webnovel

Isekai Medic and Magic

Tentang seorang Sarjana Kedokteran yang bodoh dan pemalas. Entah bagaimana caranya dia bisa mendapatkan titel itu dulu. Namun sekarang, setelah ia tertabrak truk dan mengalami koma, jiwanya dikirim ke dunia lain dengan tubuh yang baru! Dia memulai hidupnya di dunia yang baru. Berpetualang tidak tentu arah dengan berbekalkan sedikit ilmu medis yang ia dapatkan dari kuliahnya dan cheat yang dihadiahkan oleh seorang dewi. Di dunia paralel yang penuh dengan magic dan makhluk mistis!

FranticDoctor · Fantasy
Not enough ratings
165 Chs

Chapter 25

Halo Pembaca! Silahkan klik VOTE jika anda menyukai cerita ini. Terimakasih!

Percuma saya minta komentar dan saran, pasti bagian ini di-skip semua yang baca.

Anyway, selamat membaca!

_______________________________________

"Potiooon! Mari dibeli Potion-nya untuk persiapan sebelum masuk tower! Potion kami adalah yang paling murni!"

"Tuan dan Nyonya~ Silahkan lihat-lihat dulu aksesorisnya~ Dari yang biasa sampai yang dapat meningkatkan status, kami punya semua~"

"Bekal makanan instan! Untuk perbekalan yang simple dan siap saji! Silahkan dicicip dulu!"

"Mari... Mari... Kami memiliki berbagai jenis senjata tajam dengan kualitas tinggi dan harga miring..."

Sudah 4 bulan semenjak kami keluar dari Undead Tower. Dark Edge dan Tuan Rogard tak kunjung keluar juga. Bahkan, tampaknya sudah banyak yang mulai melupakan bahwa Dark Edge dan Tuan Rogard masih berada di dalam untuk menjelajahi Undead Tower.

Saat ini, sudah banyak pedagang-pedagang yang membuka lapak di sekitar Undead Tower. Sampai ada juga yang membangun toko kecil dari kayu. Sebagian besar barang dagangan yang dijual adalah perlengkapan dan keperluan untuk menantang Undead Tower.

Petualang-petualang lain, mulai dari plat iron sampai plat silver, sudah membanjiri area di sekitar tower. Beberapa plat gold dan segelintir plat diamond juga datang untuk menguji kekuatan mereka. Suasananya kini, begitu hidup...

Plat iron sampai silver pada umumnya hanya mampu bermain-main dari lantai 1 sampai lantai 5, lalu melarikan diri sebelum Zombie Troll King keluar dari singgasananya.

Mereka hanya mengumpulkan Exp dan serpihan magic crystal kecil untuk mencari tambahan uang. Karena hasil yang didapat dari tower ini lebih besar daripada menjalankan misi di guild.

Ada tiga hal baru tentang Undead Tower ini yang sudah dikonfirmasi. Setelah kami kembali dari misi penjelajahan pertama, kami menjelaskan apa saja yang kami temui di dalam. Lalu banyak petualang yang ingin mencobanya, dan mereka menemukan beberapa hal penting. Dan inilah hasil temuan dari semua petualang yang sudah diuji dan dikonfirmasi.

Yang pertama, interval dari satu party ke party berikutnya untuk memasuki Undead Tower adalah sekitar 1 jam. Jika waktu 'cooldown' untuk memasuki Undead Tower belum tuntas dan sudah ada yang mencoba memasukinya, akan diteleportasikan ke lantai 1 lagi ketika mereka baru memasuki lantai 2.

Untuk menghindari keributan karena berebut giliran, Guild mengirimkan administrator untuk membantu mengatur daftar antrean memasuki Undead Tower. Semuanya setuju dan sepakat harus mengikuti antrean. Namun plat gold mendapatkan hak khusus untuk melewati antrean, apalagi plat diamond. Otomatis, dalam sehari, maksimal hanya 24 party yang bisa masuk.

Tapi anehnya, bagaimanapun cepatnya pergerakan party berikutnya dan betapapun lambatnya pergerakan party sebelumnya, tidak ada yang bertemu di dalam tower, walaupun mereka sama-sama berada di lantai yang sama pada waktu yang sama. Mungkin mereka berada di dimensi yang berbeda? Aku tidak tahu.

Yang kedua, jumlah anggota party maksimum adalah 5 orang. Tidak seperti misi penjelajahan awal, hingga 20 orang bisa masuk secara bersamaan. Mungkin waktu itu merupakan 'hadiah' dari sang pencipta tower sebagai pesta pembukaan berdirinya Undead Tower. Tapi itu baru sebatas asumsi.

