webnovel

Chapter 10 - Pertemuan Darurat

Sebuah kereta kuda berjalan melewati gerbang pintu masuk Kerajaan Nestrad, kereta kuda itu memiliki corak putih bersih dengan ornamen keagamaan yang menghiasinya. Tentu saja ini membuat sejumlah NPC yang ada disekitar pintu masuk Kerajaan Nestrad menjadi heboh.

Seorang pemuda terlihat turun dari kereta kuda itu dan melewati beberapa prajurit yang menjaga pintu masuk Kerajaan Nestrad. Dari dalam kereta kuda itu, Saintess Vallie memberinya ucapan selamat jalan dengan melambaikan tangannya.

Pemuda itu membalasnya dengan senyuman serta membungkuk untuk memberikan rasa hormat lalu pergi menjauh.

Menyusuri jalanan yang ada di depannya, pemuda itu terpaku pada sebuah layar peta yang menutupi pandangannya. Di peta itu terdapat sebuah titik kecil bertuliskan Nekoya Inn yang merupakan tempat tujuannya.

Layar kecil itu lalu menutup dan tergantikan oleh notifikasi baru yang muncul.

[Special Quest – Saintess HOPE (Case Closed) !]

[Class Detective Special Effect Active!]

[Selamat! Anda telah naik level 15 menjadi level 30!]

Pemuda itu terkejut saat layar notifikasi itu muncul. Bagaimana dia tidak terkejut, hadiah yang diterimanya berganda hingga seratus kali lipat. Ekspresi wajahnya perlahan menjadi senyuman kegembiraan.

Sepertinya, ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkan.

"Begitu ya.. karena aku sudah mendapatkan 10 Koin Emas sebelumnya berarti hanya 20 Koin Emas yang digandakan setelah Quest selesai. Apa boleh buat.. mendapatkan 200 Koin Emas sudah cukup banyak. Entah kenapa ia tidak jadi meminta keringanan biaya, tapi sudahlah..."

"Hmm.. jika harga pasar penjualan 1 Koin Emas sekitar satu juta rupiah berarti 200 Koin Emas setara dengan dua ratus juta rupiah!"

"Apa ini? Aku kaya mendadak!"

Pemuda itu senang sekaligus khawatir dengan pendapatannya ini. Ia senang karena dengan uang yang dihasilkannya ini akan menutup biaya perawatan adiknya tapi ia juga khawatir membawa uang sebanyak itu.

Walaupun 200 Koin Emas itu belum terjual, tapi ia masih saja merasa khawatir membawa uang sebanyak itu.

Pemuda itu sudah terbiasa hidup dengan uang yang berkecukupan. Walaupun orang tuanya mengirimkan uang bulanan untuk kebutuhan dia dan adiknya, uang itu masih memiliki sisa yang cukup untuk keperluan darurat. Hanya saja, sisa uang itu masih belum cukup menutupi keperluan darurat yang dialami adiknya saat ini.

Masalah mendesaknya itu telah teratasi dengan adanya 200 Koin Emas yang dimilikinya itu.

Pemuda itu bisa saja menjual semua Koin Emas yang dimilikinya di forum resmi jual-beli Isekai Online. Tapi, sepertinya ia sudah tertarik pada dunia game ini.

Ada banyak hal menarik di dunia game ini dan ia ingin menyelam di dalamnya.

"Kurasa.. 100 Koin Emas untuk dijual dan 100 Koin Emas untuk simpanan game sudah cukup" dengan tekadnya itu. Ia mencoba untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

Saat ia berjalan sembari memikirkan rencana kedepannya. Langkah kakinya telah membawanya pada sebuah tempat penginapan dengan simbol kucing hitam di pintu masuknya.

Alasan ia memilih Nekoya Inn sebagai tujuannya sangat sederhana. Itu karena Nekoya Inn memiliki akses berupa [Local Market Information] yang berguna untuk mengumpulkan informasi berupa rumor yang beredar. Jaringan informasi lokal yang mengamati wilayahnya, itu bisa menjadi senjata informasi yang sangat berguna. Terlebih lagi, Nekoya Inn merupakan penginapan yang diminati oleh Player sebagai titik save poin.

