webnovel

Isekai Medic and Magic

Tentang seorang Sarjana Kedokteran yang bodoh dan pemalas. Entah bagaimana caranya dia bisa mendapatkan titel itu dulu. Namun sekarang, setelah ia tertabrak truk dan mengalami koma, jiwanya dikirim ke dunia lain dengan tubuh yang baru! Dia memulai hidupnya di dunia yang baru. Berpetualang tidak tentu arah dengan berbekalkan sedikit ilmu medis yang ia dapatkan dari kuliahnya dan cheat yang dihadiahkan oleh seorang dewi. Di dunia paralel yang penuh dengan magic dan makhluk mistis!

FranticDoctor · Fantasy
Not enough ratings
165 Chs

Chapter 52

Jarang update... Masih sibuk main Genshin Impact...

Selamat menikmati!

________________________________________

"Hmm... Arka lagi ngapain, ya... Kok dua hari ini nggak pulang-pulang... Rahimku udah meraung-raung kehausan, hehee..."

Di sebuah senja biasa yang sunyi, Syla duduk di balkon mansion. Setengah cangkir teh herbal yang sudah tidak panas lagi tergeletak di atas meja. Sambil melamun merindukan suaminya, Syla mulai meracau hal yang aneh-aneh.

"Aku pulaaang..." Terdengar samar suara Ren dari pintu belakang.

Ren baru saja kembali dari Desa Kardia bersama Ruby. Setelah menggantung tasnya di dinding kamarnya, dia langsung berjalan menuju balkon, dimana ia tahu bahwa Syla pasti juga sedang berada di sana.

Sebelum naik tangga ke lantai dua, maid yang melayani mansion mereka, Alderin, yang juga merupakan ibu dari Quinta, menawarkan diri untuk membuatkan minuman untuk Ren. Ren pun meminta dibuatkan susu campur jeruk. Anehnya, di dunia ini ada jeruk juga. Dan kebetulan Ren juga menyukai susu dicampur jeruk. Rasa gurihnya susu ditambah manis dan asam dari jeruk, adalah minuman favorit Ren.

Dan setelah sampai di balkon, Ren melihat Syla sedang senyum-senyum sendiri.

"Hey ngapain senyum-senyum sendiri..."

"Eh, Ren... Hehe... Nggak..."

"Kalo dari senyumannya sih, kayaknya habis mikir jorok, ya? Hahaha..."

"Hehehe... Emangnya kamu nggak kangen sama Arka?"

"Ya kangen... Tapi aku nggak mau jadi penghalang buat rencana dan urusan Arka. Asalkan dia nggak melakukan sesuatu yang buruk..."

"Iyaa aku jugaa... Tapi namanya kangen tetep aja kangen, kan?"

"Eh, itu Alderin udah dateng." Ren mengisyaratkan kepada Syla agar menghentikan pembahasan ini sementara.

"Silahkan susu jeruknya, Nyonya Ren..."

"Terima kasih, Alderin."

"Nyonya Syla, mau saya tambah lagi tehnya?"

"Nggak, nggak usah. Makasih ya, Alderin..."

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Nyonya Syla, Nyonya Ren..." Alderin menunduk lalu meninggalkan balkon.

"Cheers dulu, untuk dua orang istri yang setia menunggu suaminya."

"Cheers!"

*Ting*

"Eh, baidewei, aku penasaran sama minumanmu. Kok kamu suka banget minum itu?"

"Nih, coba aja..."

*Slurp*

"Blehhh... Eneg. Aneh banget rasanya."

"Hahaha... Enak tauuu!"

"Aduh nyesel nggak minta tambah tehku tadi. Ini mah buat kumur-kumur aja nggak cukup..."

"Sini coba lagi... Lama-lama pasti kamu bisa nikmati rasanya."

"Ogaaah!"

"Hahaha..."

"Arka kapan baliknyaaa~" Syla mengeluh manja kepada Ren.

"Loh, loh... Kok malah bahas Arka lagi? Sini minum lagi biar kangennya kurang." Ren menyodorkan susu jeruknya kepada Syla.