Bagaimana jika anggota party yang masuk melebihi 5 orang? Setelah mereka menaiki tangga menuju lantai 2 dan masuk ke dalamnya, mereka semua akan langsung diteleportasikan ke lantai 1 lagi.

Yang ketiga, menurut informasi yang telah dikonfirmasi kebenarannya, setiap petualang yang mati terbunuh di dalam Undead Tower akan dihidupkan kembali dan ditransfer ke lantai 1. Namun, semua perlengkapan, peralatan, persenjataan, armor, aksesoris, ransel dan isinya, akan tertinggal di tempat mereka mati.

Mereka hanya membawa pakaian dasar yang dikenakannya ketika hidup kembali. Pernah ada yang mencoba hanya memakai armor tanpa pakaian biasa di baliknya, dia kembali ke lantai 1 dalam keadaan bugil.

Sesuai kesepakatan bersama antar petualang yang ada di sini, semua barang yang tertinggal di dalam tower, adalah milik siapapun yang menemukannya. Pemilik sebelumnya harus mengikhlaskan dan tidak boleh mengklaim lagi barang yang sudah tertinggal. 

Hal tersebut justru memicu para petualang untuk terus berusaha menaklukkan Undead Tower. Barang-barang yang mereka kumpulkan dari sana pun dapat dijual kembali. Ditambah hasil dari penjualan magic crystal, akan menjadi sangat lumayan. Karena magic crystal itu harganya cukup stabil seperti mata uang, dan seluruh kerajaan yang ada di benua ini selalu membutuhkannya.

Seluruh peralatan dan perkakas magic, membutuhkan magic crystal sebagai sumber energinya. Termasuk di dalamnya alat untuk menempa armor dan senjata, alat untuk pencahayaan, kompor, pendingin dan pemanas, kipas, pompa, dan lain sebagainya. Kehidupan manusia di sini selalu membutuhkan magic crystal.

Mengapa magic crystal bisa seberharga itu? Karena magic crystal adalah energi magic murni yang memadat dan membentuk kristal. Energi magic murni itu, dapat ditransformasikan menjadi keempat elemen dari magic elemen natural.

Api? Air? Es? Angin? Listrik? Tanah? Apapun itu, asalkan masih masuk dalam kategori magic elemen natural, semua bisa dilakoni oleh magic crystal. Ibarat minyak bumi, memiliki potensi yang tinggi, namun akan habis setelah dipakai. Begitu pula magic crystal.

Aku, merupakan salah satu dari banyak pencari magic crystal. Memang saat ini aku dan teman-teman di party-ku masih plat silver. Tapi semenjak kami menjadi pengikut Arka, kekuatan kami sekarang sudah setara dengan petualang plat diamond yang baru mendapatkan promosi.

Kami hanya kekurangan prasyarat untuk kenaikan tingkat petualang saja, yaitu menyelesaikan 20 misi plat silver dari guild. Kami baru menyelesaikan 14 dari 20. Akan tetapi, sepertinya itu harus menunda sampai kami mendapatkan uang yang cukup untuk upgrade equipment.

"Lukas!"

Aku menoleh ke arah sumber suara yang memanggilku. Suara itu, suara seorang wanita yang familiar di telingaku. Sedikit kasar, lantang, dan sama sekali tidak feminine.

"Ada apa, Fiana?"

Ya, tentu saja itu Fiana. Di dunia ini hanya ada dua perempuan yang bisa kuanggap 'dekat' denganku karena kami adalah anggota party yang sama, Lunar Eclipse. Satunya Fiana, dan satu lagi adalah seorang wanita feminine dan lemah lembut, kecuali jika sedang marah. Adalah Grista.

"Kau udah siap? Giliran kita sebentar lagi loh."

"Oh, sudah."

"Dimana sih si Garen?" Tanya Fiana sambil melihat-lihat ke sekitar.

"Mencari shield baru." Jawabku dengan datar.

"Kata Garen, dia butuh shield baru yang lebih kuat dan ada tambahan magic defense (pertahanan terhadap serangan magic)." Grista menimpali.

"Oh... Jadi Garen serius mau ngalahin Rotten Dragon?"

"Jangan bilang... Fiana belum mempersiapkan diri untuk mengalahkan Rotten Dragon..." Grista melihat Fiana dengan tatapan tidak percaya.

"Ah- Ahahaha... A-aku udah siap kok... Ahahaha..." Jawab Fiana dengan tawa kaku.

"Fiana..." Grista menatap Fiana dengan sedikit sedih.

Aku sendiri, sudah mempersiapkan anak panah khusus yang matanya sudah dilumuri dengan Holy Water (air suci). Rotten Dragon adalah undead, dan undead memiliki kelemahan terhadap elemen light. Holy Water merupakan item yang memiliki elemen light.

