webnovel

Isekai Medic and Magic

Tentang seorang Sarjana Kedokteran yang bodoh dan pemalas. Entah bagaimana caranya dia bisa mendapatkan titel itu dulu. Namun sekarang, setelah ia tertabrak truk dan mengalami koma, jiwanya dikirim ke dunia lain dengan tubuh yang baru! Dia memulai hidupnya di dunia yang baru. Berpetualang tidak tentu arah dengan berbekalkan sedikit ilmu medis yang ia dapatkan dari kuliahnya dan cheat yang dihadiahkan oleh seorang dewi. Di dunia paralel yang penuh dengan magic dan makhluk mistis!

FranticDoctor · Fantasy
Not enough ratings
165 Chs

Chapter 8

Halo pembaca! Mumpung masih weekend, saya gas lagi ya...

Silahkan berbuat kebaikan dengan cara vote cerita ini, terimakasih.

Selamat membaca!

_______________________________________

"Tolooong! Tolooooong!"

"Di sana! Tembak ke sana!"

"Uuaaaaahhhhh!"

"Sebentar lagi Tuan Erazor akan segera datang! Pertahankan tempat ini! Lindungi penduduk sipil! Semua yang mampu bertempur, ambil senjata dan bantu kami!"

Kota Dranz diselimuti oleh asap tebal dan dipenuhi dengan api yang menjilat-jilat ke langit. Semua penduduk sipil berkumpul di beberapa titik konsentrasi. Di dalam bangunan guild, gedung ibadah Kepercayaan Gaean, dan di gedung walikota. Masing-masing dijaga oleh banyak tentara dan petualang.

Apa yang terjadi?

Sejak tadi sore, dari arah Gunung Berapi Derioth, datang puluhan ekor minor dragon dan wyvern, dengan dipimpin oleh seekor common dragon. Setelah mencapai Kota Dranz, mereka terbang berputar-putar di atas kota selama sekitar 15 menit. Dan kemudian naga yang tampil sebagai pemimpinnya menembakkan bola api ke tengah kota, menjadikannya pertanda untuk memulai serangan.

Mulai saat itu, hingga sekarang, semua minor dragon dan wyvern menyerang seluruh penduduk Kota Dranz, serta tidak jarang mereka menghancurkan bangunan-bangunan yang kemudian mengakibatkan munculnya kebakaran dimana-mana. Pemimpin dari seluruh naga yang menyerang, yaitu sang common dragon, duduk melingkar di alun-alun tengah kota, sambil membunuh semua manusia yang mencoba mendekatinya.

Wyvern memiliki ukuran panjang sekitar 8 sampai 15 meter, sedangkan minor dragon berukuran sekitar 10 hingga 30 meter. Common dragon memiliki ukuran yang bervariasi, antara lebih dari 30 meter, hingga 100 meter. Namun untuk common dragon yang menyerang saat ini, panjangnya sekitar 50-60 meter.

Menurut cerita yang beredar, superior dragon memiliki ukuran lebih dari 100 meter hingga 500 meter. Dan naga yang paling kuat, True Dragon, atau sering juga disebut dengan God Dragon, memiliki panjang yang bisa mencapai 10 kilometer. Ya, sebesar itulah monster naga yang berada pada puncak kategori monster kelas A. Dan itu baru ukurannya saja, belum ada saksi hidup yang bisa menceritakan kekuatan penghancur yang sebenarnya dari seekor True Dragon.

Kota Dranz kacau! Perlawanan yang diberikan oleh manusia masih terlalu lemah untuk menghadapi serangan dari gerombolan naga. Walaupun sebagian besar hanyalah naga minor dan wyvern, tetap saja mereka adalah makhluk magic yang mempunyai kekuatan sangat besar, jauh lebih besar daripada kekuatan manusia pada umumnya.

Hanya satu orang di Kota Dranz yang mampu untuk bertarung satu lawan satu secara seimbang melawan minor dragon atau wyvern, yaitu Erazor. Petualang plat Iron hingga Silver yang ada di Kota Dranz hanya mampu memberikan sedikit perlawanan saat salah satu minor dragon atau wyvern menyerang, tak lama mereka pun pasti sudah tergeletak tak berdaya di tanah.

Sekuat apapun Erazor, tetap saja, satu orang tidak akan mampu melawan segerombolan monster besar dan kuat itu. Lama kelamaan, tenaganya pasti akan semakin terkuras dan kekuatannya semakin menurun. Tapi, tidak tampak sedikitpun keraguan di wajah Erazor.

"Semua plat Iron dan Copper, lindungi titik-titik perkumpulan penduduk sipil! Semua plat Silver, ikut aku!"

"""Siap, Tuan Erazor!"""

"Archer, tembak naga itu! Knight, siapkan tameng untuk menahan breath attack! Yang lainnya, bersiap menyerang jika naga itu sampai kesini!"

"""Siaappp!"""

Erazor, satu-satunya petualang senior plat Gold yang ada di Kota Dranz. Saat ini, kebetulan dia memang sedang berkunjung ke kampung halamannya, tempat dia pertama kali melangkahkan kaki sebagai petualang, Kota Dranz. Entah sial atau bagaimana, yang awalnya hanya ingin bersantai dan berliburan, kini dia harus berjibaku memimpin semua potensi perang yang ada di sini untuk melawan serangan para naga.