"Nggak mauuuu! Maunya Arkaaa!"

"Hihihi... Syla, Syla..."

***

*

Klontang klontang dingg*

Desa yang sibuk. Tak satupun penghuninya terlihat sedang bermalas-malasan. Adapun beberapa yang sedang duduk, itu karena mereka sedang beristirahat sejenak. Mereka bekerja keras setiap hari hingga lelahpun tak mereka hiraukan.

Semua penduduk desa itu memiliki tugas masing-masing. Ada yang sedang membangun pagar pertahanan dari kayu dan batu, ada yang menanam tanaman herbal, ada yang merawat hewan ternak. Di sisi lain, juga banyak yang sedang berlatih skill bertarung. Dan di dalam salah satu bangunan, para bocah sedang sibuk belajar. Mereka mempelajari berbagai hal. Mulai dari bahasa sehari-hari manusia, sampai pada belajar alchemy.

Tapi, mereka bukanlah manusia. Berbagai macam jenisnya dengan perbedaan fisik yang sangat bervariasi. Desa itu adalah desanya para Demihuman di bawah kekuasaan Arka.

"Grista! Sini bentar! Coba cek tanaman herbal yang udah mereka kumpulin ini!" Fiana memanggil Grista yang sedang berperan sebagai guru bagi anak-anak Demihuman di sana.

Grista pun meninggalkan kelas setelah memberikan sedikit tugas bagi murid-muridnya.

Grista menghampiri Fiana dan langsung memeriksa berbagai jenis tanaman herbal yang sudah terkumpul, sambil berkata, "Ini... Ini juga... Kalo ini nggak... Wah! Ada ini juga! Ini juga!"

Fiana dan beberapa Demihuman yang sedang bersamanya hanya bisa melihat sambil memasang ekspresi "apa yang dibicarakannya?" dengan dahi mengernyit.

Setelah beberapa menit, akhirnya Grista selesai.

"Fi... Ini, ini, ini, ini, dan ini." Grista menunjuk beberapa jenis tanaman herbal, lalu menambahkan, "Bisa dibudidayakan nggak? Kalo yang lainnya disimpen aja di gudang."

"Ok. Aku coba, ya. Moga-moga berhasil."

"Makasih, Fiana!" Grista tersenyum lalu kembali ke kelasnya.

Langkah pertama dalam program besar Desa Kardia sudah dilaksanakan. Tinggal melanjutkan ke langkah-langkah berikutnya. Selain itu, para Demihuman sedikit demi sedikit juga sudah mulai mengerti perintah sederhana dalam bahasa manusia. Perkembangan Desa Kardia bisa dikatakan sangat pesat, meski baru sebentar dikelola oleh Party Dark Edge beserta Ren.

Dengan kemampuan Ren, di sisi perdagangan juga sudah mulai menghasilkan pondasi yang sangat baik.

Jika semua berjalan lancar, Desa Kardia akan dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat.

***

Sementara, di depan Undead Tower...

"Heeey!!! Sini kau!!!" Arka berteriak untuk melakukan sejenis taunt kepada Death Bone Dragon.

"GRRAAARRH!!!" Menjawab tantangan Arka, Death Bone Dragon meraung keras meskipun lehernya hanya terdiri dari tulang-belulang tanpa ada pita suara.

Naga Tulang itu menolehkan kepalanya ke arah Arka. Aggro-nya sudah terkunci kepada Arka. Lalu naga itu mulai membuka serangan tanpa basa-basi.

*FWOOOZZZZZHHH!!!*

Breath Attack!

Breath Attack yang terbuat dari dark magic berintensitas sangat tinggi, seperti api neraka hitam menyembur kencang ke arah Arka.

*BLAAAARRRR!!!*

Meledak dan hancur. Itu yang terjadi pada area yang terkena Breath Attack dari Death Bone Dragon. Untung saja semua orang selain Arka sudah kabur menjauh dan menjaga jarak aman. Karena kalau manusia terkena serangan itu, maka tubuhnya akan tervaporisasi menjadi debu partikel ukuran sepersekian mikron. Alias lenyap tak berbekas.

