webnovel

Isi Kontrak Pernikahan

Lina menatap Reno sekali lagi, ditengah pencahayaan yang kurang karena api unggun yang ada apinya sudah tak sebesar tadi, karena bahan bakarnya yang mulai berkurang.

Dapat Lina lihat sisa air mata dimata Reno masih ada, matanya memang tak sebengkak saat menangis kemarin tapi siapapun yang melihat wajah Reno sekarang pasti mereka akan bisa menebak jika pria itu habis menangis.

"Jika aku menerima cincin ini apa yang akan terjadi pada surat ini..."Lina meraih kotak cincin ditangan Reno dan menyerahkan surat kontrak mereka.

"Surat itu sudah tidak berlaku apa apa termasuk juga dengan semua isi poin dari kontrak itu..."Reno masih tak mau cepat merasa senang mendengar kata kata Lina. Karena bisa saja istrinya itu hanya menghiburnya.

"Lalu cincin ini..."Lina menunjukkan cincin pernikahan mereka yang masih melingkar dijari manisnya.

"Cincin ini hanya tersisa satu jadi tak pantas untuk disebut sebagai cincin pernikahan. Aku tau aku yang sudah membuat cincin ini tak memiliki pasangan. Jadi sebagai gantinya aku ingin kita memakai cincin yang baru..."Reno melepaskan cincin itu dari jari Lina.

"Kata siapa cincin ini sendirian...."Lin mengambil kembali cincin itu dari tangan Reno.

"Nih pasangannya berada disini..."Lina memperlihatkan sebuah gelang yang ia pakai dengan sebuah cincin yang menjadi gantungannya.

Lina memang selama ini selalu memakai gelang kain berwarna hitam itu ditangannya tapi Reno pikir itu hanya gelang biasa yang seperti barang kesukaan Lina dia tidak pernah berpikir jika itu adalah cincin nikahnya yang ia buang dulu.

" Cincin ini aku pungut dari tong sampah depan rumah kita yang dulu. Aku tau kakak sengaja membuangnya dihari kedua kita menikah. Tapi karena aku pikir cukup aku yang sendiri didalam pernikahan ini, jadi aku memakai dua cincin ini sekaligus. Lagi pula sayang jika dibuang begitu saja..."Lina melepaskan gelang itu dan memperlihatkan cincin yang sama seperti milik Lina yang berbeda hanya ukurannya.

"Sudahlah kakak tak perlu terus bersedih mengingat semua yang ada dimasa lalu..."Lina berbicara sebuah kata kata yang memang tak berlaku pada dirinya sendiri tapi dia dengan mudahnya berbicara seperti itu kepada orang lain.

"Cengeng..."Lina mengusap air mata yang terlihat akan menetes di pelupuk mata Reno dan kembali memberanikan diri untuk..

Cup...

Lin kembali mengecup bibir Reno sekali dan kembali menempelkan bibirnya dibibir sang suami tapi kini tak hanya sebuah kecupan, melainkan sebuah hal yang lebih dari itu...

Lina menciumi bibir Reno dengan lembut. dia memberanikan diri memulainya terlebih dahulu, karena Lina tau Reno akan selalu meminta persetujuannya disaat akan melakukan hal lebih dari sebuah kecupan.

Karena semenjak mereka berada disini,divilla ini Reno tak pernah melakukan hal yang lebih dari mengecup dan memeluknya. Lina juga mengerti Reno seorang laki-laki normal pasti sangat merasa tersiksa disaat dia selalu menempel padanya. Apalagi Reno pasti sudah terbiasa untuk menjamah tubuh perempuan yang pasti memberikan tubuhnya secara cuma-cuma.

Dan Lina pun merasa berterimakasih karena Reno tak pernah melakukan hal yang lebih dari apa yang Lina setujui.

Perlahan lahan Reno membalas ciuman Lina tak kalah lembutnya. Seakan-akan Reno takut untuk kembali melukai Lina jika ia mengikuti hasrat didalam dirinya yang sudah mulai bergejolak begitu Lina bereaksi terlebih dahulu.

Ciuman mereka terlihat begitu romantis semuanya terjadi secara alami, Lina melingkarkan tangannya dileher Reno begitu Reno mendudukkan Lina diatas pangkuannya. Tangan Reno memeluk Lina erat dengan satu tangannya memegang kotak cincin takut akan terjatuh begitu mereka hanyut dalam momen romantis mereka.

Reno melepaskan ciumannya dengan tidak rela karena Lina yang terlihat sudah kesulitan untuk bernafas.

"Jadi sekarang kamu bersedia menerima cincin ini kan..."Reno kembali membuka kotak cincinnya tapi begitu Lina ingin menjawab...