"Thunder Javelin!"

*Whhuuuuuuusssssss* *crookk*

"Gggraaaaaaaarrrrrrr!"

Skill melempar tombaknya dengan mengimbuhkan kekuatan listrik bertegangan tinggi. Salah satu skill level tinggi pada kelas Spearman. Mengenai tepat di mata kiri seekor minor dragon yang sedang berlari untuk menyeruduk barisan knight, sehingga naga itu mengaum kesakitan.

Tak menunggu lama, setelah melihat serangan lemparan tombaknya efektif, Erazor berlari dengan cepat ke arah naga itu, menggenggam tombaknya yang tertancap di mata naga, lalu mencabutnya. Dengan menekuk kedua lututnya, dia mengumpulkan tenaga pada kedua kaki dan pahanya untuk melakukan skill tombak berikutnya.

*Bhuuusssss*

Erazor melompat vertikal, sangat tinggi, semaksimal yang bisa dilakukannya. Pada akhir momentum lompatannya, ia posisikan tombaknya untuk menusuk ke arah bawah dengan seluruh berat badan dan kecepatan gravitasi ditambah kekuatan magic yang difokuskan ke ujung tombaknya.

"Heaven's Thrust!"

Skill ultimate seorang spearman plat Gold. Kekuatan tertinggi yang bisa dikerahkan oleh Erazor. Dia terjun dengan cepat menghujam kepala minor dragon itu.

*Jraaaakk*

Ujung tombaknya menusuk dan membuat tengkorak naga itu retak. Tidak, tidak sampai menembusnya. Tapi itu sudah cukup untuk membuat naga minor itu tumbang dan lemah.

"Semuanya, seraaaaannngggg!"

"""Uwoooooohhhhh!"""

Seekor minor dragon akhirnya tewas dikeroyok puluhan tentara dan petualang plat silver.

"Hah... Hah... Andai saja full party-ku ada di sini... Andai saja tombak kesayanganku tadi kubawa... Hah... Hah... Ah, itu tidak penting lagi!"

Erazor dan pasukannya sudah berhasil membunuh tiga ekor minor dragon dan dua ekor wyvern. Tapi itu saja sudah membuat mereka kelelahan. Terutama Erazor sendiri, yang selalu mengerahkan seluruh tenaganya untuk melumpuhkn setiap naga dan wyvern di hadapannya sebelum akhirnya dibunuh oleh yang lainnya. Karena, walaupun sudah mengerahkan seluruh kekuatan maksimalnya, dia masih belum mampu untuk instakill ataupun 1HKO naga minor maupun wyvern.

Jika seperti ini terus, Erazor, sang petualang plat Gold pun tidak akan bertahan lama. Namun walaupun dia menyadari fakta itu, dia tetap berusaha sekuat tenaga untuk melindungi penduduk sipil dan menaklukkan setiap monster yang ada di hadapannya.

"Kemana party para bocah yang selalu membuat keributan dari kemarin itu... Di saat seperti ini, mereka malah pergi entah kemana..."

"Tuan Erazor! Di atas ada wyvern yang sedang menuju kemari!"

"Archer, tembak! Semua tombak arahkan ke atas! Siapkan jaring, jatuhkan wyvern itu!"

"""Oooohhhh!"""

*Bwooozzz*

"""Aaaaarrrrrrrggghhh!"""

Tanpa diduga, dari arah yang berlawanan, seekor minor dragon menembakkan breath attack dan menghancurkan barisan pertahanan mereka. Serangan dari depan dan belakang di waktu yang sama!

Hanya dengan sekali breath attack, belasan mayat dan puluhan korban sekarat sudah tergeletak di jalan. Sialnya, tak sampai di situ, karena masih ada wyvern yang menyeruduk dari arah berlawanan. Breath attack minor dragon ditambah serudukan wyvern merupakan kombinasi yang sangat berbahaya, apalagi dari arah yang mengepung. Akibatnya? Rata.

"Ugh... Sial... Ahk..."

Erazor, yang terkuat di antara mereka pun, setelah menerima kombinasi serangan tadi, untuk bangun saja sekarang sudah susah. Sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Tapi dia tetap berusaha berdiri.

"Huupp!"

Baru saja Erazor berhasil berdiri, wyvern tadi ternyata sudah berbalik arah dan kembali terbang lalu bersiap untuk menerkam Erazor. Untungnya, Erazor masih mampu melompat dan menghindari mulut wyvern yang sudah menganga, memamerkan taringnya untuk menggigit Erazor.

"Buhakkk! Brengsek!"

Namun celakanya, disaat Erazor baru mendarat dari lompatannya, ekor wyvern itu sudah dikibaskan, menyambut kaki Erazor sehingga dia terjatuh dan sangat sulit untuk berdiri lagi karena rasa nyeri yang luar biasa pada kakinya.

"Aaarrrggghh! Bajingan kalian! Monster keparat!"

