webnovel

Isekai Medic and Magic

Tentang seorang Sarjana Kedokteran yang bodoh dan pemalas. Entah bagaimana caranya dia bisa mendapatkan titel itu dulu. Namun sekarang, setelah ia tertabrak truk dan mengalami koma, jiwanya dikirim ke dunia lain dengan tubuh yang baru! Dia memulai hidupnya di dunia yang baru. Berpetualang tidak tentu arah dengan berbekalkan sedikit ilmu medis yang ia dapatkan dari kuliahnya dan cheat yang dihadiahkan oleh seorang dewi. Di dunia paralel yang penuh dengan magic dan makhluk mistis!

FranticDoctor · Fantasy
Not enough ratings
165 Chs

Epilogue

Ya, tidak salah. Ini adalah chapter epilog. Chapter terakhir di Volume 3 sekaligus intermission sebelum masuk ke Volume 4.

Terima kasih untuk semua Pembaca yang sudah setia membaca dan selalu memberi vote di setiap chapter-nya. Vote kalian adalah semangat saya.

Selamat membaca!

______________________________________

"Kami yang akan membawa kematian kepadamu, setan berkedok malaikat!" Kami berteriak kepada Xerzo sambil terbang ke atas dengan mulus.

Namun, Xerzo sama sekali tidak merasakan takut seperti yang seharusnya dirasakan manusia di hadapan kekuatan yang sangat besar. Ia berkata, "iblis kotor sepertimu memang harus dilenyapkan dari dunia ini! Rasakanlah kekuatan Dewi Gaea ini! Biar semua orang tahu! Bahwa semua iblis memang harus dimusnahkan!"

Kami tak lagi menghiraukan perkataan orang yang sudah kami anggap sebagai mayat. Setelah sampai di ketinggian melebihi atap gedung organisasi Gaean, kami mengumpulkan energi magic di kedua tangan. Kami bersiap menembakkan energi yang sangat besar. Mungkin kami akan membuat lubang besar di tengah Kota Syndas.

Maaf, Ratu Marca. Sebentar lagi kami akan sedikit merusak kotamu yang indah ini.

***

"Tuan Arka kemana?" Cyane bertanya pada Wagos.

"T-Tuan Arka... Mungkin beliau mau menyerang organisasi Gaean?" Jawab Wagos, merinding ketika merasakan aura energi milik Cyane.

"Kemana?"

"S-saya tidak tahu. Tapi... Yang saya tahu adalah lokasi pemimpin organisasi itu berada di S-Syndas..."

"Humfh!" Cyane menghentakkan nafas sambil membuang wajahnya setelah mendengar jawaban Wagos.

"M-m-maafkan saya, Yang Mulia Dagon!" Melihat Cyane kesal karena kurang puas dengan jawabannya barusan, Wagos langsung buru-buru membungkuk sambil memohon maaf kepada Cyane. Wagos sudah lama mengetahui jati diri Cyane yang sesungguhnya berdasarkan informasi-informasi yang telah dia dapatkan dari para pengikutnya. Wagos tahu bahwa Cyane yang tunduk dan patuh kepada Arka itu adalah sosok legendaris dari monster yang sangat kuat dan buas, bernama Dagon.

Cyane menatap tajam ke arah horison dimana Arka dan lainnya terbang meninggalkan mereka. Mereka terbang ke arah selatan, sedangkan Syndas berada di Timur Laut dari lokasi mereka saat ini. Sungguh sesuatu yang bertolak belakang dengan jawaban Wagos.

Cyane bertanya-tanya di dalam hati, apa yang sebenarnya ingin dilakukan Arka dan yang lainnya saat ini? Kemana mereka pergi? Apakah mereka tidak berencana membunuh pemimpin organisasi Gaean di kota Syndas?

Cyane tidak mau lagi memikirkan hal-hal yang tak akan dapat ditemukan jawabannya. Ia kembali fokus kepada perintah terakhir Arka. Perintah simpel, namun tidak mudah dilaksanakan.

Lakukan yang seharusnya dilakukan.

Tapi... Apa?

Apa yang harus dilakukan oleh Cyane jika Arka pergi meninggalkannya? Dari awal... Cyane hanya berada di sini untuk mendampingi dan mengabdikan dirinya pada sang 'Demon Lord' yang diyakininya, yaitu Arka.

Sekarang, Cyane hanya akan menunggu Arka kembali menjemputnya untuk mengajaknya pergi ke suatu tempat entah dimana itu. Entah itu berpetualang atau berdiam di suatu wilayah, apapun itu, asalkan bersama Arka maka hidupnya akan terasa seperti memiliki tujuan. Karena selama ratusan tahun sebelum ia bertemu Arka, hidupnya hanya berenang-renang di samudera tanpa arah maupun tujuan.