Organisasi religi menjual Holy Water dalam bentuk vial. Mereka bukan mencari keuntungan dari hasil penjualannya, tapi uang yang didapatkan akan dipergunakan sebagai uang kas organisasi untuk mendanai kegiatan sosial yang mereka adakan.

Mungkin, daripada sibuk mencari shield yang bagus dan mahal, menurutku sebaiknya Garen melumuri shield yang dimilikinya sekarang dengan Holy Water. Jika efek Holy Water sudah mulai memudar, dia bisa melumuri ulang shield-nya dengan Holy Water yang baru.

Memang sedikit merepotkan, tapi jauh lebih murah dibanding membeli shield mahal. Apalagi kalau sampai tertinggal di dalam karena mati. Yah, itu hanya pendapatku saja. Keputusan tetap ada di tangan Garen.

"Teman-teman! Maaf udah nunggu lama! Apa semuanya udah siap?" Kata Garen sambil berlari ke tempat kami berkumpul.

"Garen doang yang kelamaan." Jawab Fiana ketus.

"Hehehe... Iya, karena lumayan langka shield yang ada tambahan mdef-nya (magic defense)."

Garen datang membawa shield logam berwarna silver kebiruan. Mithril kelas menengah, sepertinya. Mithril memang memiliki afinitas yang cukup tinggi terhadap magic, jadi tidak heran jika shield mithril juga memberikan tambahan mdef yang lumayan.

Selama beberapa bulan ini, kami selalu kalah melawan Rotten Dragon. Bahkan, akhir-akhir ini kami selalu menghindari bertemu Rotten Dragon. Langsung kabur kembali menuju portal keluar.

Karena, maksimal Garen hanya mampu menahan 2 kali serangan Breath Attack. Selebihnya, rata dengan tanah.

Oh, satu lagi hal penting yang perlu diketahui tentang perubahan yang terjadi pada Undead Tower setelah kami keluar pada saat penjelajahan yang pertama kali.

Yaitu, jika pada penjelajahan awal tidak ada portal kembali setelah kami teleport ke lantai berikutnya, kini sudah ada portal untuk kembali di lokasi awal setiap lantai.

Undead Tower ini sungguh menakjubkan. Kita tidak akan mati jika terbunuh di dalamnya, dan kita bisa kembali kapanpun kita mau. Daripada disebut sebagai 'dungeon', tempat ini lebih cocok disebut sebagai 'training ground' (tempat latihan). Di samping itu, juga cocok disebut gudang magic crystal.

Selain kantong yang bertambah tebal, level kamipun semakin bertambah. Dan sekarang, level kami bertiga sudah mendekati 50. Hanya Grista yang masih berada tepat di angka 45. Mungkin karena dia lebih sering bersama Dark Edge saat penjelajahan pertama.

Dark Edge... Berbicara tentang mereka, kenapa mereka lama sekali berada di dalam Undead Tower? Apakah party sekuat itu mengalami kesulitan di Undead Tower? Aku tak percaya.

"Ayo, Fiana, Grista, Lukas, kita berangkat! Ayo ayo ayo!" Garen menyemangati kami.

"Berangkat!"

"Baiklah..."

"..."

Grista membawakan bahan makanan instan untuk kami semua di dalam ranselnya. Sementara yang kami bawa hanyalah HP/MP/Stamina Potion saja agar lebih leluasa dalam bergerak ketika ada serangan dari monster.

Hari ini, kami akan mencoba menantang Rotten Dragon kembali. Setelah beberapa kali mencoba melawannya, kami sudah memformulasikan berbagai strategi yang akan kami coba hari ini untuk menaklukkan Rotten Dragon.

Memang, kami tidak sekuat Dark Edge. Namun dengan strategi yang tepat, pasti akan dapat mengkompensasi kekuatan kami yang masih kurang.

*Grrrrooookkk grugrugru...*

Pintu Undead Tower kami buka, dan penaklukkan dimulai kembali...

***

*Shii... Shiii... Shii... Shiii...*

Setelah beberapa lama, kami berempat ditransfer kembali ke lantai 1. Kenapa kami ditransfer ke lantai 1 lagi? Tentu saja, kami semua masih kalah melawan Rotten Dragon. Rotten Dragon itu masih terlalu kuat bagi kami.

Kami berempat, hanya mengenakan pakaian dasar saja, tanpa ada equipment tempur yang melekat pada tubuh kami. Tentu saja karena kami 'mati' di dalam Undead Tower.

"Aaarrgh! Kenapa gagal terus sih!"

Garen kesal karena kami kalah lagi. Dan pastinya, kami kehilangan equipment lagi. Usaha farming (mengumpulkan) magic crystal selama seminggu jadi sia-sia. Bukan sia-sia, sebenarnya. Tapi hanya belum membuahkan hasil.