Pemuda itu memasuki Nekoya Inn.

Pintu itu terbuka secara otomatis dan menampilkan meja resepsionis. Kedatangan pemuda itu langsung disambut oleh dua gadis bertelinga kucing yang mengenakan kimono putih.

"Selamat datang di Nekoya Inn!"

"Ada yang bisa kami bantu, Tuan?"

Dua gadis itu secara bergantian memberikan ramah-tamah yang sudah menjadi standar prosedurnya.

Pemuda itu mendekati dua gadis bertelinga kucing itu.

"Aku ingin menyewa kamar VIP dan..."

Pemuda itu tiba-tiba terdiam.

"Satu set perlengkapan catnip dengan eucalyptus diatasnya."

Dua gadis itu nampak tenang mendengarnya dan memberikan pemuda itu sebuah kunci kamar yang berbentuk kristal.

Pemuda itu lalu menyerahkan satu Koin Emas kepada mereka.

"Selamat menikmati hidangan utama, Tuan ku" dua gadis bertelinga kucing itu mengatakan kalimat itu bersamaan dan membungkuk.

Pemuda itu hanya berbalik arah dan mengaktifkan kunci kristal itu. Dalam sekejap tubuhnya berpindah pada sebuah kamar dengan tata letak ruangan yang begitu mewah.

[Nekoya Inn, Room VIP no.1, sisa waktu penggunaan 7 hari (Real World)]

"Satu Koin Emas untuk tujuh hari dunia nyata. Ruangan ini tidak begitu buruk" pemuda itu bergumam kecil.

Pemuda itu melihat sebuah buku kecil yang terletak di atas ranjang kasur. Ia mengambil buku kecil itu dan melihat isi di dalamnya.

"Bahkan aku bisa memilih gadis pelayan dan kunjungan gadis malam? Kayaknya aku harus mengecek lagi untuk siapa game ini dibuat. Jika anak kecil memainkan ini, mereka akan dewasa sebelum waktunya" pemuda itu meletakkan buku kecil itu di atas kasurnya.

"Oh, apa jangan-jangan karena ini kamar khusus jadi ada pelayanan seperti ini?"

Pemuda itu termenung untuk memahami kondisinya saat ini. Sebenarnya, ia hanya ingin mencoba menggunakan jaringan informasinya yang tertera pada [Intel Exchange]. Nekoya Inn memiliki kode rahasia untuk mendapatkan kamar khusus dengan mengatakan "Satu set perlengkapan catnip dengan eucalyptus diatasnya". Kode rahasia itu akan terus berubah dan jika ingin mendapatkan kode itu, ia harus membelinya di menu [Intel Exchange] dengan harga satu Koin Emas.

Pemuda itu tidak menyangka jika akan mendapatkan pelayanan dan kamar seperti ini. Setidaknya itu membayar rasa penasarannya tentang bagaimana cara menggunakan fitur [Intel Exchange]. Walaupun hasilnya diluar dugaan, tapi sepadan dengan bayarannya.

"Ini cukup menarik.. tapi aku sudah merasa lelah.. sudah waktunya aku pulang" pemuda itu membuka layar menu karakternya dan mencari opsi pilihan logout.

"Oh! Hampir saja kelupaan.. save poin!" pemuda itu kembali mencari pilihan opsi save poin yang ternyata berdekatan dengan opsi pilihan logout.

Setelah dirasa cukup, pemuda itu menekan opsi pemilihan logout. Dalam sekejap pandangannya menjadi hitam dan karakternya di dunia game ini perlahan terlahap oleh cahaya hitam lalu menghilang.

[...]

Tepat setelah Saintess Vallie meninggalkan Kuil Dewi Relena. Sebuah surat yang dikirim oleh salah satu Jendral kerajaan sampai ke dalam istana. Surat itu terbungkus di dalam kantung kain kecil yang terpasang di kaki naga kecil.