Sekuat apapun Arka, dia hanyalah seorang manusia. Dia juga belum mengenakan Exoskeleton dan tidak berniat menggunakannya di sini. Karena dia yakin bahwa ucapan Vioraze adalah benar dan dapat dipercaya. Jika tubuhnya terkena Breath Attack tersebut secara frontal dan tanpa pengaman, otomatis cerita novelnya akan berakhir sampai di sini.

Tapi tidak. Author tidak sebusuk itu.

Arka melompat! Dia berhasil menghindari Breath Attack tadi dengan jarak setipis helaian rambut. Dia melompat sangat tinggi. Arka sengaja melakukannya supaya mendebarkan bagi para Tentara dan Petualang yang menonton. Seolah-olah kekuatan naga itu sangat besar, sehingga Arka hanya bisa menghindar dan tak mampu menangkis atau mengadunya dengan magic yang dimilikinya.

Padahal, Arka yakin 2748.49% bahwa dia mampu menghabisi naga itu hanya dengan sekali tebasan Kuroshi Dragon Bane, katana kesayangannya. Tapi, jika ia melakukan itu, otomatis rencananya untuk pergi meninggalkan area pertempuran dan masuk ke ruang singgasana Vioraze akan menjadi berantakan.

Arka yakin, mengirim naga ini adalah rencana Vioraze dalam membuat agar dirinya bisa pergi dari situ.

"Apa? Aku tak dapat melihat Arka di tempatnya semula... Apa dia hancur terkena serangan naga itu!?" Rogard berpikir, ia berkeringat dingin dan pucat setelah menyaksikan kekuatan naga tersebut. Rogard sangat lhawatir dengan keadaan Arka. Karena jika Arka mati, itu artinya semua dan setiap orang yang ada di sini juga akan menyusulnya ke alam roh.

Tapi, sesaat kemudian, seseorang melihat di mana posisi Arka saat ini. Ia berteriak, "Di atas! Tinggi sekali!"

Mendengar itu, semua orang menoleh ke arah langit. Dan mereka terkejut menyaksikan seseorang dapat melompat setinggi itu. Sepersepuluh dari tinggi lompatan Arka pun tak dapat dicapai bahkan bagi Rogard sekalipun meski ia telah menggunakan semua combo skill-nya.

"Dead Vortex! Heyaaah!" Arka mengeluarkan kabut dark magic dan membuatnya berpusar menggila di sekeliling kepalan tangan kanannya yang sudah dalam posisi siap memukul. Pukulan Arka ini, terlihat sangat kuat dengan membawa kekuatan magic yang besar mengerikan.

Setidaknya, itu yang terlihat oleh semua orang di bawahnya. Padahal, sebenarnya Arka sama sekali tidak menggunakan energi dark magic yang bisa menghancurkan naga itu. Dia hanya memanipulasi dark magic supaya terlihat keren.

"Bah! Dead Vortex!? Aku dapet ide nama dari mana itu, ya?" Arka menghina dirinya sendiri di dalam hati, karena nama skill yang baru saja dikarangnya terdengar seperti chuunibyou.

Sang naga mengetahui akan adanya serangan menuju ke arahnya dari atas. Menghadapi serangan Arka, sang naga mengepakkan sayap belulangnya dan secara ajaib tubuhnya terbang mundur.

*BLEGAARR!!!*

Pukulan Arka akhirnya hanya menghantam tanah. Energi dark magic yang terkumpul dan berputar di tangannya tadi langsung meledak dan terdispersi ke sekitarnya, menimbulkan efek seperti tornado hitam yang besar tapi singkat.

Death Bone Dragon tidak hanya menghindar. Sambil terbang mundur untuk menghindar, dia juga kembali menembakkan Breath Attack ke arah yang telah diperkirakannya untuk menjadi lokasi mendaratnya serangan terhadap dirinya itu.

*FUWOOZZZZZHH!!!*

"Gawat! Dia tidak akan bisa menghindar!"