Wyvern tadi tidak menghiraukan teriakan Erazor. Dia berbalik arah dan kembali terbang melesat ke arah Erazor. Di sudut lain, minor dragon yang tadi sudah kembali mengumpulkan energi di mulutnya untuk melancarkan breath attack kedua.

"Ah... Kebetulan sekali. Aku dibesarkan di sini, dan aku juga akan mati di tempat ini..." Erazor bergumam pada dirinya sendiri dengan suara pelan.

Wyvern di depannya, minor dragon di belakangnya. Keduanya akan menyerang dirinya di waktu yang hampir bersamaan. Dalam hati ia berkata, aku akan mati di medan pertempuran. Bagi seorang petualang, tidak ada kematian yang lebih membanggakan daripada kematian yang seperti ini.

*Fyuuuung*

*Bzzztttzzzzttt*

*Sraaaassshhh*

"Eh?"

***

Aku, Syla, dan Ren berlari secepat mungkin agar kami bisa segera mencapai Kota Dranz. Untungnya, efek dari Dark Alliance yang meningkatkan Agi dan Vit kami begitu tinggi, sehingga kami bisa berlari dengan sangat cepat dan dalam waktu yang lama tanpa merasa kelelahan. Bahkan Ren pun tidak terlihat kelelahan sama sekali.

Normalnya, perjalanan darat bisa memakan waktu 3 jam semenjak Kota Dranz mulai terlihat tadi. Tapi kami hanya memerlukan waktu 1 jam untuk mencapai gerbang kota. Mungkin di masa yang akan datang, aku perlu membuat kendaraan agar dapat bergerak dengan cepat tanpa perlu berkeringat.

"Syla, Ren, siapin diri kalian. Naga bukan musuh yang mudah."

"Um."

"Baik, Arka."

Syla menyiapkan busur dan panahnya, siap menembak. Ren... Dia bingung harus menyiapkan apa.

"Ren, siapin peluru meriam yang kubeliin kemaren. Kalau terdesak, lempar aja sekuat tenaga."

Selesai menginstruksikan kepada kedua gadis ini, akupun mencabut Kuroshi dari sarungnya. Darkness Creation, kuperpanjang Kuroshi menjadi 5 meter. Kuroshi hanya bertambah panjang, tapi tidak bertambah berat. Ketajamannya? Jangan dipertanyakan.

"Ok, aku di depan, Ren di belakangku, dan Syla paling belakang. Kalo ngeliat naga, langsung tembak dengan kekuatan penuh ya Syl."

"Ok."

"Ren, kalo situasi aman, kamu ambilin magic crystal dari naga yang mati ya."

Dengan berhati-hati, kami berjalan melewati gerbang kota dan mengikuti jalan utama menuju tengah kota. Sebenarnya di dalam pikiranku tidak ada rencana khusus mau kemana. Tapi aku hanya akan berjalan sambil menyerang setiap naga yang ada di hadapanku.

"Hiyah!"

Seekor wyvern terbang dengan cepat dari balik salah satu rumah menuju ke arah kami. Beberapa saat kemudian, dia menghantam lantai jalan setelah kepalanya terbelah diagonal akibat tebasan Kuroshi.

"Hah!"

*Fyuuung*

Sebuah anak panah tornado melesat menuju minor dragon sekitar 100 meter di depan dan mengenai perutnya. Alhasil, anak panah yang ditembakkan Syla, menembus perut minor dragon itu dan meninggalkan bolong selebar diameter 2 meter. Naga itupun langsung tumbang.

"Wah, rupanya panahmu makin kuat ya, Syl!"

"Iyaa makasih tunanganku!"

"Eh buset dah sempet-sempetnya becanda ini kambing betina."

"... Aku serius tau."

"Heeeeeee-yah!"

Tak mendengarkan perkataan teraohir Syla, aku berlari ke arah seekor minor dragon yang mendekati kami, dan tanpa basa-basi, langsung melompat dan kutusukkan Kuroshi ke dalam kantong bola matanya, karena itu yang terlihat menarik untuk dicolok.

*Crookkk*

"Graakk..." Naga itu bersuara lirih.

Kucabut Kuroshi dengan paksa. Naga itu langsung kejang beberapa detik dan kemudian mati.

"Arka, nunduk!"

"Hup!"

*Fyuuuung*

*Zwoosshhh*

"Graaaooowwkkk!"

Kali ini, dua buah panah yang membara dengan api berwarna putih keabu-abuan menancap di tubuh dan sayap seekor wyvern yang berusaha menyergapku dari belakang, lalu dalam sekejap membakar seluruh inci tubuh wyvern itu hingga mati.

"Makasih cantik!"

"Sama-sama sayang!"

"Sesuka udel kamu aja deh, Syl! Bebas!"

Bisa bersenda gurau di tengah-tengah pertempuran seperti ini, mengindikasikan bahwa kekuatan kami berada jauh di atas kekuatan minor dragon dan wyvern di sini. Kalau untuk kelasnya, wyvern dan minor dragon ini termasuk monster kelas D yang hampir mencapai C. Sedangkan common dragon termasuk kelas C.

Kalau dilihat oleh mata awam, common dragon lebih besar daripada Helvaran yang merupakan monster kelas B. Namun, kekuatan Helvaran begitu besar, bahkan sekali tembakan breath attack-nya bisa membunuh sampai 10 ekor minor dragon yang bergerombol, sekaligus.