Kalau dipikir-pikir, sudah banyak strategi yang kami olah sedemikian rupa untuk menaklukkan Rotten Dragon. Mulai dari formasi menyebar dengan Garen sebagai pengalih perhatiannya, aku dan Fiana menyerang dari titik buta sang naga. Hingga serangan all out frontal. Semua dimentahkan.

Titik kelemahan naga raksasa busuk itu berada jauh dari kemampuan serangan kami untuk menembus kulit, daging, dan tulangnya. Garen pun masih belum mampu menahan Poison Breath darinya lebih dari 2 kali.

Lantas, apalagi yang harus kami lakukan?

Mungkin kami harus mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk membeli equipment yang sangat kuat. Tapi, walaupun dengan equipment yang sangat kuat, aku melihat Rogard masih kesulitan untuk menembus tulang tengkorak dari naga itu.

Bagaimana caranya?

Ah, mungkin saat ini cukup memfokuskan diri untuk meningkatkan status, teknik, strategi, sambil mencicil equipment yang sangat kuat. Perlahan, kami pasti bisa.

Kalau dipikir lagi, kemungkinan lima orang petualang plat diamond pun harus banting tulang untuk mengalahkan monster raksasa kelas C. Dengan dibatasinya jumlah party menjadi maksimum 5 orang, membuat tingkat kesulitan dungeon ini menjadi berlipat ganda.

Akan tetapi, kami tidak boleh kehilangan semangat juang. Karena jika itu sampai terjadi, kemungkinan untuk mengalahkan Rotten Dragon akan menjadi nol persen. Selama ada semangat juang, akan selalu ada kemungkinan walaupun hanya 0.1%.

"Sudahlah, Garen... Berikutnya, coba kita mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi. Mungkin, sementara ini kita perlu menaikkan tingkatan petualang kita menjadi plat gold dulu sambil meningkatkan kemampuan dan peralatan kita?"

"Hahh... Tetep aja, Gris... Kesel banget rasanya!"

"Udah deh, titit letoy... Aku juga kesel. Tapi kan emang karena kitanya yang kurang siap." Fiana menyiramkan bensin ke api emosi Garen.

"Kamu tuh! Nggak ada persiapan matang. Skill andalanmu aja cuman bisa bikin sedikit gosong di kulitnya!"

"Garen... Udah nggak usah bertengkar... Fiana juga salah, nggak mempersiapkan diri dengan matang." Grista menengahi.

"Aku setuju dengan proposal Grista tadi." Kataku dengan santai.

"Proposal yang mana, Lukas?" Garen bertanya dengan ekspresi bingung.

"Plat gold."

"Oh........ Aku nggak menolaknya." Jawab Garen setelah jeda cukup lama.

"Boleh juga tuh. Aku udah eneg sama Dungeon ini. Butuh suasana baru."

"Kalo gitu, ayo kita keluar dulu. Packing, terus balik ke Dranz." Garen memutuskan.

""Siap!"" Jawab Fiana dan Grista serentak, aku hanya mengangguk.

Kami pun keluar dari Undead Tower dan berjalan menuju tenda kami. Suasana hari ini masih ramai, seperti biasanya. Sekitar 200 atau lebih petualang plat iron hingga silver berlalu-lalang dengan kesibukan mereka masing-masing.

Tapi, ada yang baru. Sebuah tenda besar, terlihat mahal, berdiri di dekat tenda militer. Kemungkinan besar adalah milik petualang plat diamond. Dan setelah kulihat lebih teliti lagi, sekitar 4-5 dari mereka sedang mengobrol di dekat tenda mewah itu.

Wah, sebentar lagi akan ada berita besar sepertinya.

"Itu... Para petualang plat diamond?"

"Kalo diliat dari tendanya, kayaknya sih iya, Fi..."

"Garen, gimana kalo kita tes duel sama mereka?"

"Fiana... Ingat, kita membawa nama baik Arka, kita bawahan Arka sekarang. Kalo kita cari masalah, nama Arka yang buruk jadinya."

"Ya kan minta izin duluuu... Ngomong baik-baik... Kalo mereka menolak, baru deh, hahaha!"

"Kan kan... Kelakuanmu kayak tai kambing."

"Ya udah, aku sendiri aja! Aku mau spar sama Mage mereka, kayaknya kuat tuh..."

"JANGAN."

Garen dan Fiana, tidak pernah berhenti cekcok. Rasanya, kalau mereka tidak berdebat, mungkin salah satunya sedang sakit.

Kegiatan beres-beres kami hampir selesai. Semua barang dan bawaan yang kami tinggalkan di tenda, sudah masuk ke dalam ransel besar yang kami bawa masing-masing. Kami tinggal membereskan tenda-tenda yang akan kami bawa kembali ke kota.

