webnovel

Isekai Medic and Magic

Tentang seorang Sarjana Kedokteran yang bodoh dan pemalas. Entah bagaimana caranya dia bisa mendapatkan titel itu dulu. Namun sekarang, setelah ia tertabrak truk dan mengalami koma, jiwanya dikirim ke dunia lain dengan tubuh yang baru! Dia memulai hidupnya di dunia yang baru. Berpetualang tidak tentu arah dengan berbekalkan sedikit ilmu medis yang ia dapatkan dari kuliahnya dan cheat yang dihadiahkan oleh seorang dewi. Di dunia paralel yang penuh dengan magic dan makhluk mistis!

FranticDoctor · Fantasy
Not enough ratings
165 Chs

Chapter 41

Halo! Lalalalalanjuuuut! Hiiiiihaaa! Woohooo!

Jadilah orang baik yang selalu vote cerita yang disukai.

Sebenarnya, sempat terpikirkan untuk mencoba mengirim naskah novel ini ke penerbit. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, saya terlalu malas untuk melakukannya. Jadi, biar dinikmati orang-orang secara gratis di sini sajalah. Saya tidak rugi juga, karena saya sudah mendapatkan kepuasan tersendiri dengan menulis cerita ini.

Selamat membaca!

_______________________________________

"Fuuu~ haaaahhh! Badanku udah fit lagi! Yuk, kita jalan-jalan!" Ajakku.

"Yeeeee! Jalan-jalan~~ jalan-jalan~~" Ruby berlarian keliling kamar sambil menari-nari entah gaya apa.

Sudah lima hari berlalu semenjak aku terbangun dari peristirahatan panjang. Sekarang, tubuhku sudah terasa bugar kembali. Dan aku juga merasakan kekuatan dark magic yang dapat kukendalikan sudah semakin besar jumlahnya. Perkataan Dewi Nyx memang benar tentang ini. Eh, dia memang tidak pernah berbohong kepadaku.

Hari ini aku akan mengajak Ruby, Syla, dan Ren untuk jalan-jalan. Kasihan mereka hanya menunggu dan menjagaku selama sebulan lebih ini. Mereka juga butuh refreshing. Untung mereka memiliki status Vit yang tinggi, jadi tidak ada satupun yang jatuh sakit.

"Arka beneran udah fit?" Tanya Syla masih sedikit cemas.

"Udah dooong! Nih!" Kataku sambil memfleksikan lenganku untuk menunjukkan otot bisep milikku yang secara fisik sama sekali tidak besar, kecil malah.

"Ah, otot cupu aja banyak gaya..." Syla mengejekku sambil bercanda.

"Arka... Kita sarapan dulu baru jalan-jalan, ya..." Ren berkata sambil berjalan masuk ke kamarku membawa sarapan.

"Makasih, Ren. Kamu imut deh!"

"Uu... J-jangan gitu ah..." Ucap Ren yang masih lemah terhadap pujian dariku.

"Aku? Aku gimana?" Syla tidak mau ketinggalan.

"Syla....."

"Hmmm??"

"Bau."

"Ha?? Se-serius!? Ketekku, ya!? Atau, rambutku!? Padahal aku udah mandi pagi... Ya udah, aku mandi lagi kalo gitu!"

"Eit eit! Nggak, kok... Becanda... Hahaha!"

"Arka jelek ngeselin bangkeee!" Kata Syla, cemberut.

"Hm! Syla juga imut kalo ngambek! Hahaha!" Ucapku, mengangguk.

"Ah tau ah bodo aaah! Aku ngambek pokoknya!"

"Ya udah sono ngambek."

"Lah!? Arka iiiihh rayu dooong!"

"Males gilaaakk... Mana sarapannya, Ren? Yuk buruan sarapan biar cepet jalan-jalan!"

"Jangan cuekin akuuu! Arka jahaaat!"

"Hihihi... Iya ini Arka..." Ren tersenyum sambil memberikan porsi sarapanku.

"Ruby juga mau makan cepet-cepet biar langsung jalan-jalan yeeey!"

Kami sarapan berempat. Lalu bersiap-siap keluar dari Istana Kerajaan Acresta untuk cuci mata ke area kerajaan di luar istana. Tapi, sebelum itu kami bertemu dengan Raja dan Ratu dulu. Mereka tampak senang karena diriku sudah kembali terlihat bugar.