Untuk monster kelas B, Helvaran memang hanya berada di peringkat terbawah, dengan peringkat teratas merupakan singgasana monster golongan superior dragon. Memang, ada perbedaan kekuatan yang sangat jauh walaupun sama-sama kelas B.

"Syla! Itu di sana ada orang yang masih hidup! Selamatkan dia!"

Dari kejauhan aku melihat seseorang yang masih berusaha bertahan menghadapi minor dragon dan wyvern sekaligus. Namun sepertinya dia sudah tidak kuat lagi, dan dia bisa mati kalau wyvern dan minor dragon yang menyerangnya tidak segera kami bunuh.

*Fyuuuuung*

*Bzzztttzzzzttt*

Syla menembakkan panah yang terbalut oleh petir ke arah wyvern yang akan menerkam orang itu. Anak panah berbalut petir pun menancap 3/4 bagian ke leher wyvern tersebut dan listriknya menyetrum dengan kuat, menyebabkan spasme pada sekujur tubuh wyvern itu dan terhempas ke tanah, tidak jadi mengenai orang itu.

Listrik tegangan tinggi dari anak panah tadi menyebabkan luka bakar yang hebat di dalam tubuh wyvern itu hingga menggosongkan semua organ dalam dan ototnya. Wyvern itu tidak bertahan lama.

Sementara aku mengeluarkan skill Darkness Enhancement hingga Agi-ku melebihi seribu poin, dan aku berlari secepat tembakan anak panahnya Syla, menuju minor dragon yang sudah siap menembakkan breath attack ke orang tadi.

"HAH!!!"

Setelah sampai di depan naga itu, aku salto, melompati minor dragon setinggi sekitar satu jengkal di atas pangkal lehernya. Kemudian, kuayunkan Kuroshi dengan cepat.

*Sraassshhh*

Pangkal leher naga itu putus, magic yang dikumpulkan di mulutnya untuk melakukan breath attack, seakan pecah dan melebur ke udara. Leher hingga kepalanya yang sudah lepas dari badannya, terjatuh ke tanah seperti ranting pohon yang patah. Bagian tubuh dimana tebasan Kuroshi mendarat, menyemburkan darah segar berwarna ungu terang. Setelah beberapa detik tak bergerak, bangkai naga itu pun tumbang.

"Terimakasih... Bocah... Aku berhutang... Nyawaku padamu..."

Paman ini kelelahan. Nafasnya tersengal-sengal, sehingga bicaranya putus-putus.

"Nggak usah dipikirin, Paman. Ren, kasih HP Potion buat Paman ini. Eh, Paman ini yang tadi nyuruh kami berantem di luar guild kan? Siapa... Era... Erzo... Ezora bukan?"

"Hahah... Namaku... Erazor..."

"Oh, ok. Bisa jalan sendiri kan, Paman? Kami mau bersihin semua monster di kota ini dulu ya. Bye."

Kamipun bergegas melanjutkan perburuan naga. Membunuh minor dragon dan wyvern ini memberikan exp yang sangat besar. Levelku meningkat dengan lumayan cepat dibandingkan dengan hanya membunuh monster kroco kelas F atau E.

"Heheh... Dasar anak muda... Hahh... Untung kalian datang... Terimakasih."

Praktis, semua wyvern maupun minor dragon yang muncul di hadapan kami, dapat kami instakill. Nah, yang lumayan menyebalkan adalah mereka yang terbang tinggi di langit. Panah Syla sering meleset karena posisi yang terlalu jauh ditambah lagi naga yang terbang sudah melihat bahwa ada anak panah yang ditembakkan ke arah mereka.

"Kalo aku punya sayap, habis deh semua yang terbang itu kucincang-cincang... Hmm... Sayap?"

Sayap... Apa aku bisa membuat sayap yang bisa membawaku terbang dengan cepat, menggunakan dark magic? Bagaimana jika kubuat exoskeleton yang menutupi seluruh tubuhku, sekalian dengan sayap fungsional untuk terbang? Ok, tapi sebelum kucoba membuatnya, kupastikan dulu sekitarku aman.

"Syla tolong jagain aku bentar dong, aku mau bikin sayap."

"Sayap? Ah! Jangankan sebentar, Syla janji bakal jagain Arka seumur hidup!"

"Ya ya ya. Tolong ya, Syla. Oh iya, Ren. Sambil Syla ngawasin sekitar, kamu kumpulin gih semua magic crystal dan bagian-bagian tubuh yang berharga dari semua bangkai naga yang udah kita bunuh tadi."

"Okay, Arka!"

Aku masuk ke dalam gang sempit dimana tidak ada seorangpun yang bisa melihat selain Syla dan Ren. Sebelum menginisiasi Darkness Creation, aku memformulasikan struktur, fungsi, dan detail dari exoskeleton yang akan kubuat ini.