Raja kerajaan Nestrad yakni Alexander Allen tengah membaca surat kecil itu. Tubuhnya bergetar setelah melihat apa yang tertulis di dalamnya. Sedangkan Ratu kerajaan ini, Victoria Valencia tengah meminum sebuah teh dan menyadari perubahan sikap Raja.

"Vi-Victoria.. apa kau sudah tahu ini akan terjadi?" tanya sang Raja.

"Jika kita berbicara tentang Saintess Vallie. Cepat atau lambat pasti akan terbongkar bukan? Bukankah akan terasa aneh kenapa satu divisi prajurit kerajaan menjaga Boot Camp Servere dan membersihkan tempat itu setelah terjadi pembantaian antara pasukan Saintess dan pasukan kerajaan" jawab sang Ratu dengan tenang.

"Kalau tahu begini, lebih baik aku pergi mengalahkan Raja Iblis daripada menanggung amarah Saintess Vallie." keringat Raja sedikit menetes layaknya diguyur hujan lebat.

"Kau bicara apa, sayang? Memangnya siapa yang terakhir kali mengalahkan Raja Iblis dan mengakhiri peperangan manusia dengan demon?"

"Kuh!" Raja Alexander tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Ratu Victoria meletakkan cangkir teh yang kosong dan berdiri dari tempat duduknya. "Bukankah sudah waktunya kita menghadiri rapat?"

"Tapi.. bagaimana dengan Saintess Vallie?"

"Lebih baik kita mengurus masalah terdalam kita dahulu" saran sang Ratu.

"Kau ada benarnya, terimakasih Victoria telah mengingatkan ku pada hal penting itu."

"Sama-sama, sayangku."

Karena keperluan yang mendesak, Raja dan Ratu mengadakan pertemuan darurat antar bangsawan kerajaan. Alasan pertemuan itu diadakan karena salah satu sumber bencana yang tersegel telah dicuri dengan dugaan pelaku adalah salah satu bangsawan kerajaan.

Tetapi, tujuan utama dari pertemuan itu adalah mengulur waktu dan mencari alasan untuk menghadapi Saintess Vallie yang membawa seorang pemuda menyelidiki Boot Camp Servere.

Dibalik wibawa dan aura ganas seorang Raja, terdapat ketakutan yang mendalam jika melawan mertuanya.

[...]

Kuil Dewi Relena tertutup rapat. Dari luar tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Saat ini, Saintess Vallie tengah mengurung dirinya sendiri dari dunia luar.

Sementara itu, Raja dan Ratu kerajaan Nestrad yang ada di depan pintu masuk Kuil Dewi Relena tengah memandang satu sama lain.

Mereka telah tiba di Kuil Dewi Relena untuk menemui Saintess Vallie dan menjelaskan situasi yang sedang terjadi akhir-akhir ini.

"Sepi sekali.." ucap sang Raja.

"Ini seperti Saintess Vallie mengusir kita untuk segera pulang atau kehadiran kita tidak diharapkan oleh Saintess Vallie?" balas sang Ratu.

"Oh! Dewi Relena.. kenapa kau memberi cobaan dengan memberi ku mertua seperti ini?" Raja perlahan menutup mukanya dan mengelap keringatnya yang sedari tadi menetes di wajahnya.

Tiba-tiba saja, pintu altar utama terbuka dan menampilkan barisan Priestess yang menyambut kedatangan Raja dan Ratu.

"Eh? Apa ini?" Raja terheran dengan situasi ini.

"Nampaknya, Saintess Vallie berubah pikiran" balas Ratu yang berjalan menaiki anak tangga menuju pintu altar utama.

"Vi-Victoria.. tunggu!" Raja tergesa-gesa berjalan mengikuti langkah sang Ratu.

Kehadiran mereka disambut baik oleh Priestess dan diarahkan menuju salah satu ruangan dimana Saintess Vallie telah menunggu.

Secara umum, perlakuan istimewa ini terlihat normal tapi untuk Raja yang memimpin kerajaan ini dan mengetahui seberapa menyeramkan Saintess Vallie merasakan terror tersendiri dengan perlakuan ini. Dirinya harus berhati-hati untuk tidak mengusik singa yang tertidur.