Kami berbincang-bincang sejenak tentang hal-hal yang telah kami alami selama kami meninggalkan Kerajaan Acresta dulu, sampai sekarang. Cerita-cerita singkat saja, tidak sampai setengah jam, lalu semua selesai. Namun, sebelum kami berpamitan untuk keluar istana seharian, Raja Rubion mengajakku berbicara empat mata.

Lalu dia membawaku ke sebuah ruangan. Hanya kami berdua yang ada di ruangan itu. Rupanya Raja Rubion sudah benar-benar mempercayaiku. Dia bahkan tidak membawa seorangpun pengawal untuk menjaganya.

"Jadi, apa yang mau dibicarakan oleh Raja Kerajaan Acresta sampai membawaku ke ruangan ini?" Tanyaku dengan santai.

"Arkanava... Arka. Kudengar kamu memiliki ilmu pengetahuan tentang medis. Apa itu benar?"

"Benar, Raja Rubion. Tapi ilmu medisku tidak tinggi. Sebagian besar hanyalah teori saja."

"Kalau begitu, ada yang ingin kutanyakan kepadamu tentang keluhan yang kurasakan beberapa waktu belakangan ini."

"Silahkan tanya apapun, Raja Rubion."

"Sudah beberapa bulan ini, sesekali aku merasakan keluhan nyeri yang hebat di dada sebelah kiri. Nyeri itu kadang datang tiba-tiba tanpa ada sebab yang jelas. Sakit sekali, seperti dada kiriku ditindih oleh sesuatu yang sangat berat."

"Oh... Begitu... Kalau boleh tahu, apakah nyerinya hanya di dada kiri? Atau menjalar ke tempat lain juga?"

"Biasanya, nyerinya menjalar hingga rahang bagian kiriku."

"Hmm... Kalau Raja Rubion makan, apakah nyerinya berkurang, bertambah, atau tidak berpengaruh?"

"Tidak, sepertinya tidak ada kaitannya dengan itu."

"Aku sebenarnya masih kurang yakin. Tapi kalau Raja Rubion bersedia aku periksa, maka aku akan memeriksa tubuh Raja Rubion dahulu sebelum menyimpulkan."

"Tentu saja boleh. Apa di sini bisa? Atau harus ke suatu tempat khusus?"

"Tidak, tidak. Di sini juga bisa."

"Baiklah. Silahkan dimulai pemeriksaannya."

"Permisi, Raja Rubion." Kataku sambil menempelkan telapak tanganku di dada kiri Raja Rubion.

Untuk sementara ini, ada 3 kemungkinan penyakit yang terpikirkan olehku. Pertama, maag. Kedua, nyeri akibat trauma pada jaringan tulang atau otot di dada. Yang terakhir, penyakit jantung koroner.

Aku bukanlah seorang ahli yang profesional. Aku hanya seorang Sarjana Kedokteran yang baru memulai Program Pendidikan Profesi Dokter, atau sering disebut Koas. Otomatis, ilmuku hanya sebatas teori yang masih kuingat di kepalaku saja, dengan sedikit ilmu praktek dasar. Maklum, nilai ujianku dulu pas-pasan untuk lulus. Hampir saja aku harus mengulang.

Kembali ke pemeriksaan. Tidak ada stetoskop untuk memeriksa jaringan dan organ dalam, dan tidak ada EKG untuk memeriksa jantungnya. Aku menggunakan skill Darkness Reins. Kusalurkan dark magic dari tanganku menuju ke dalam tubuh Raja Albion. Lalu aku periksa seluruh jaringan dan organ yang kucurigai bermasalah tadi.

Dark magic-ku menyusup ke setiap sel-sel yang ada di tubuh Raja Rubion. Lalu kufokuskan kepada lambungnya dan usus duodenum. Di sana, aku tidak menemukan adanya tanda-tanda peradangan ataupun ulserasi yang menandakan adanya penyakit maag maupun tukak lambung.

Berikutnya, kufokuskan dark magic untuk memeriksa seluruh jaringan otot dan tulang di dada kiri Raja Rubion. Kutelusuri setiap mikrometernya menggunakan dark magic. Mulai dari kulit, masuk lebih dalam menuju otot, lalu menyusuri tulang-tulang rusuk dan tulang dadanya. Kemudian tulang selangka.

Setelah itu kuperiksa lagi semua jaringat ikat di tubuhnya. Kuperiksa juga saraf dan pembuluh darah yang ada di dinding dadanya. Sekalian kuperiksa paru-parunya, siapa tahu ada informasi yang terlewatkan olehku.