Pertama, helm. Kubayangkan helm yang tipis, sangat kuat, sejuk, nyaman, dan fit di setiap lekukan kepalaku. Bagian wajah bisa dibuka-tutup. Lalu langsung terhubung dengan penutup leher yang sangat lentur tapi juga sangat kuat. Berikutnya baju dan celana, harus menutupi seluruh tubuhku, harus sangat kuat, tapi juga harus sangat nyaman dipakai. Sepatu dan sarung tangan, spesifikasinya hampir sama dengan yang lainnya, hanya saja ada tambahan bantalan yang empuk untuk meredam benturan.

Terakhir, bagian terpenting, yaitu sayap yang menempel di bagian scapula pada exoskeleton. Model sayap kelelawar, naga, atau burung ya? Aku pilih sayap burung, seperti sayap malaikat. Jumlahnya dua pasang. Bahannya sangat kokoh, tapi elastis. Untuk mengepakkannya cukup dengan menggunakan sistem magic saja. Harus bisa kukepakkan sesuka hatiku hanya dengan mengalirkan energi magic ke dalamnya. Setiap kepakannya harus memiliki daya dorong yang tinggi untuk manuver cepat di udara.

Terakhir. Gambaran secara umum, detailnya, aku bayangkan mirip dengan Ir*nman tapi bersayap dan berwarna hitam pekat polos. Bukan dari bahan seperti logam, tapi bahan sintetis yang nyaman, tipis, dan lentur ketika dipakai, namun sangat keras dan kokoh jika terkena serangan dari luar, baik itu serangan magic, fisik, maupun kimia. Aku ukir 'blueprint' exoskeleton ini di cerebrum-ku agar aku mengingatnya untuk selamanya. Supaya jika suatu saat nanti ingin membuat ini lagi, bisa lebih cepat.

Ok, jadi.

Ketika aku sedang mengenakan exoskeleton ini, kuberi nama... Lucifer Mode! Karena sekarang aku pasti sedang terlihat seperti 'fallen angel' hehehe... Jiwa otaku-ku bergetar.

"Syla, Ren, gimana?"

"Wah! Suamiku keren!"

"Waaaw..."

"BELUM JADI SUAMI !"

Aku menggerak-gerakkan tangan, kaki, leher, dan punggungku. Memeriksa apa ada bagian yang kurang nyaman. Ok, all clear!

"Kalian beresin yang di darat ya. Aku mau cincang yang di atas."

"Hati-hati ya sayang!"

"Okay!"

"Yaaa yaaa..."

*Dhuuusssshhh*

Wow! Cepat sekali terbangnya! Aku harus membiasakan diri supaya bisa mengendalikan sayap ini dengan sempurna. Tapi mungkin itu untuk lain waktu saja. Dan untuk sekarang... LET'S ROCK AND ROLL !!!

*Dhuuuussshhh*

*Sraashh*

*Dhuuusshh*

*Srasshh sraaasshh*

Terbang, tebas, terbang, tebas...

Satu... Dua... Lima... Sepuluh... Dua puluh... Tiga puluh...

Dan minor dragon terakhir...

"Ashiaaaap!"

*Srrrrrrraasshh*

Kubelah pada mid-sagittal, dari moncongnya hingga ujung ekornya. Sweet! Semua yang di langit sudah bersih. Kulihat ke bawah, sepertinya Syla dan Ren juga sudah membersihkan semua.

Dari awal kami masuk gerbang kota sampai detik ini, sepertinya Ren baru melemparkan bola logamnya sekali, dan lemparan itu berhasil instakill seekor minor dragon.

Oh! Aku salah lihat! Ternyata masih ada satu ekor naga yang tersisa, dia berada tepat di alun-alun tengah kota. Dan yang ini ukurannya jauh lebih besar dibanding semua yang sudah kami bunuh. Aku langsung meluncur ke hadapan naga itu.

*Bruggg*

Aku mendarat sekitar 10 meter di hadapan naga itu, membuat tanah yang kuinjak menjadi cekung dan retak. Setelah melihatnya dari dekat, aku yakin kalau ini adalah pemimpinnya, seekor common dragon.

"Hai."

Apa yang kukatakan barusan? Sejujurnya aku bingung harus berkata apa. Tapi ya sudahlah.

"Anak manusia... Engkau telah membunuh seluruh pasukanku."

"Yaa soalnya kalian bunuh-bunuhin penduduk kota ini dan bikin hancur bangunan-bangunan di sini."

"Hmh! Kau tidak mengerti!"

"Ok, ok. Aku nggak ngerti. Jadi tolong ceritain, apa penyebabnya?"

"Mereka telah mencuri telurku ketika aku sedang lengah!" Sang naga berteriak sambil melihat telur yang sedang dipeluknya.

"Maksudnya, telur itu?"

"Tentu saja!"

"Loh, kan udah dapet, terus kenapa nggak balik aja?"

"Karena kalian semua para manusia harus bertanggungjawab dan menanggung akibatnya! Dan kau! Kau juga harus mati!"

Seketika, dikibaskan ekornya ke arahku. Dengan sangat cepat. Aku? Aku sengaja tidak bergerak. Aku ingin menguji seberapa kuat defense dari exoskeleton ini.