Cyane kemudian mulai melangkah meninggalkan semua orang yang sedang sibuk menyelamatkan korban-korban dari serangan para tentara langit. Dia akan kembali ke Desa Kardia. Di antara seluruh tempat tinggal Arka, yang paling nyaman baginya hanyalah di desa para demihuman itu. Cyane masih memendam rasa jijik terhadap manusia, jadi dia tidak ingin menunggu Arka di mansion yang terletak di kota Arvena.

Tapi, tiba-tiba langkahnya terhenti. Di kejauhan dia melihat sebuah benda yang tak asing baginya. Benda itu tertancap pada tanah hampir setengah dari ukurannya. Berwarna hitam, dan seolah menyedot seluruh cahaya di sekitarnya. Membuat area kecil di sekitarnya menjadi lebih gelap. Hanya dengan sekali lirik, Cyane sudah tahu apa itu. Karena itu adalah pedang kesayangan Tuannya.

Kuroshi.

Ya, pedang itu terjatuh ketika Arka menerima tendangan tak berakhlak dari Zeliarus sebelumnya. Tanpa pikir panjang, Cyane langsung bergerak secepat kilat mendekati pedang itu, lalu mencabutnya dari tanah.

"Aaahhhh~ I-ini... Pedangnya Tuan Arkaaa~ Uuhhh... Pedang Tuan Arka memang sangat kerass dan panjaaang~ kalau aku tidak berhati-hati, aku bisa robek... Kyuuhhh~ membayangkannya saja sudah membuatku becekkk~" Ujar Cyane sambil memeluk Kuroshi dan menggosok-gosokkan bagian tumpulnya di pipi dan dadanya. Wajahnya memerah, kedua matanya setengah terbuka, dan liur mengalir dari sudut bibirnya.

Cyane tidak tahu, bahwa tadi itu adalah terakhir kalinya ia bisa melihat Arka. Dan Kuroshi, katana hitam yang dipegang olehnya merupakan peninggalan paling berharga dari Arka.

***

"Om Arthos, kayaknya perangnya udah kelaaarr..." Suara imut Ruby terdengar di lorong ruang bawah tanah istana kerajaan yang terletak di Kota Arvena. Ia bukan menganggap Raja Arthos sebagai raja, melainkan hanyalah seorang om-om kenalan Arka saja.

Raja dan Ratu Kerajaan Balvara sedang berlindung dari kehancuran oleh tentara langit yang berpotensi terjadi. Mereka berada di ruang bawah tanah yang sengaja dibuat sebagai tempat perlindungan terakhir apabila istana kerajaan berhasil dibobol lawan perang.

"Oh, Ruby! Arka menang, kan?" Tanya Raja Arthos, penasaran.

"Hehehee... Iya dooong! Arka, gitu loh! Arka kan super super supeeeeer kuaaaaattt! Hehehehe..." Jawab Ruby dengan ceria. Ia masih bisa merasakan keberadaan Arka, sementara energi light magic dari Zeliarus sudah lenyap.

"Haaahhhh.... Syukurlahh..." Ekspresi tegang Raja Arthos seketika menjadi rileks. Ia langsung memeluk istrinya dan anaknya, Ratu Ristel dan Putri Liviara, yang juga terlihat lega. Begitu juga anggota keluarga royal lainnya yang tidak penting untuk disebutkan namanya.

"Ok, kalo gitu Ruby pulang dulu, ya! Dadah Om, Tante, dan Liv~ Dadah semua~" Ruby yang masih berwujud humanoid berjalan setengah berlari menuju mansionnya dan menemui sang maid yang setia menunggu mansion.

***

"Hyper Ultra Super Fantastic Demon Canon!!!" Arka berteriak hal-hal berbau chuuni sambil menembakkan skill dark magic ke arah Xerzo.

*Zhuuussssh!!!*

*Kabooooomm!!!*

Dalam sekejap, Xerzo yang banyak bacot dari awal hingga barusan pun hancur tak bersisa lagi. Setiap milimeter tubuhnya telah terurai dan lenyap menjadi kehampaan. Tidak hanya Xerzo, tapi area dengan radius 3 meter di sekitar lokasi Xerzo berdiri juga ikut hancur. Menjadi lubang yang gelap dan tak tampak ujungnya. Di waktu yang akan datang, air jernih dan hangat akan keluar dari lubang tersebut. Sepertinya serangan Arka cs. barusan telah menembus lapisan tanah dimana terdapat sumber mata air panas yang nantinya akan menjadi daya tarik wisata terkenal di Kota Syndas.

Energi dark magic yang dilepaskan Arka terlalu kuat. Benar-benar overkill untuk membunuh seorang manusia biasa. Lebay, kalau kata anak jaman now.