Sampai di sini, aku masih belum menemukan kelainan.

Fokus terakhir, aku akan memeriksa jantungnya. Dimulai dari bagian paling luar, pericardium (selaput pembungkus jantung. Aman saja. Tidak ada kebocoran ataupun pendarahan di sekitar situ.

Lalu dark magic-ku masuk menyusuri ke dalam pembuluh darah koroner di jantungnya. Perlahan kuperhatikan, satu per satu dari sekian banyak cabangnya. Dan...

Ah!

Ketemu sumber permasalahannya.

"Raja Rubion. Ada sumbatan di arteri koroner pada jantung anda."

"Ah? Apakah itu berbahaya?"

"Ini bisa menyebabkan kematian." Ucapku dengan serius.

"Wah, gawat... Aku belum siap untuk mati! Adakah cara untuk menyembuhkannya!?"

Pertanyaan itu, adalah pertanyaan wajar yang akan ditanyakan pasien kepada dokternya. Tapi, hey! Aku kan belum jadi dokter! Apalagi dokter spesialis jantung dan pembuluh darah! Bagaimana aku bisa menjawabnya? Tapi, aku juga tidak boleh membiarkan ini begitu saja...

Lalu aku terpikir sesuatu. Biasanya, kalau ada atherosclerosis (penyumbatan) di pembuluh darah koroner, bisa dilakukan PCI / Percutaneous Coronary Intervention (pemasangan ring pada pembuluh darah koroner jantung).

Tapi, jangankan untuk melakukannya, melihatnya saja secara langsung aku tidak pernah!

Apakah aku harus mencobanya menggunakan dark magic milikku? Setahuku, prinsip dari PCI itu adalah membuka sumbatan pada pembuluh darah koroner dengan cara mengembangkan 'balon' pada sumbatannya agar terbuka, lalu memasangkan sesuatu seperti cincin sehingga sumbatan itu menjadi paten dan lancar kembali, lalu meninggalkan cincin itu di dalam pembuluh darah.

Secara teori, sekali lagi, secara teori, aku bisa saja melakukan itu. Tapi bukankah ada obat-obatan yang harus diminum sebelum dan sesudah dilakukannya prosedur itu? Obat seperti itu... Mana ada di dunia ini!

Sedangkan di satu sisi, jika hal ini dibiarkan, Raja Rubion bisa meninggal mendadak. Kalau kata orang awam, angin duduk. Ya, angin duduk itu adalah serangan jantung. Mungkin asal katanya dari Angina Pectoris. Yaitu nyeri dada yang khas pada penderita penyakit jantung koroner.

Hmm... Mungkin biar Raja Rubion sendiri yang harus memutuskannya.

"Raja Rubion. Ada tindakan yang bisa kulakukan untuk membuka sumbatan itu. Tapi tetap beresiko. Resikonya juga sama, yaitu kematian. Namun, jika tidak dilakukan prosedur tersebut, resiko kematian akan lebih tinggi lagi dalam waktu yang tidak lama. Jadi, saya kembalikan kepada Raja Rubion. Bagaimana menurut anda?"

"Hmm... Jika tidak dilakukan, ada resiko kematian yang tinggi. Tapi jika dilakukan, juga tetap ada resiko kematian. Hmmm... Sebentar..."

"Silahkan Raja Rubion berpikir dalam-dalam sebelum memutuskan. Kalau begitu, saya permisi dulu." Kataku sambil beranjak dari tempat dudukku.

"Hmmm... Tunggu dulu, Arka."

"Oh?"

"Ayo kita lakukan."

"Raja Rubion yakin?"

"Yakin."

Wah, cepat sekali dia memutuskan hal ini...

"Baiklah. Sekarang?"

"Tidak, sepuluh tahun lagi..."

"Haha... Raja Rubion bisa saja... Baiklah, tapi sebelum itu... Aku butuh membuat surat pernyataan tentang persetujuan tindakan. Yang menerangkan bahwa Raja Albion telah mengetahui segala manfaat dan resiko dari tindakan ini dan bersedia melakukannya. Saya butuh Ratu untuk menjadi saksi."

"Baiklah. Pengawal!"

Raja Rubion memanggil dan memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Ratu Virtena dan menyiapkan selembar kertas dan alat tulis. Aku menjelaskan ulang semuanya kepada Ratu Virtena. Dan kami membuat surat persetujuan tindakan. Ditandatangani oleh aku, Raja Rubion, dan Ratu Virtena. Lalu diberi segel resmi Kerajaan Acresta.