"Habis packing tenda-tenda ini, kita langsung berangkat yaa..." Kata Garen.

"Gimana kalo istirahat duduk-duduk sebentar, Gar?"

"Hmm... Boleh aja kalo ma-"

"Rogard! Itu Tuan Rogard!"

"Ya! Mereka sudah kembali!"

"Wah, benar! Itu Tuan Rogard!"

"Dark Edge juga! Itu mereka di belakang Tuan Rogard!"

Tiba-tiba, terdengar keributan di sekitar pintu masuk Undead Tower. Semua orang berbondong-bondong berlari mendekati pintu masuk Undead Tower. Dan aku mendengar nama 'Dark Edge' disebut-sebut di antara keributan tersebut.

"Dark Edge udah balik?" Garen yang pertama berkomentar.

"Da-Dark Edge?" Fiana langsung salah tingkah.

"A-Arkaa!" Grista, tanpa pikir panjang langsung berteriak dan berlari ke arah kerumunan itu.

Aku mengikuti Grista. Tak lama, Garen dan Fiana juga ikut. Kami berempat berlari santai ke arah kerumunan itu. Rasa penasaran telah memenuhi pikiranku.

Bagaimana hasil penjelajahan mereka? Apa saja yang sudah mereka hadapi? Dan apa saja yang sudah mereka dapatkan dari penjelajahan itu? Lalu, bagaimana kisah mereka di dalam sana? Aku penasaran.

Grista dan Fiana sepertinya memiliki motif lain, tidak sepertiku. Dan Garen, tampaknya dia hanya mengikuti arus saja karena seluruh anggota party-nya berlari ke arah Dark Edge. Tapi yang kutahu pasti, mereka kesana bukan untuk Rogard. Karena aku juga begitu.

Sekilas terlihat dari sudut mataku, para petualang plat diamond yang tadinya sedang mengobrol, juga ikut mendatangi kerumunan itu. Tampaknya mereka menjadi ikut penasaran karena para petualang yang berkerumun itu terdengar heboh sekali atas kedatangan Rogard bersama party plat silver yang mereka belum pernah kenal sebelumnya.

Kami pun sampai di kerumunan itu. Grista, tampak sangat gelisah dan berusaha sangat keras untuk menembus kerumunan yang sangat padat itu.

"Arkaaa!" Teriak Grista yang akhirnya berhasil menembus kerumunan.

"Halo Grista! Udah lama nggak liat kamu, Gris!" Kata Arka membalas panggilan Grista.

Grista tidak menjawabnya, tapi langsung memeluk Arka dengan sangat erat sambil menitikkan air mata.

Eh? Grista? Itu Grista? Kenapa dia sampai segitunya? Seperti... Kekasih yang sudah lama tak berjumpa.

"Eh! Grista kenapa? Kok nangis?" Kata Arka sambil kebingungan sewaktu dipeluk Grista.

"Wah... Alamat deh ini... Bentar lagi keluar nih chapter bokepnya..." Kata Syla dari samping Arka sambil menunduk memegang dahinya.

Maksud Syla berbicara seperti itu, apa ya? Aku sama sekali tidak ada ide tentang itu. Jadi aku anggap angin lalu saja.

Saat ini, aku sedang berusaha menembus kerumunan padat ini melalui celah-celah di antara kerumunan yang bau keringat. Aku tidak masalah dengan bau keringat itu sebenarnya, karena pasti tubuhku juga bau keringat.

Tapi ini terlalu padat. Tubuh Grista ramping, jadi lebih mudah untuk menembusnya. Ditambah lagi, hasratnya begitu menggebu untuk bertemu dengan Arka. Dan aku tidak semenggebu itu.

Sambil berusaha menembus kerumunan, aku mencuri dengar percakapan para petualang plat diamond.

"Rogard! Lama tak jumpa!" Ucap salah satu petualang plat diamond yang bersenjatakan pedang ramping.

"Theo, apa kabar!" Jawab Rogard sambil menjabat tangannya.

"Kudengar kau memimpin pasukan untuk menjelajah dungeon ini ya?" Kata petualang plat diamond lainnya yang tampak seperti Mage kelas atas.

"Ha... Yaa begitulah, Moreli... Walaupun-"

"Waah hebat Kakak Rogard!" Sambut seorang Spearman yang juga plat diamond, memotong kata-kata Rogard.

"Haha... Bisa saja kau, Andeo..."

"Bagaimana kalau kau gabung ke party kami? Kami masih kekurangan 1 anggota lagi." Pengguna gada besar yang terlihat dari auranya seakan menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin party plat diamond itu.