Namun suatu hal yang belum disadari oleh Arka adalah, Xerzo secara diam-diam sudah selesai merapalkan mantra kutukan yang memanfaatkan dua buah Kristal Mana di tangannya. Dua dari tiga Kristal Mana legendaris, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ameth-Or dan Emer-Or. Meskipun Xerzo dan segala yang ada di sekitarnya telah lenyap dari dunia itu, namun dua buah kristal itu tetap ada.

Kristal berwarna ungu dengan corak keemasan, dan kristal berwarna hijau dengan corak keemasan, melayang di awang-awang, bersinar terang, beresonansi, dan berputar-putar. Kristal-kristal Mana yang memiliki kekuatan luar biasa ini, memiliki kemampuan yang hanya diketahui oleh segelintir individu. Dan sayangnya, Xerzo adalah salah satunya.

Dengan kemampuan untuk mensuplai energi magic dalam jumlah yang kurang ajar besarnya, sehingga memungkinkan siapapun untuk mengaktifkan skill magic terlarang yang sebenarnya tidak akan bisa diaktifkan oleh manusia karena membutuhkan sumber energi magic yang tidak masuk akal jumlahnya.

Skill magic yang diaktifkan oleh Xerzo adalah salah satu skill dewata. Skill magic yang dapat memindahkan jiwa seseorang ke suatu benda mati atau jasad makhluk hidup yang sudah mati. Soul Extractor. Hanya para dewa yang bisa mengeluarkan skill seperti itu. Namun, dengan bantuan dua Kristal Mana, skill itu dapat diaktifkan. Hanya saja, karena masih kurang satu kristal terakhir yang bernama Citri-Or, efeknya menjadi tidak sempurna.

"Eh? Kristal apaan tuh!?" Arka bertanya kepada Syla dan Ren yang ada di dalam tubuhnya sendiri.

Namun, baik Ren maupun Syla, tidak ada satupun yang bisa menjawabnya. Mereka tidak pernah melihat kristal-kristal tersebut sebelumnya. Dan sebelum pertanyaan Arka terjawab...

"Eh!? Wa!! Eh, eh, eh!!! A-apa ini!?!?"

Dua buah kristal yang beresonansi itu langsung menjerat tubuh gabungan dari Arka, Syla, dan Ren. Sebuah cahaya hijau seperti ditembakkan dari sepasang kristal tersebut dan menyelimuti tubuh mereka. Membuat mereka tak lagi dapat mengendalikan tubuh sendiri.

"Heee!?" Syla menjerit, karena ia merasa seperti jiwanya disedot keluar dari raga gabungan mereka bertiga secara paksa.

Sesaat kemudian, giliran Ren yang berteriak. "Hiyaaa!!" Ren merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan oleh Syla.

"R-Ren! Syla! Kenapa kali-- AAAARRRGHH!!!" Terakhir, Arka pun merasakan hal serupa. Jiwanya dipaksa untuk meninggalkan raganya.

Semua itu adalah efek dari skill Soul Extractor yang diaktifkan oleh Xerzo sebelum kematiannya, menggunakan dua buah Kristal Mana tadi. Dan sekarang, jiwa mereka bertiga sudah lepas dari raga gabungan mereka sebelumnya. Jiwa Arka, Syla, dan Ren disedot oleh dua Kristal Mana itu. Setelah jiwa mereka benar-benar sudah terlepas dari ubun-ubun jasad mereka, otomatis raga gabungan dari Arka, Syla, dan Ren itu terurai dan terpecah untuk kembali membaur dengan alam. Tubuh itu memang hanya terbuat dari 100% energi magic. Tanpa jiwa dan sumber aliran, energi magic akan kembali ke alam. Hal itulah yang terjadi dengan jasad gabungan Arka, Syla, dan Ren.

***

"Aaaaaaawawawawaaa! Apa-apaan iniii! Aku dibawa kemana!? Syla! Ren! Kalian dimanaaa!?!?"

Seluruh tubuhku seperti dihisap masuk ke sebuah lubang antar dimensi. Atau apalah. Entah, aku tidak tahu. Tapi aku merasa seperti dilempar ke alam lain saat ini. Aku merasa seperti di ruang angkasa dan ditarik oleh black hole. Aku memang belum pernah merasakan yang sesungguhnya. Tapi, kalau aku mendeskripsikannya, kira-kira seperti itu.

Setelah peristiwa sedot-menyedot ini berakhir, aku tak bisa menemukan apapun di sekitarku...

Tidak Syla, tidak Ren, tidak benda apapun. Bahkan tidak ada cahaya. Hanya seperti terjebak di antara ruang dan waktu, di spasi hampa. Tubuhku seperti melayang-layang tanpa ada pijakan maupun gravitasi.