Mereka tiba pada salah satu ruangan pribadi. Ruangan itu terbuka dan menampilkan Saintess Vallie tengah duduk sembari membaca buku.

Saintess Vallie memberi isyarat untuk meninggalkan dirinya kepada Priestess yang ada di ruangannya.

Mereka meninggalkan ruangan ini dan menutup pintunya. Saintess Vallie berdiri dari tempat duduknya dan mengeluarkan sihir yang menyelimuti seluruh ruangan ini.

Saintess Vallie menyegel tempat ini agar tidak ada suara yang terdengar dari luar.

"Sekarang sudah aman.. percakapan yang akan kita bahas merupakan rahasia tingkat tinggi. Jadi, apa kau bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi Alexander!?" Ekspresi wajah Saintess Vallie terlihat tersenyum tetapi aura yang ada disekitarnya berkata lain.

Saintess Vallie kembali ke posisi duduknya dan mengambil teh yang telah disediakan lalu meminumnya.

Raja Alexander yang menahan dirinya untuk tidak panik perlahan bergetar. Perintah otaknya untuk tetap tenang langsung dikhianati oleh respon tubuhnya. Disampingnya, Ratu Victoria membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat kepada Saintess Vallie.

"Sudah lama kita tidak bertemu, Mama" ucap Ratu Victoria.

"Kau sama sekali tidak berubah, Victoria" balas Saintess Vallie.

Saintess Vallie kini memandangi Raja Alexander yang tengah bergetar kecil. "Tak perlu takut seperti itu, kau juga sudah berusaha keras untuk mengatasi situasi ini, bukan?"

"EHH?" Raja Alexander terdiam. Rasa takut yang perlahan menguasai dirinya perlahan hilang oleh kalimat yang diucapkan Saintess Vallie. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap Saintess Vallie yang tiba-tiba lembut kepadanya.

Raja Alexander berdiri dengan pikirannya yang berlarian.

"Ada apa dengan bocah itu, Victoria?" tanya Saintess Vallie.

"Mama, bocah ini baru saja mengeksekusi seorang bangsawan yang telah mencuri sumber bencana" Ratu Victoria membalasnya sembari mengambil teh yang telah disediakan.

Saintess Vallie dan Ratu Victoria duduk saling berhadapan dan melanjutkan pembahasan mereka.

"Sumber bencana apa yang kau maksud itu?"

"Sacred Blood Fortune."

"Apa? Kenapa benda seperti itu bisa tercuri begitu mudahnya? Bukankah ada tujuh lapisan sihir pengaman yang melindunginya?"

"Walaupun ada tujuh lapisan sihir pengaman, itu akan sia-sia jika orang terdekat kita mengetahui cara untuk menjebolnya."

"Jadi, siapa pengkhianat bodoh ini yang mempu menjebol lapisan sihir pengaman itu?"

"Viscount Barknelyn" jawab Ratu Victoria.

"Astaga.. Viscount Barknelyn yang terkenal tamak itu? Memangnya ia dibayar berapa untuk bisa mengkhianati kalian?"

"Sebenarnya, bukan hanya Viscount Barknelyn saja yang berani melakukan hal itu?"

"Hey! Kenapa kalian tidak bisa mengurus bawahan kalian dengan benar sih!"

"Maafkan kami, Mama.. tapi keadaan menjadi kacau semenjak sekte pembangkit iblis mulai bergerak. Penyelidikan lebih lanjut masih dilakukan untuk mencari tahu rencana mereka."

"Kalian sudah melakukan penyelidikan pada sekte itu?" tanya Saintess Vallie. Ia juga sedikit penasaran dengan pergerakan sekte itu.

Ratu Victoria mengangguk. "Tapi sampai saat ini tidak ada informasi baru yang kami dapatkan."

"Kenapa kalian begitu buruk dengan ini, Ah!" Saintess Vallie tiba-tiba teringat sesuatu. Ia meraba sakunya dan mengeluarkan [Small Phenolphthalein Toolkits] dan [Small Luminol Toolkits] yang tersisa.