*Paaannggg*

*Bbrrraaakkkk*

Tenaga yang begitu besar! Suara benturannya memekakkan telingaku. Next time mungkin aku butuh peredam bunyi untuk kasus-kasus seperti ini. Tubuhku terpental ke tembok rumah di dekat aku berdiri, temboknya hancur dan aku tertimbun di reruntuhannya. Tapi hanya sesaat saja. Aku langsung bangun, keluar dari reruntuhan, dan berjalan lagi ke hadapan naga itu dengan santai. Sama sekali tidak ada rasa nyeri di tubuhku.

"Hoo... Kau kuat juga. Siapa namamu wahai anak manusia?"

"Aku Arka. Arkanava Kardia."

"Aku akan mengingat namamu, berbanggalah! Dan matilah!"

*Zzzhhhoooozzzzzhhh*

Dia menembakkan breath attacknya ke arahku. Aku masih yakin kalau exoskeleton ini jauh lebih kuat dibanding kekuatan breath attack-nya. Jadi, lagi-lagi aku diam saja. Benar saja, aku hanya merasakan sedikit hangat di tubuh bagian depan yang terkena breath attack naga ini.

Sebenarnya aku sudah menyiapkan Darkness Enhancement, sekedar berjaga-jaga. Tapi setelah terkena breath attacknya, tidak terasa apapun. Lalu kuhentikan Darkness Enhancement sehingga defense-ku murni hanya dari exoskeleton Lucifer Mode ini, tetap tidak ada rasa panas maupun nyeri. Di akhir periode breath attack, aku hanya terdorong sekitar 50 meter dari posisiku berdiri tadi.

Tidak heran, karena dia hanya monster kelas C. Dan aku memiliki kekuatan yang dapat membunuh monster kelas B dengan mudah.

"Ha! Tidak mungkin! Siapa kau senenarnya?"

"Hmm... Jangan bilang siapa-siapa ya, tapi sebenernya aku adalah manusia yang dikirim oleh Dewi Nyx ke dunia ini."

"Ha! Nyx! Si brengsek itu! Aku harus membunuhmu walaupun nyawaku yang jadi taruhannya!"

"Itu kata-kata terakhirmu, Mbah Naga?"

"Kurang ajar!"

*Zzzhhhooozzzzzhhhhh*

Breath attack lagi, hanya lebih kuat dua kali lipatnya. Sebaiknya kuhabisi saja naga ini, sebelum semua orang melihatku.

Kugenggam gagang Kuroshi yang masih berada di dalam sarungnya. Dengan teknik yang menirukan iaido seperti yang kulihat di anime, kucabut Kuroshi dengan cepat, lalu kutebaskan ke breath attacknya, hingga terbelah jadi dua dan meledak di sekitarku. Tidak menunggu ledakan berhenti, aku langsung lompat ke depan dan menusukkan Kuroshi tepat di jantungnya.

"Grohakk!"

"Bhay."

"Aahhkk! Anakku... Wahai kau anak manusia... Kau sangat kuat... Karena itu... kupercayakan telurku kepadamu... Bawalah telur ini... dan rawatlah dia... Kumohon jaga dia... Namaku... Valcory... Tolong... Jaga... Anakku..."

Setelah mengucapkan permohonan terakhirnya, naga itu pun menghembuskan nafas terakhir. Aku yang tidak ingin berlama-lama, bergegas pergi dari situ. Telur naga itu kuambil, lalu kubawa terbang menuju lokasi Syla dan Ren. Setelah sampai, aku kembali bersembunyi di gang kecil untuk mengganti Lucifer Mode dengan 'scrubs' hitamku yang biasa kupakai.

"Syl, Ren, kayaknya bentar lagi kita bakal kedatangan anggota baru." Kataku sambil memperlihatkan telur naga yang berwarna merah dengan corak hitam-hijau.

"Itu... Telor naga ya, Ar?"

"Benar! Tidak salah lagi, itu telur naga api!"

"Wah kamu tau ini naga api, Ren?"

"Iya, Arka. Dari warnanya kita bisa menebak jenisnya. Tapi aku tidak begitu memahami tentang telur naga. Hanya yang umum-umum saja."

"Hmmm... Ya udah, nggak masalah. Tinggal ditunggu netas sendiri kan? Nggak perlu kukelonin kan?"

"Benar, Arka..."

"Arka cuman boleh kelonan sama aku!"

"Brisik diem dulu kambing... Sip. Nih, Ren. Masukin gerobak."

"Okay."

"Kenapa kambing sih??"

"Telingamu panjang kayak kambing."

"Ya ampun jahatnyaaa!" Kata Syla sambil menjambak rambutku.

"Adududuh ampun ampun! Nggak kambing kok! Cantik cantik!"

"Nah gitu baru bener... Cupp." Serangan ciuman dadakan Syla di saat aku lengah... Is very effective!

"Ha-" dan aku kehabisan kata-kata.

Setelah membunuh naga terakhir yang menyerang Kota Dranz, kami bertiga segera berjalan menuju guild. Kenapa guild? Sepertinya tempat itu adalah tempat yang memiliki banyak informasi tentang peristiwa barusan, termasuk informasi korban jiwa dan kerusakan kota, sekaligus melapor misi goblin yang tadi siang. Entah masih laku atau tidak.