"Akhhhh kakak apinya mati..."Lina sudah terlebih dahulu berteriak ketakutan karena api unggun yang menjadi sumber penerangan mereka padam karena kayu api yang sudah habis.

"Sebentar,tenang ya sebentar..."Reno menenangkan Lina yang memeluknya erat karena ketakutan.Perlahan Reno mulai meraba-raba sekelilingnya karena tadi ia masih ingat ada senter didekat mereka.

"Apa kita akan terus disini sampai terang,apa kita akan kembali ke villa dengan berjalan dikegelapan..."Lina mulai berbicara ngelantur karena merasa Reno tak juga menemukan alat penerangan untuk mereka.

"Nih, akhirnya...."Reno merasa lega begitu mendapatkan apa yang ia cari.

"Kita ke pondok aja,tuh disana..."Reno menunjukkan senternya kesebuah bangunan yang tepat berada dibelakang mereka.

"Yuk kita kesana.Peluknya nanti bisa dilanjut didalam.."Reno menggoda Lina karena tak kunjung melepaskan pelukannya.

"Akh iya ayo..."Lina langsung melepaskan pelukannya dan berdiri begitu sadar akan apa yang diucapkan sang suami.

Reno merangkul Lina untuk membawanya kedalam pondok.

"Terus ini..."Lina mengentikan langkahnya begitu Reno hanya membawa dirinya tidak dengan selimut dan bantal yang tadi mereka pakai.

"Biarkan saja, didalam masih ada..." Reno tau Lina pasti berpikir pondok yang akan mereka tempati pasti bukan tempat yang memiliki fasilitas selengkap hotel.

Lina terlihat memperhatikan bangunan didepannya, pondok itu hanya berukuran sekitar 4x5 meter dindingnya terbuat dari kayu dan memiliki satu jendela kecil dibagian depan.

Kriett...

Terdengar suara pintu terbuka begitu Reno berhasil menemukan kunci didalam kantong celananya.Reno tak langsung mengajak Lina masuk tapi Reno terlebih dahulu mencari saklar lampu untuk menerangi pondok mereka.

Begitu lampu menyala Lina dapat melihat dengan jelas tempat tadi mereka duduk yang ternyata terletak disebuah halaman bukan berada ditengah hutan yang Lina pikiran.

"Yuk masuk..."ajak Reno untuk masuk kedalam.

Lina terlihat tertegun melihat apa yang ada didalam pondok kecil itu. Isinya sama seperti hotel berbintang yang memiliki kasur ukuran besar, sebuah televisi yang berukuran besar dengan sofa yang empuk dan kamar mandi. Didalam pondok itu juga tersedia rak cemilan yang berisi makanan khas daerah Bandung itu sendiri tersedia juga air panas lengkap dengan kopi teh dan susunya.

Reno langsung mengunci pintu dan bermaksud untuk melanjutkan yang tadi belum selesai tapi...

"Kak aku kekamar mandi dulu ya..."Lina melepaskan kain batik yang melilit tubuhnya dan sedikit berlari kecil menuju kamar mandi. Lina bukan sedang mencari alasan atau menghindar tapi terlalu lama berada dicuaca yang dingin membuatnya ingin kekamar mandi.

Reno sudah mulai merasa frustasi karena selalu saja ada hal yang terus membuatnya menunggu untuk mendapatkan kepastian dari Lina. Akhirnya dia memutuskan untuk menyalakan handphonenya yang sedari tadi ia matikan karena takut momennya terganggu.

Dan benar saja begitu hpnya sudah aktif terlihat banyak sekali email yang masuk dan pesan dari Leo dan kak Riki. Reno memang tidak libur tapi tidak sepenuhnya meninggalkan pekerjaannya. Di waktu senggang seperti tadi ada Angga dan mba Tesa dia memilih untuk mengerjakan pekerjaan yang dikirimkan Lewat email oleh Leo. walaupun sebenarnya Leo bisa mengurus semuanya tapi Reno tak ingin rasa tanggung jawabnya hilang hanya karena memiliki orang yang bisa diandalkan.

Lina keluar dari kamar mandi begitu ia selesai,dia sedikit berlama-lama didalam sana karena merasa sedikit berdebar mengingat hal yang tadi ia lakukan dan ia dengar. Bahkan beberapa kali Lina mencubit dirinya sendiri karena tak percaya.

"Mawar merah..."satu lagi yang baru Lina sadari didalam sana. Dekorasi kemar kecil itu ternyata dipenuhi dengan bunga mawar disetiap sisinya.

"Apa kakak yang meminta mawar merah ini disini..."Lina mulai yakin jika Reno menyiapkan semuanya dengan sengaja untuk malam ini.

"Iya itukan bunga kesukaanmu..."jawab Reno acuh dengan terus memperhatikan layar handphonenya.