"Tidak. Kalau tadi dia bisa menghindar, kali ini juga pasti bisa!"

"Ah! Dia terlalu gegabah! Harusnya dia tidak melakukan itu!"

"Kali ini, nasib kita benar-benar tamat. Dia akan mati, lalu kemudian kita..."

"Apakah kita perlu membantu orang itu? Tapi apa yang bisa kita lakukan di hadapan naga sekuat itu? Mungkin, menahan kegoyahan lutut kita saja masih belum mampu!"

"Oh Dewi Gaea! Selamatkan dia!

Semua Petualang dan Tentara yang menonton sambil terus bertahan dari serangan Undead kelas bawah, memiliki pendapat mereka masing-masing akan situasi Arka saat ini.

Arka bukan orang yang tak memiliki pengalaman bertarung dengan monster kelas B. Malah sebaliknya. Jadi, ia tahu bahwa sebagian besar monster kelas B memiliki kecerdasan yang cukup tinggi. Serangan mereka terencana dan dengan perhitungan sampai taraf tertentu. Bukan seperti monster kelas rendahan, yang bergerak hanya karena insting hewani saja.

Jadi, Arka tahu bahwa dia akan terkena serangan tepat saat ia mendarat supaya dia tidak sempat menghindar. Oleh karena itu, Arka juga sudah mempersiapkan langkah selanjutnya untuk mengantisipasi ini.

Dengan sedikit bantuan yang tak terlihat secara kasat mata dari Sylph, lompatan ke samping yang dilakukan oleh Arka menjadi sangat cepat. Tanpa bayangan, ia sudah berhasil melompat menghindari Breath Attack kedua.

*Whusss!*

Tak memberi kesempatan bernafas bagi Arka dan para penonton, cambukan ekor sudah berayun ke arah Arka sekarang. Dan melihat itu, Arka berpikir, "Mungkin aku kasih sedikit thriller buat mereka? Karena semua orang suka yang mendebarkan."

Arka berpura-pura tidak dapat menghindar, dan menerima ekor Death Bone Dragon dengan telak.

*Dumm!*

*Dhuarr!*

"Waah! Aku tak sanggup lagi menyaksikannya. Mungkin ini adalah akhir hayatku..."

"Di-dia kena dengan telak!?"

"Tidak mungkin, kan!? Tidak mungkin semudah itu dia kalah!"

"Bangkit! Hero!"

"Bangkit!"

"Bangkit Hero!"

Semua orang memberi dukungan semangat agar Arka kembali bangkit. Arka sendiri kaget, kenapa semua orang bisa sepercaya itu? Apakah memang dirinya memiliki bakat berakting yang sudah lama terpendam?

Untuk menghibur mereka...

*Dhuss!*

Arka melakukan serangan balasan. Kali ini dia melontarkan bola energi hitam berukuran selebar empat meter dari lokasi reruntuhan batu dimana Arka terpental barusan.

*Debum!*

Dengan efek benturan meledak disertai bunyi yang keras, sang naga pun terjerembab. Namun Death Bone Dragon langsung bangkit dan kembali mengepakkan sayap tulang-belulangnya yang sekilas terlihat tidak mungkin dapat terbang, tapi ternyata bisa terbang. Naga itu, terbang menjauhi area pertempuran. Dengan ekspresi tengkorak reptil yang seolah menunjukkan bahwa ada sedikit rasa takut di raut wajah Death Bone Dragon terhadap serangan Arka barusan, ia terbang semakin tinggi dan semakin jauh.

"Kesempatan!" Pikir Arka. Lalu ia berbicara dengan suara lantang, "Cyane, ikut aku! Kalian semua, serahkan naga itu kepadaku! Tolong amankan Undead yang lainnya selama aku belum kembali!"

Kemudian, tanpa menghiraukan tanggapan dari semua orang, Arka dan Cyane berlari dengan sangat cepat sambil beberapa kali melompat sangat tinggi, ke arah perginya Death Bone Dragon, untuk mengejarnya.

***BERSAMBUNG***