Ok, tindakan PCI kumulai.

Dengan Darkness Reins, aku dapat melewati prosedur kateterisasi dan langsung lompat ke prosedur pengembangan pada penyempitannya dan pemasangan ring. Dengan menggunakan skill Darkness Creation, aku menciptakan 'balon' dan ring dari dark magic di dalam pembuluh darah koroner yang tersumbat.

Kumasukkan 'balon' ke dalam sumbatannya, kemudian balon itu kuperlebar. Membuat sumbatannya menjadi terbuka. Kemudian kufiksasi ring tersebut pada lokasi sumbatan yang telah dibuka. Lalu, kutelusuri ulang seluruh cabang pembuluh darah koroner di jantung Raja Rubion. Setelah kupastikan semuanya aman, kusudahi prosedur tersebut.

"Selesai, Raja Rubion. Aku meninggalkan sedikit magic-ku di dalam pembuluh darah yang tersumbat untuk menjaganya agar tetap terbuka. Mulai sekarang, hindari mengkonsumsi makanan yang berlemak, berminyak, bersantan, jeroan, seafood, kuning telur, dan memperbanyak makan buah dan sayuran."

"Oh... Begitu saja? Aku tidak merasakan apa-apa hahaha... Baiklah, terima kasih, Arka. Selain berhutang nyawa putriku kepadamu, sekarang aku juga berhutang nyawaku kepadamu."

"Tidak usah dipikirkan Raja Rubion. Aku tidak menganggap Raja Rubion berhutang apapun kepadaku. Karena aku hanya ingin membantu."

"Sekali lagi, terima kasih, Arkanava Kardia."

"Baik, Raja Rubion. Kalau begitu, saya pamit dulu untuk jalan-jalan keliling pemukiman penduduk Kerajaan Acresta."

"Silahkan, silahkan... Aku titipkan putriku kepadamu lagi."

"Hahaha... Baik, Raja Rubion."

Akhirnya kami bisa refreshing dengan berjalan-jalan keliling pemukiman penduduk. Ruby terlihat bahagia. Ren dan Syla tampak rileks.

***

"Ah! Kita terlambat! Orang-orang yang masih tertinggal di desa ini, semuanya udah dibunuh!"

"Garen, lupain yang udah mati! Kita bunuhin aja semua Demihuman yang ada di sini!" Fiana mengatakannya sambil mencengkram armor Garen di bagian kerah.

"Di sana!" Grista menunjuk ke arah dimana terdapat 3 ekor Orc dan 4 ekor Goblin.

"Shadow Dagger. Shadow Movement." Lukas yang pertama bertindak.

Lukas mengaktifkan 2 buah skill self buff.

Shadow Dagger, membuat genggaman tangan pada daggernya bergetar cepat hingga berbayang, menambah damage yang dihasilkan oleh dagger-nya dengan menambah jumlah hit untuk setiap serangannya. Sekali sentuhan dagger, dapat menghasilkan 5 sampai 6 hit.

Lalu Shadow Movement, adalah buff menambah kecepatan kaki untuk dapat berlari dengan sangat cepat. Buff ini meningkatkan kecepatan larinya sebanyak 50% dari Agi selama 30 detik.

Kedua buff itu memiliki durasi yang tidak panjang, hanya sekitar setengah menit. Tapi, setengah menit sudah lebih dari cukup bagi seorang Rogue untuk menghabisi musuh-musuhnya. Apalagi musuhnya hanya setara monster kelas E dan F.

*Taptaptaptaptaptap*

"Haaaahhhh!!!"

*Shasshh crasss shiink crasss shink shiink jroosss*

Lukas berlari dengan sangat cepat dan menyerang musuh-musuhnya. Garen, Fiana, dan Grista sangat sulit untuk melihat perpindahan posisi Lukas. Karena ketika Lukas berlari dengan buff Shadow Movement, seluruh tubuhnya hanya terlihat seperti sekelebat bayangan yang bergerak luar biasa cepat. Tentunya, kecuali Cyane dan Aesa. Cyane terlihat sangat bosan mengikuti yang mereka semua lakukan.

Aesa, walaupun dia adalah seorang Earth Mage yang hanya memiliki status Int yang tinggi dengan Dex pas-pasan, tapi dia juga merupakan anggota Party Dark Edge. Artinya, Dex milik Aesa juga sudah meningkat pesat karena adanya buff pasif dari Arka. Aesa dapat melihat pergerakan Lukas dengan mudah, seperti halnya Cyane.