Lina hanya ber Oh ria begitu mendapat jawaban cuek Reno.Perlahan Lina mulai mendekati ranjang dan bersiap untuk tidur begitu sadar Reno terlihat sibuk dengan handphonenya,bahkan Lina bisa menebak jika Reno saat ini tidak sadar jika dia sudah merebahkan diri disampingnya dan tubuhnya sudah tertutup selimut tebal.

Sebelum Lina benar benar terpejam dia melirik kearah Reno yang masih serius menatap layar handphone.Lina hanya bernafas kasar karena disaat ia siap untuk memberikan jawaban tapi Reno seakan sudah lupa dan lebih memilih handphonenya.

"Sudahlah..."Lina menggulung badannya dengan selimut dan menjemput tidurnya yang memang tak perlu ditunggi untuk datang.

"Lima kamu belum selesai ke...."perkataan Reno terhenti ketika sadar jika Lina sudah tertidur pulas disampingnya.

"Bodoh bodoh..."Reno mengatai dirinya sendiri begitu ia sadar tadi dia terlalu fokus akan handphonenya. Reno memang seperti itu jika sudah menyangkut pekerjaan,dia akan serius sampai akhir,sampai pekerjaannya selesai atau sampai dia mengerti poin demi poin dari laporan yang baca.

"Hah, seharusnya kamu tadi panggil aku..."ucap Reno sebal karena Lina membiarkannya terhanyut dengan pekerjaannya.

Reno langsung menaruh handphonenya kasar dan langsung ikut merebahkan diri dengan memeluk Lina erat.

Lina yang menyelimuti tubuhnya sampai leher membuat Reno harus tidur berada dibawah selimut untuk mempermudah dirinya memeluk seluruh tubuh Lina.

Reno yang masih merasa tidak tenang karena belum mendapatkan jawabannya, membuat dia berpikir untuk mengusik tidur istrinya.

Perlahan lahan dia menyingkap selimut Lina hingga memperlihatkan bagian dadanya. Bibir Reno mulai menciumi setiap jengkal kulit Lina yang terekspos karena Lina memakai gaun tidur yang terbuka. Bahkan sesekali dia menggigitnya dan meninggalkan jejak kepemilikannya dipundak Lina dan di leher Lina.

Lina yang merasakan hal itu mulai sedikit terbangun apalagi disaat Reno menggigitnya Lina tau betul itu pasti bukan gigitan serangga atau nyamuk.

"Akh..."Lina berteriak keras begitu mendapat ciuman kedua di lehernya.

"Kak ikh..."protes Lina begitu sadar jika ini ulah suaminya.

"Lagian kenapa tidur duluan..."Reno tetap menaruh kepalanya di atas leher Lina.

"Ya udah yuk tidur bareng..."Lina mengelus rambut Reno lembut.

"Tapi..."Reno ingin tahu dulu apa jawaban Lina tapi...

"Tapi apa..."Lina tahu yang ada dipikiran Reno saat ini pasti tentang keputusannya yang belum ia jawab.

"Tidurlah dulu nanti pagi akan aku jawab..."jawaban yang Lina berikan tak membuat Reno puas malah membuatnya semakin cemas akan nasib perasaannya.

Reno membenarkan posisi tidurnya dan tidak lagi memeluk Lina seperti tadi.Dia mencoba terlihat biasa saja ditengah perasaannya yang kalut karena tak sabar menunggu kepastian.

Lina tersenyum senang melihat Reno yang gelisah karena dirinya. Sebenarnya Lina berharap Reno sudah paham akan jawaban yang ia beri lewat tindakannya bukan hanya harus menunggu keluar kata kata dari mulutnya.

Lina melihat Reno yang mencoba menutup matanya untuk tidur akhirnya memberikan sinyal terakhirnya dengan.

Cupp..

Lina mencium leher suaminya dan meninggalkan jejak disana.

"Akhh..."erang Reno begitu merasakan ciuman Lina dilehernya.

Sedangkan Lina begitu selesai melakukan itu langsung memeluk Reno dan berpura-pura memejamkan matanya. Sebab Reno terlihat belum bisa mencerna apa yang dilakukan sang istri kepadanya.

" I Love You..."ucap Reno dengan senyuman bahagianya begitu menyadari tanda yang diberikan oleh Lina.

"Dingin..."Rengek Lina manja karena belum mendapat balasan pelukan dari Reno.

"Baiklah kita tidur..."Reno dengan semangat menyelimuti tubuh mereka dan memeluk Lina erat didalam dekapannya.

Reno merasa begitu bahagia dengan apa yang terjadi hari ini. Apalagi memiliki Lina dalam hidupnya sudah lebih dari cukup untuk menghapus masa lalu,mungkin lebih tepatnya kebodohannya yang harus hidup tersiksa hanya karena perempuan yang tidak pernah mencintainya dengan tulus.