"Ah, Hagond, kalau itu, sebenarnya-"

"Paman Rogard?" Tiba-tiba Arka memegang bahu kiri Rogard dari belakang sambil berbisik.

"Arka, tenang saja..." Respon Rogard kepada Arka dengan nada yang rendah, berusaha meyakinkan Arka akan sesuatu.

"Haha... Baiklah kalo gitu, Paman..."

"Hey plat silver! Siapa kau!? Lancang sekali memotong pembicaraan kami!" Bentak Hagond kepada Arka sambil menarik kaos Arka di bagian dada.

"Hagond, hentikan-"

*Krreettt*

Terdengar suara panah yang ditarik dengan kuat dari arah belakang Arka. Tidak salah lagi, itu Syla. Wajahnya tersenyum, tapi bukan senyuman ramah, apalagi manis. Senyuman seorang predator yang menemukan mangsa. Wah. Ini bisa menjadi tontonan seru.

*Shiiink*

Theo, melihat Hagond ditargetkan oleh Archer wanita Dark Elf yang tidak dikenalnya, langsung mengambil inisiatif untuk berlari secepat kilatan petir sambil mencabut rapier di pinggangnya. Sepertinya dia berniat untuk mengancam Syla agar melepaskan bidikannya, dengan meletakkan ujung rapiernya di leher Syla.

Akan tetapi, setelah dia mencabut Rapiernya dari sarung pedang di pinggangnya, dan belum sempat meletakkan ujungnya di leher Syla, tanpa ada peringatan...

*Bletrakk*

*whuuss*

*brakkk*

Tiba-tiba terdengar suara hantaman keras dan Theo dikirim ke udara. Kemudian Theo jatuh di tanah, tak mampu bangkit.

"ANJING !!! JANGAN BERANI MENCOBA MENYENTUH WANITAKU !!!"

Arka, yang bajunya sedang ditarik oleh Hagond sesaat yang lalu, tiba-tiba kini sudah berada di depan posisi Theo berdiri sebelumnya. Posisi tangan kanan Arka yang masih mengepal itu, menjulur ke depan seperti telah meninju sesuatu.

"""Theo!""" Teriak Hagond, Moreli, dan Andeo bersamaan.

Kemudian semua orang terdiam untuk sesaat. Kerumunan petualang yang tadi berkumpul, sudah lama menjauh karena perasaan mereka mengatakan hal buruk akan segera terjadi.

Hagond terlihat bingung menatap tangannya yang kini hanya mencengkram udara kosong. Moreli pun masih mencerna apa yang barusan terjadi. Andeo, tidak jauh berbeda dengan Moreli.

"Sudah kubilang, henti-" Rogard mengatakan dengan wajah kecewa.

"Sylph Tornado!"

Belum sempat Rogard menyelesaikan kalimatnya, Moreli sudah melepaskan skill magic angin andalannya karena merasa anggota party-nya sudah diserang.

*Wuuuuussssshh*

Sebuah tornado kecil, namun sangat padat energi, ditembakkan oleh Moreli ke arah Arka. Tidak ada tanda-tanda keraguan ataupun menahan kekuatan dari wajah Moreli. Tembakan magic itu dimaksudkan untuk membunuh, bukan sekedar untuk memperingati.

*Bhuoooozzz*

Namun, belum sempat mengenai Arka, tiba-tiba ada sebuah bola api kecil yang menelan Sylph Tornado milik Moreli. Tidak sampai di situ, bola api itu masih bergerak lurus ke arah Moreli. Membuat mata Moreli menjadi terbelalak lebar.

"Jangan!"

Rogard berteriak sambil melompat dengan gesit ke depan Moreli, menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk menahan bola api yang ditembakkan oleh seekor naga kecil, Ruby.

*Blaaarrrr*

"Aaaaaaakk!"

"Haaaakkk!"

Tak terhentikan, bola api itu menghantam perut Rogard dan meledak. Rogard terpental dan menabrak Moreli dengan sangat keras, kemudian mereka berdua terpental sejauh 10 meter.

Hanya trauma minor dengan luka bakar ringan yang ada pada tubuh Rogard. Untungnya, Ruby sempat mengurangi energi magic pada Fire Breath yang ditembakkannya sebelum mengenai Rogard.

Akan tetapi, Ruby tidak sempat menghilangkan seluruh energi magic-nya. Sedikit sisa energi pada bola api itulah yang kemudian meledak dan membuat mereka berdua terpental dan terkena luka bakar ringan.

"Khuk... Hukk... Berhen-"

"Dragon Hunt!"

Andeo panik melihat yang terjadi barusan. Di dalam kepanikannya, ia reflex mengeluarkan skill untuk menyerang sosok petualang plat silver yang memakai pakaian serba hitam di depannya.

