum aku jual ke tempat pelacuran." Tawa Pedro menggema ditengah kilatan amarah Ayhner.
"Kau rupanya tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa? Sebelum aku hilang kesabaran, katakan berapa hutangnya dan berikan dia padaku!"
"Tidak akan pernah! Dia mesin uangku dan Anda jangan ikut campur!" Pedro tak mau kalah. Baginya menemukan Valeri adalah hal luar biasa yang ia nantikan sejak lama. Bisa memiliki Valeri semalam saja, bisa untuk menghapus hutangnya selamanya. Bukankah itu sudah sepadan.
"Kau boleh membawanya, tapi tunggu aku mencicipinya dulu." Pedro menempelkan hidungnya menyusuri sisi wajah Valeri. Membuat wanita itu bergidik ngeri, jijik dan ketakutan. Ayhner mengepalkan tangannya melihat itu semua. Ayhner tidak mungkin gegabah bertindak. Salah-salah dia bisa muncul diberita utama besok pagi. Jadi, Ayhner hanya mampu diam melihat perlakuan Pedro pada Valeri yang semakin berani. Sebelah tangan Pedro mencengkeram erat tangan Valeri. Sementara tangan yang satunya mencengkeram rahang Valeri kuat. Dengan pisau yang masih berada ditangan tersebut. Bahkan Valeri bisa merasakan dinginnya besi tersebut saat menyentuh kulitnya.
"Apa kau tahu jika dia bekerja di klub tersebut? Kau bisa terkena masalah karena dianggap menculik pegawai klub tersebut," ucap Ayhner menilik dari seragam yang dikenakan Valeri sangat familiar karena Ayhner pasti sering melihatnya.
"Aku bisa bernegosiasi dengan pemilik Bar ini. Aku mengenal pemilik Bar ini. Aku rasa dia tidak ingin mengurusi hal remeh."
"Jika kau benar mengenal pemilik Klub itu, kenapa kau tak mengenaliku. Aku pemiliknya, kau tahu."
"Pemiliknya adalah Tuan Ayhner. Dan siapa kau? berani-beraninya mengaku sebagai Tuan Ayhner hanya demi bisa membawa wanita ini?"
"Kesabaranku sudah habis, Tuan. Berhentilah bermain-main denganku. Tinggalkan tempat ini, dan jangan campuri urusanku!" Pedro benar-benar kesal sudah diganggu waktunya seperti ini.
Pedro terbelalak. Niatnya hanya untuk nenggertak. Tapi Pedro masih ragu jika pria di depannya itu pemilik Klub tersebut.
"Pemilik tempat ini adalah Ayhner Hamilton. Jadi jangan mengada-ada," lanjut Pedro lagi.
"Aku, Ayhner Hamilton. Pemilik Klub ini. Lepaskan dia, atau kupecahkan kepalamu!" Ayhner kembali mengacungkan senjata ke arah Pedro. Bahkan, pelatuknya pun sudah ditarik. Pedro dan Valeri sama-sama terkejut. Bagi Valeri, dua orang di depannya ini sama-sama membahayakan. Dia harus berfikir untuk lari bagaimana pun caranya.
Jika harus mati, ya sudah mati saja. Hutangnya akan lunas, dan Valeri tidak akan dipusingkan oleh dua orang di depannya ini yang pasti akan mencarinya, kemana pun ia bersembunyi.
Astaga, beberapa bulan lalu, hidupnya masih sangar tenang. Bisa melakukan semua aktivitasnya tanpa gangguan. Hidup berkecukupan dan tanpa belitan hutang.
Diam-diam Valeri mengucap sumpah serapah dalam hatinya. Jika saja sang ayah tidak melakukan kebodohan dengan menipu Tuan Ayhner, mungkin keadaannya tidak akan begini.
Valeri melirik ke arah Ayhner yang masih menatap tajam ke arahnya. Seolah senjata tersebut memang di arahkan kepadanya. Valeri berpikir, tidak mungkin Ayhner akan menolongnya. Meskipun nanti Valeri lolos dari Pedro, bisa jadi Ayhner akan membuatnya lebih menderita. Mengingat kesalahan ayahnya yang sangar fatal.
Tanpa aba-aba, Valeri melakukan gerakan berputar mendadak. Membuat Pedro terkejut dan parahnya, ujung pisau tersebut justru menggores lengan dan pinggang Valeri.
"Arrgghhhh…"
"Valeri…!"
****
Jangan Lupa tinggalkan ulasan kalian….
Terimakasih banyak ya….