"Hm. Lukas memang cepet banget. Aku kesulitan untuk ngeliat pergerakannya." Gumam Garen.

"Memang, dia adalah Rogue andalan kita... Aku cuman bisa ngeliat darah dari musuh bercipratan, nggak keliatan Lukas ada dimana." Tambah Fiana.

"Cih. Lambat." Kontras dari ucapan mereka berdua, Cyane malah mengatakan Lukas lambat.

"He? Ce-cepat, ya... A-aku bisa ngeliat pergerakan Kak Lukas dengan jelas, sih..." Ujar Aesa dengan suara kecil kepada dirinya sendiri.

"Fiana! Bantu Lukas! Di sana!" Grista tidak memperhatikan obrolan mereka, tapi terus memperhatikan medan pertempuran di sekitarnya.

Ternyata, terdapat 6 ekor Goblin yang bersembunyi dan mengendap-ngendap menunggu momen yang tepat untuk menyergap Lukas yang hampir mengalahkan semua musuhnya.

Untung Grista melihatnya. Grista memang memiliki Dex yang cukup tinggi sebagai Alchemist sehingga dia lebih cermat dalam memperhatikan sekitar.

"Ha! Kalian mencoba untuk menyergap Lukas, ya... Hell Fire." Ucap Fiana, dingin.

*Fuuuuuzzzzsssshhh*

Dari jarak jauh, Fiana mengeluarkan skill AoE fire magic tingkat menengah. Membakar 6 ekor Goblin yang sedang bersiap-siap untuk menyergap Lukas, sekaligus. Skill yang digunakan Fiana itu sedikit overkill.

Enam ekor Goblin yang masuk dalam AoE Hell Fire langsung hangus menjadi abu seketika setelah jet api biru besar yang menyembur dari bawah tanah yang mereka pijak itu berhenti. Termasuk semua tanaman dan tanah di AoE itu juga ikut hangus menghitam.

"Fi... Selo aja sih... Hemat mana, karena kemungkinan musuh kita masih banyak banget." Garen memperingatkan Fiana.

"Kata seorang Tank impoten yang nggak berbuat apa-apa..." Balas Fiana ketus.

"Ya kan tugasku buat--"

"Garen! Ada yang melempar batu ke arah kita dari sana!" Grista memotong kata-kata Garen.

"Sacrificial Link!" Garen refleks mengeluarkan skill Tank tingkat atas untuk melindungi seluruh tim dari serangan lemparan batu.

"Intermediate Vit Up!" Liv memberikan buff 20 Vit kepada Garen.

Semua trayek lemparan batu yang ditujukan kepada semua anggota tim lainnya langsung berbelok secara magis ke arah Garen. Garen langsung mempersiapkan tower shield miliknya untuk menangkis serangan tersebut.

*Pang pang brakk pang brakk pang pang pang pang*

Semua batu yang dilempar oleh musuh, mendarat tepat pada tower shield Garen. Tidak ada satu orangpun yang terluka karenanya.

"Hemat mana, njing! Goblok!" Fiana menceletuk kasar, bermaksud membalas ucapan Garen sebelumnya.

"Fuck lah kau, Fi! Ya udah, kita berpencar! Putri Liviara, Kak Cyane, dan Grista, ikut Aesa. Yang lainnya ikut aku! Kita bertemu di utara desa ini setelah membersihkan semua musuh yang ada." Ide dari Garen.

Garen membagi tim berdasarkan pertimbangannya terhadap kemampuan tempur setiap orang. Di timnya sendiri, ada 1 Tank dan 2 DPS. Di tim Aesa, ada 2 Support dan 1 DPS GG, ditambah 1 makhluk yang dianggap absen.

"Cih! Aku hanya akan melindungi Aesa! Tidak ada yang bisa memerintahku selain Tuan Arka!"

"A-ayo Kak Cyane... Ki-kita pergi yuk... jangan marah-marah, K-Kak Cyane..." Aesa mengajak Cyane untuk pergi sesuai rencana Garen, dengan takut-takut.

Mereka berpencar menjadi 2 tim berisi masing-masing 3 orang dan 4 orang. Mereka harus bergerak cepat untuk meredam kebrutalan dari serangan para Orc dan Goblin agar korban yang berjatuhan tidak bertambah lebih banyak lagi dengan cepat.

***BERSAMBUNG...***

______________________________________

Ahsek ahsek josss... zelezai ufufufu... Vote yah! Yeeeaaaay!