Namun, dalam perjalanan menuju guild, kami bertemu lagi dengan Paman Erazor. Sepertinya dia mengalami kesulitan berjalan. Dia menggunakan tombaknya untuk menopang berat tubuhnya, sambil berjalan pincang. Wajahnya tampak kesakitan.

"Paman! Kakinya sakit ya?"

"Ah, tidak masalah. Aku masih bisa berjalan. Lebih penting lagi, mari kita bantu menyelamatkan orang-orang yang terjebak di reruntuhan, atau yang terancam jiwanya agar sebera dibawa ke Priest yang ada di guild, gedung walikota, dan gedung Gaean"

"Tunggu bentar, Paman. Sebelum nolong orang lain, pastikan diri Paman aman dulu. Coba sini aku liat kaki Paman."

"O-ok..."

Erazor mengeluhkan tungkai kanannya terasa sangat nyeri setelah terkena libasan ekor wyvern. Nyerinya meningkat setiap kali dia menapakkan kaki.

"Paman, ini celana ketat banget. Aku robek ya buat meriksa tungkai kanannya."

"Tapi, celana ini... Ok, tak apa, silahkan dirobek saja, haha.."

"Sip. Jangan gerak ya Paman."

Kucabut Kuroshi, yang sudah kembali ke ukuran awalnya, dari sarungnya. Lalu kurobek celana Erazor di bagian tungkai kanan dengan menggunakan ujung katanaku.

*Sssssssrk*

"Apa!? Bagaimana bisa???"

"Kenapa, Paman?"

"Itu, celana grade superior, dengan defense sangat tinggi, kenapa bisa kau robek dengan mudah?"

"Eeeh... Maaf ya, Paman... Udah ngerusakin celana mahal punya Paman."

"Bukan, bukan itu maksudku. Tapi, pedang itu..."

"Oh ini pedang warisan turun-temurun di keluargaku. Namanya Kuroshi. Pedang ini memang luar biasa, Paman... Hehe..."

Flat out lie. Aku berbohong dengan memasang wajah sok polos.

"Arka, mau kamu apain kakinya Paman itu?"

"Kuperiksa dulu, Syl. Ntar mau diapain ya tergantung hasil pemeriksaan aja."

"Arka baik sekali... Beruntungnya Syla..."

"Sa ae, Ren."

Kuperiksa tungkai kanan Erazor. Memang terlihat ada deformitas pada 1/3 distal tibia, tapi aku memang tidak membandingkannya dengan tungkai sebelah kiri. Nanti celana mahalnya malah tambah rusak. Kemudian saat aku raba dengan sedikit penekanan di sekitar deformitas itu, terasa dan terdengar adanya krepitasi.

"Uuuggghh!"

"Tahan dulu ya, Paman..."

"Ggghhh..."

Sepertinya os tibia Erazor mengalami fraktur tertutup. Aku tak bisa menyembuhkannya secara instan. Tapi setidaknya aku bisa memberikan pertolongan pertama sebelum dia bisa menemukan Priest untuk memberikan Heal atau Recovery kepadanya.

Aku akan memasang spalk. Tongkat... Tongkat... Pakai apa ya...

"Paman, punya tongkat atau apalah yang panjang dan kuat?"

"Tombakku?"

"Ah, jangan. Pasti tombaknya mahal."

"Tidak masalah. Tombak ini hanyalah tombak yang kuambil dari guild karena tadi aku sedang tidak membawa tombakku."

"Nice! Sini kasih aku tombaknya, Paman."

Erazor memberikan tombaknya kepadaku. Lalu, *chikk* tombaknya kupotong di bagian tengahnya menggunakan Kuroshi. Seperti memotong agar-agar, lunak.

Kukeluarkan kassa gulung dark magic yang sebelumnya sudah kubuat. Setelah semuanya siap, kupegang pergelangan kakinya, lalu kulakukan traksi sambil mengontrol tenagaku, dengan harapan bisa mengembalikan alignment tibianya kembali lurus. Tapi, sepertinya aku kurang berhasil. Tidak terlalu lurus, tapi lumayan lah deformitasnya berkurang. Ok tak perlu dipaksakan.

Berikutnya, kuletakkan tombak yang sudah kupotong menjadi dua bagian tadi, pada bagian medial dan lateral dari tungkai Erazor. Ukuran kedua batang tombaknya sudah cukup pas untuk fiksasi sendi ankle dan genu, karena panjangnya sudah meng-cover mulai telapak kakinya hingga pangkal paha kanan. Prinsip pembidaian atau pemasangan spalk adalah, fiksasi sendi di distal dan proximal dari tulang yang fraktur.

"Ren, bantuin pegang tombaknya di sini. Syla, nanti bantuin aku motong kassa ini pake dagger-mu ya."

"Baik!"

"Okay..."

Ren menunduk sambil memegang kedua tombak. Dan sekilas, mataku refleks menangkap pemandangan yang begitu indah. Belahan dada. Belahan dada Ren yang jarang diperlihatkan karena pakaiannya bukan pakaian sexy. Tapi ketika menunduk, aku bisa melihatnya, walaupun tidak banyak cahaya yang masuk ke dalam bajunya, walaupun belahan itu sedikit disembunyikan oleh bayang-bayang.