Belum sempat Andeo melompat untuk menginisiasi skill-nya...

*Bhuuggg*

"Khaakkk!" Teriak Andeo.

Arka, tanpa sekelebat bayangan sedikitpun, berpindah ke samping Andeo dan menendang rusuk kanan Andeo. Akibatnya? Andeo terlempar sekitar 5 meter, dan hampir dipastikan mengalami patah tulang rusuk sebanyak 2 atau 3 buah pada lokasi yang ditendang Arka.

"SKILL-MU BISA KENA SYLA DAN REN, DASAR GOBLOK !!!" Teriak Arka dengan emosinya yang sudah meledak.

Hagond yang masih melihat genggaman tangannya, kemudian terperanjat melihat empat orang temannya sesama petualang plat diamond sudah terlempar kesana kemari dan kesulitan untuk bangun lagi.

Hagond serta-merta langsung naik darah. Kepalanya panas oleh kemarahan yang mendidih. Dia langsung mengambil gada yang ada di punggungnya, dan berlari ke arah Arka untuk menyerang sekuat tenaga.

"HEYAAAAAHHH !!!"

Hagond melupakan satu hal. Dia melupakan sosok yang pertama kali mengangkat senjata dengan senyuman kejam di wajahnya, gadis Dark Elf yang selalu siap menembakkan anak panah ke arahnya, kapanpun dia mau.

*Syuuu syuuu*

*Jleb jleb*

"Huaaahhh!!!" Teriak Hagond karena merasakan nyeri luar biasa.

*Whuuuuusssss*

*Braaakkk*

Dua buah mata panah bersarang dalam di tubuh Hagond, masing-masing di bahu kanan dan paha kanannya. Hagond terlempar jauh dan menabrak pohon besar yang menghadang di arahnya terlempar, akibat dorongan dahsyat dari anak panah yang ditembakkan Syla.

Dorongan dari anak panah? Membuat pria berbadan sebesar Hagond, yang bahkan masih jauh lebih besar daripada badan Rogard maupun Garen, dapat melayang sejauh itu?

Tentu saja itu bukan anak panah yang simple. Syla sudah mengimbuhkan magic angin yang memiliki daya dorong tinggi pada dua buah anak panah yang ditembakkannya hampir tanpa jeda tersebut.

Namun demikian, Syla hanya memberikan energi minimum pada lontaran anak panahnya, sehingga hanya tertancap saja, tidak sampai menghancurkan bahu dan paha Hagond.

"Kau mau menyerang Arka? Hahaha... Kau akan sudah menjadi seonggok daging tak bernyawa sebelum mainan kecilmu itu bisa menyentuh Arka-ku..." Ucap Syla dengan mata melotot dan senyum keji.

Syla... Memiliki sedikit sisi yandere di dalam dirinya...

"Uhukk... Kalian... Bodoh! Uhuk uhukk... Sudah kubilang, hentikan! Uhuukk... Kalian bukan tandingan mereka, tolol!" Teriak Rogard yang masih dalam posisi merangkak memegangi perutnya, kepada para petualang plat diamond lainnya yang masih terbaring kesakitan.

Kalian bukan tandingan mereka. Bahkan Rogard pun sudah mengakui hal itu? Terlebih lagi, dia mengatakan itu kepada seluruh petualang plat diamond yang ada di sini. Dark Edge ini bukan sembarang party kuat. Mereka sudah terlalu kuat sampai pada taraf tidak masuk akal.

Semua yang ada di sini menjadi saksi bagaimana mudahnya mereka membully party plat diamond.

Aku jadi semakin penasaran, apa saja yang sudah terjadi di dalam sana selama kami sudah berada di luar?

"Nggak bisa apa ngobrol baik-baik? Dateng-dateng langsung main tarik baju. Cihh!" Kata Arka, meludah ke tanah di sampingnya.

"Tau nih, Ar... Siapa mereka?

"Entah."

"Paman Rogaaaard! Maafin Ruby! Tadi nggak sempet matiin apinyaaa!" Kata Ruby yang sudah kembali ke wujud manusianya, sambil berlari mendatangi Rogard.

"Ukh... Tidak apa-apa, Ruby... Ini salahku sendiri..." Rogard, sambil menahan sakit di perutnya, mencoba berdiri dengan dibantu Ruby.

"Siapapun, tolong bawa mereka ke tendanya!" Teriak Arka.

Mendengar itu, semua petualang yang berada di dekat kami langsung bergegas membantu lima orang yang kesakitan itu.

"Biarkan aku. Kalian tolong saja yang berempat itu." Ucap Rogard kepada para petualang yang ingin membantunya.

"Iyaa! Ruby aja yang pegangin paman Rogard!" Ruby pun tidak mau dibantu sepertinya.