"Mau ku perkenalkan pada seseorang yang cocok dengan pekerjaan ini?" tanya Saintess Vallie sembari menyerahkan kedua item itu.

"Mama, apa ini?" tanya Ratu Victoria sembari menerima item pemberian Saintess Vallie.

"Percaya atau tidak, cairan itu mampu mendeteksi darah. Berkat itu.. aku tahu bahwa kita sedang mengejar percampuran antara Succubus dan Vampire."

"Huh???" Ratu Victoria kebinggungan dengan perkataan Saintess Vallie.

"Aku kenal dengan seseorang, berkat orang itu kita sekarang tahu seberapa merepotkan nya Demon yang tersegel di Sacred Blood Fortune."

"Orang itu jangan-jangan.." Ekspresi wajah Ratu Victoria menandakan ia tahu siapa yang dimaksud ini.

"Sepertinya kau tahu siapa yang ku maksud disini, mereka bekerja dengan cepat rupanya."

"Bagaimana mungkin kami tidak mengetahuinya, jika Mama sendiri turun tangan dan mendatangi tempat itu lagipula.." Ratu Victoria memandangi kedua item yang saat ini ada ditangannya.

"Menurut laporan.. salah satu cairan ini menghasilkan cahaya biru yang bersinar. Apa itu benar, Mama?" tanya Ratu Victoria yang dipenuhi rasa penasaran.

"Itu memang benar, aku sudah mengujinya sendiri dengan kedua tangan dan mata ku" balas Saintess Vallie.

"B-bagaimana bisa?" Ratu Victoria keheranan.

"Mau ku tunjukkan bagaimana caranya?"

Ratu Victoria langsung mengangguk. Ia penasaran bagaimana cara kerja kedua cairan yang masih digenggamnya itu.

"Tapi.. sepertinya kita butuh beberapa tetes darah" tatapan Saintess Vallie mengarah pada Raja Alexander disusul oleh Ratu Victoria yang ikut menatap Raja Alexander.

"Kurasa.. kita sudah menemukan sumber yang cocok" Ratu Victoria tersenyum dan berjalan menuju Raja Alexander yang sedari tadi terdiam.

Lamunan Raja Alexander tiba-tiba pecah saat ia merasakan adanya bahaya yang mendekat.

"Vi-Victoria?" dengan penuh keraguan. Raja Alexander bertanya saat Ratu Victoria berjalan mendekat ke arahnya sembari tersenyum.

Senyum yang jauh dari kelembutan. Senyuman itu diisi dengan aura menakutkan yang menyelimuti Ratu Victoria.

"Ini tidak sakit kok" Ratu Victoria tersenyum.

"Apanya?" tanpa mendengar jawaban dari pertanyaannya itu. Raja Alexander dipaksa terbang menghantam dinding yang ada dibelakangnya.

Raja Alexander bangkit dari retakan dinding yang membentuk postur tubuhnya. Ia merasa baik-baik saja tanpa adanya luka yang membekas oleh hantaman itu. Disisi lain, telapak tangan Ratu Victoria mengeluarkan tetesan darah kecil.

"Apa-apaan itu Victoria? Apa aku berbuat salah?" ucap Raja Alexander sembari membersihkan debu yang menempel di pakaiannya.

"Tidak ada. Hanya penasaran saja" Ratu Victoria kembali duduk berhadapan dengan Saintess Vallie.

"Um.. Mama??" melihat reaksi Saintess Vallie yang memegang kepalanya. Tentu saja itu membuat Ratu Victoria sedikit khawatir.

"Kau masih saja tidak berubah, Victoria" balas Saintess Vallie.

"Apanya?" Ratu Victoria memiringkan kepalanya.

Menghiraukan pertanyaan lanjutan itu, Saintess Vallie mengambil [Cotton Swab] yang tersisa untuk mengambil sampel darah di telapak tangan Ratu Victoria.

Saintess Vallie memperagakan bagaimana cara menggunakan kedua peralatan tersebut. Ratu Victoria tampak begitu fokus melihat cara kerja kedua cairan tersebut.