Entah kenapa, selama di sini aku tidak memiliki pemahaman atau kepekaan terhadap waktu. Aku tidak bisa menilai sudah berapa lama aku berada dalam keadaan seperti ini. Sudah lama? Atau masih sebentar? Aku blank.

Selain itu, aku juga tidak merasakan satupun inderaku yang berfungsi. Tidak ada rasa, tidak ada bau, tidak ada penglihatan, tidak ada suara. Tidak ada apapun di sini. Hanya ruang hampa dan kosong tanpa cahaya.

Melayang...

Melayang...

Masih melayang...

Hingga pada titik tertentu, aku kembali merasakan sesuatu lagi!

Ya, perasaan ini, seperti ditarik... Bukan. Bukan ditarik. Seperti... Hanyut? Bukan juga. Seperti apa, ya?

Seperti... Seperti... Seperti.... Jatuh... Hmm... Ya, jatuh...

Seperti jatuh dari ketinggian. Seperti terjun bebas. Terjun bebas tanpa ada yang mengikat atau menahan. Terjun payung tanpa payung. Ya, seperti itu.

"U--..."

Aku bisa kembali bersuara!

"U-u-uuuuwwwaaaaaaaa!!!" Aku berteriak!

Lalu aku merasakan sesuatu terjadi pada tubuhku di ruang hampa tanpa cahaya ini.

*Baaaammm!!!*

Seperti itu rasanya. Seperti terhempas begitu kuat. Tanpa rasa nyeri, tanpa rasa sakit. Lalu, aku merasakan seluruh inderaku perlahan-lahan kembali berfungsi lagi.

Kemudian, kucoba membuka mata ini meskipun berat rasanya. Aku paksa terbuka agar aku dapat melihat sesuatu. Apapun itu, aku ingin melihat sesuatu.

"Ugghh..." Perlahan aku membuka mataku dan menangkap suatu pemandangan. Pemandangan yang tidak asing.

"Y-Yang Mulia! Yang Mulia masih hidup!" Seorang wanita yang suaranya asing terdengar begitu panik.

"Serius?? Yang Mulia masih hidup!? Kalian semua!!! Lindungi Yang Mulia dengan nyawa kalian!!!" Suara seorang pria maskulin juga terdengar olehku, meskipun asing bagiku.

"""Rraaawwrr!!!"""

Dan setelah aku bisa melihat jelas, indera peraba pada kulit wajahku juga kembali. Indera penciuman juga kembali aktif. Aku merasakan sebuah sensasi hangat dengan tekanan lembut pada kepala dan wajah sebelah kiriku. Lalu aroma manis seperti gula dan wangi seperti melati yang bercampur masam seperti keringat, berhasil ditangkap oleh sensor di hidungku.

Dan semakin jelas mataku melihat, aku semakin paham. Aku sedang dipeluk oleh seorang wanita cantik, di payudaranya yang sebesar melon.

Tunggu. Wanita itu bukan wanita seperti biasanya. Dia memiliki sepasang tanduk kecil berwarna hitam di kepalanya. Tubuhnya, sama sekali tidak tertutup pakaian. Namun, pada bagian-bagian tertentu seperti tertutup oleh tato hitam bercorak tribal. Tapi, tato itu bukan seperti tato. Bagaimana aku mendeskripsikannya, ya?

Hmm... Yang seperti tato itu... Sepertinya memang bagian tubuh asli. Dan ada ekor yang ujungnya menyerupai mata panah yang tertutup rambut-rambut pendek berwarna hitam.

Senyumannya, manis sekaligus menyeramkan. Ya, karena di tepi senyuman manis itu terdapat taring yang panjang. Dia tersenyum menatapku yang sedang terbaring lemah di pelukannya. Senyumannya itu, sedikit terasa sedih juga.

"Yang Mulia Demon Lord! Saya akan membawa Yang Mulia kembali ke istana meski harus mempertaruhkan nyawa Saya!" Wanita yang memelukku berkata sambil meneteskan air mata.

Entah kenapa, sebuah nama terlintas di pikiranku setelah melihat fitur tubuh wanita ini. Bukankah... Dia... Adalah seekor Succubus?

Weh?

Tadi... Tadi dia mengatakan bahwa aku adalah Demon Lord...

Apa-apaan ini??? Sejak kapan aku menjadi Demon Lord!?!?

Dan ini...

Aku dimana? Sekarang ini kapan? Apa yang terjadi di sini? Syla, Ren, kalian dimana? Aku ini siapa? Ukuran kolorku apa? Janda muda yang belum punya anak itu namanya siapa? Boleh minta nomer WA-nya? Mau nggak jalan sama aku nanti malem? Kita makan sate, bungkus martabak, terus netflix and chill, mau?

Tidaaaaaakk!!! Aku tidak pahaaaaammm!!! Apaaa yang sedang terjadi iniiii!!!

>>>~~~*** TAMAT ***~~~<<<