Ah! Otak mesumku! Bukan saatnya!

Menggeleng-gelengkan kepalaku dengan cepat, lalu kulanjutkan untuk mengikat kassanya dengan kuat, tapi tidak terlalu kuat sampai menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar, aku menghindari itu.

"Syla, potongin."

"Siap bos."

Dia mengiris kassa dark magic itu dengan dagger Helvaran. *Srek srek srek srek* tapi tidak tampak tanda-tanda kassa itu akan putus oleh dagger Helvaran.

*Srek srekk srekk sreekk*

Syla berusaha semakin kuat untuk memotongnya.

*Boink boink boink*

Dan payudaranya pun memantul kesana kemari semakin brutal.

Aduh. Kenapa... Kenapa aku bisa seberuntung ini? Sudah tidak ada penyesalan lagi dalam hidupku walaupun nyawaku dicabut hari ini juga. Hercules Junior, mulai merespon. Mulai berdenyut. Oh shit!

"E-eh, Syla, udah nggak usah dipotong. Biar aku balut aja semuanya."

"Hahh... Susah banget sih motongnya. Ya udah kalo gitu."

"Re-Ren juga ga usah dipegangin, udah aman kok."

"Baik, Arka..."

Fyuhhh... Sumber rangsangan telah lenyap. Hercules Junior pun kehilangan semangat jiwa mudanya.

Kubalut seluruh spalk nya hingga terpakai seluruh panjang kassa dark magic yang tadi. Lalu kedua ujung kassa itu kuikatkan dengan kuat. Tapi tidak simpul mati, karena aku yakin siapapun akan kesulitan untuk membukanya jika aku ikat dengan simpul mati. Terakhir, aku cek jemari kaki kanannya, jika hangat seperti yang kiri, berarti aman. Jika lebih dingin, ada kemungkinan bidainya terlalu ketat.

"Ok, Paman. Setidaknya ini bisa ngurangin nyeri kalo paman bergerak."

"O-ok... Terimakasih, Arkanava."

"Wah, ternyata aku lumayan terkenal juga ya hehe..."

"Di kota Dranz, siapa yang tidak kenal? Newbie plat Iron yang menghajar habis plat Silver dengan tangan kosong... Hahaha..."

"Membela diri kok itu, Paman... Kami cuman membela diri..."

"Ya ya aku mengerti. Aku juga melihat semuanya dari awal. Dan memang itu bukan kalian yang mulai cari masalah."

"Betul itu, Paman... Hehe..."

"Ok, aku minta maaf karena aku akan merepotkan kalian lagi, tolong bantu untuk menolong orang-orang yang menjadi korban serangan naga hari ini."

"Tenang aja, Paman. Memang tujuan hidupku di sini ya untuk menolong sesama."

"Tujuan hidup... Yang sangat mulia..."

Sepertinya Erazor salah mengartikan kata-kataku. Karena aku dikirim ke dunia ini oleh Dewi Nyx untuk mewujudkan doaku, supaya aku bisa bermanfaat bagi semua orang di sekitarku. Well, no big deal.

"Ayo, Paman, kubantu berdiri."

"Terimakasih... Uughh..."

"Arka, kita kemana?"

"Kita ikutin aja Paman ini mau kemana."

"Siap, Ndan!"

"Arka, bagaimana kalau Paman itu dinaikkan ke gerobakku saja?"

"Paman, mau?"

"Apa tidak memberatkanmu, gadis kecil?"

"Aku bukan gadis kecil, Paman!"

"Oh, maafkan aku, Nona Muda."

"Nah, begitu lebih baik, Paman."

"Hahaha..."

Selanjutnya, sampai pagi, kami membantu semua penduduk yang menjadi korban serangan naga. Termasuk membantu petualang dan tentara yang yang terluka juga. Kemungkinan, untuk beberapa minggu ke depan, Kota Dranz akan disibukkan oleh pembangunan ulang bagian-bagian kota yang sudah hancur. Aku juga sudah tidak sabar, ingin melihat telur naga ini menetas!

"Paman Erazor."

"Ada apa, Arkanava?"

"Tolong, sebisa mungkin, rahasiakan kekuatanku ini dari semua orang. Rumor tidak akan menjadi berita valid jika tidak berasal dari orang yang terpercaya, seperti Paman. Biarlah semuanya hanya sebatas rumor. Aku minta tolong supaya Paman saja yang mengambil semua kejayaan dari peristiwa ini. Aku ingin hidup santai, Paman."

"Hmm... Baiklah. Aku mengerti."

Kami berdua berjabat tangan, tersenyum, lalu tertawa terbahak-bahak. Syla dan Ren kebingungan melihat kami berdua.

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Terimakasih sudah membaca! Besok sudah weekday, kerja lagi. Tetap semangat!

Berikut nama-nama penting di chapter ini:

-Lucifer Mode

-Valcory

-Gaean (Gaea)

-Gunung Berapi Derioth

Medical Terminology

Tibia : tulang kering.

Proximal : lokasi yang mendekati pusat tubuh.

Distal : lokasi yang menjauhi pusat tubuh.

Traksi : ditarik.

Fraktur : patah.