Ketika kedua cairan itu bereaksi dan memperlihatkan perubahan warna. Tatapan Ratu Victoria menjadi lebih serius.

"Bukankah ini sangat berguna ketika menjadi bukti sebuah kasus pembunuhan?"

Saintess Vallie mengangguk, pertanda setuju dengan penyataan itu.

"Jika saja Alchemist kerajaan bisa membuatnya, berapa banyak kasus pembunuhan yang bisa dibuktikan dengan cairan itu" kali ini Raja Alexander masuk ke percakapan mereka.

"Anu.. Mama.. dimanakah orang itu berada saat ini?" tanya Ratu Victoria.

Menghadapi pertanyaan ini, Saintess Vallie pun kebingungan untuk menjawabnya. Pemuda yang ia temui merupakan seorang Player tanpa alamat yang jelas.

"Entahlah.. mungkin dia masih di dalam kerajaan ini atau sudah berpetualang keluar" jawab Saintess Vallie.

"Begitu Kah? Sayang sekali... jika bertemu dengannya kembali. Tolong sampaikan bahwa aku ingin bertemu dengannya, Mama."

"Fufufu.. apa ini? Perselingkuhan?" goda Saintess Vallie.

"Aku hanya penasaran dengan orang yang membuat cairan ini. Jika bisa, aku ingin produksi massal untuk memudahkan penyelidikan kasus pembunuhan."

"Begitu Kah? Apa ada hal lain yang membuatmu tertarik?"

"Oh, satu hal lagi, bagaimana kau mengetahui bahwa Demon yang kita kejar memiliki percampuran keturunan Succubus dan Vampire?"

"Itu.. karena orang itu.. begini Victoria.. apa kau percaya jika darah manusia ternyata mampu menunjukkan darimana ia berasal?"

"Apa maksudnya itu, Mama?"

"Aku hanya sedikit merangkum kata-kata dari pemuda itu, di tempat ia berasal terdapat sebuah kasus pencurian mobil dan mobil itu ditemukan sangat jauh dari lokasi pencuriannya. Saat melakukan penyelidikan terdapat seekor nyamuk yang ditemukan dalam posisi telah menghisap darah seseorang. Lalu nyamuk itu dibawa untuk diteliti dan terdapat darah seseorang yang cocok dengan seseorang yang tinggal di wilayah sana.. dia menyebutnya.. uh.. apa itu namanya.. DNA atau apapun itu.."

"Mobil? Nyamuk? Apa dia berasal dari kerajaan lain?"

"Yah, dia seorang Player. Jadi mungkin dia dari kerajaan lain."

"P-PLAYER!!!" ucap Ratu Victoria.

"Kenapa kau terkejut seperti itu, Victoria?"

"Tentu saja aku terkejut, Mama.. kita membicarakan Player disini.. level terlemah mereka saja sudah cukup kuat untuk melawan prajurit pemula pasukan kerajaan. Jika orang yang kita cari ini seorang player, dia akan ada dimana-mana. Untuk sementara waktu, aku akan mencarinya di Guild Master Adventure."

"Bersemangat sekali dirimu, Victoria."

"Jadi, orang ini yang menemukan bahwa sosok yang tersegel di Sacred Blood Fortune merupakan keturunan antara Succubus dan Vampire?"

"Uhuh.." Saintess Vallie membalasnya dengan menikmati cangkir tehnya.

"Ini akan sangat merepotkan" ucap Ratu Victoria sembari mengelus rambut kepalanya.

"Untuk itu.. berhati-hatilah kalian dan tetap siaga sampai keberadaan mahkluk itu ditemukan" Saintess Vallie menatap mereka dengan serius.

"Kami mengerti!" balas Raja dan Ratu bersamaan.

"Dan satu lagi.. Kuil Dewi Relena akan ikut dalam penyelidikan ini. Karena kita sudah tahu apa yang akan dihadapi, sebisa mungkin kita melakukan persiapan untuk keadaan darurat."

Tanpa ada rasa terpaksa dari kedua belah pihak, mereka bekerjasama untuk mengatasi krisis ini.

[...]