"'Baik Tuan!""

Akhirnya, mereka berempat dibawa ke tenda yang semua orang juga tahu bahwa itu tenda mereka. Ruby membawa Rogard ke tenda militer. Arka, Ren, dan Syla terlihat ikut memasuki tenda petualang plat diamond itu.

Apa yang akan mereka lakukan di sana?

Aku penasaran, ingin mengetahuinya. Tapi, baru beberapa langkah aku mendekat ke arah tenda itu...

"Tuan dan Nyonya sekalian, dimohon untuk tidak mengganggu ya..." Ren mengumumkan kepada semua orang dengan senyuman yang sangat manis.

Setelah itu, Ren ikut masuk ke dalamnya, dan semua pintu dan jendela di tenda itu ditutup rapat. Apa yang akan terjadi di dalam sana?

***

"Hahhh... Mereka ini... Ngeselin banget. Udah lemah, tapi sok kuat. Mending kalo ngomong baik-baik dulu. Ini enggak... Sekarang, kalo nggak kutolong, bisa lama ini sembuhnya. Malah bisa membahayakan. Sialan."

Arka menggerutu di dalam tenda petualang plat diamond ini setelah semua pintu dan jendela kami tutup. Aku juga sebenarnya kesal. Aku hampir saja ikut menghajar mereka. Untungnya sudah diselesaikan oleh Arka, Ruby, dan Syla dengan sangat cepat.

"Tapi kalo aku sih udah puas ngeliat mereka babak belur gini hahaha..." Syla, dengan ekspresi jijik menertawai empat orang plat diamond ini.

"Iya sih... Yuk kita beresin mereka. Ren, tolong siapin obat-obatan anti nyeri dan anestesi."

"Baiklah." Jawabku, segera membongkar isi tasku dan menyiapkan semua obat-obatan yang masih tersisa dari penjelajahan sebelumnya.

Aku melihat, Arka sedang mempersiapkan alat-alatnya dan minuman alkohol yang sering digunakannya untuk mensterilkan peralatan dan membersihkan luka. Arka terlihat keren kalau sedang serius.

"Permisiiii... Ini Grista..."

Kudengar suara Grista dari depan pintu masuk tenda.

"Oh, Grista! Masuk aja!" Kata Arka sambil menoleh ke arah pintu.

Aku membukakan pintu dari dalam, dan terlihat Grista yang sedang membawa beberapa botol kecil berisi serbuk berwarna abu-abu.

"Makasih, Ren... Arka! Ini kubawakan Sleep Bomb. Mungkin bisa membantu. Arka mau merawat dan memperbaiki luka dan cedera mereka, kan?"

"Wah! Aku butuh banget itu!" Kata Arka dengan wajah senang.

"Grista, masuk aja dulu..." Kataku.

"Eh? Nggak apa-apa?"

"Sini, Gris! Bantuin Arka!" Syla memanggil Grista untuk ikut membantu.

Grista masuk ke dalam tenda dan ikut membantu kami di dalam. Dia memberikan Sleep Bomb kepadaku, dan aku meletakkannya bersama obat-obatan yang sudah kupersiapkan. Sepertinya, Arka akan memulai tindakan medis.

"Kita kerjain dulu orang ini. Kemungkinan sih beberapa rusuk patah."

""Ok"" Jawabku dan Syla secara bersamaan.

Arka berkonsentrasi, menempelkan telapak tangannya pada rusuk kanan dan kirinya sekaligus. Dia menekan-nekan seluruh bagian dada orang ini.

"Huukk!"

Sepertinya orang itu kesakitan. Mungkin sebaiknya dibuat tertidur secara paksa ya?

"Arka, ini?" Tanyaku sambil menyodorkan Sleep Bomb yang diberikan Grista.

"Ah, ya. Tolong..."

"Eh, gimana caranya?"

"Sini, Ren, biar aku aja." Grista menawarkan untuk membantu mengaplikasikan Sleep Bomb.

Aku memberikan vial itu kepada Grista. Grista membukanya, dan menuangkan perlahan di atas hidung pria itu.

"Ugh... Uhuk... Huk..."

Awalnya dia sedikit terbatuk, lalu dengan perlahan, dia mulai tertidur dan hilang kesadaran.

"Wah, Sleep Bomb ini membantu banget!" Seru Arka.

Setelah menekan-nekan setiap rusuk Andeo, Spearman plat diamond itu, Arka terlihat meningkatkan konsentrasinya.

Oh... Dia mengeluarkan dark magic miliknya! Selain untuk bertarung, ternyata skill itu juga dapat digunakan untuk menyembuhkan. Arka memang selalu keren.

Dark magic Arka meresap melalui pori-pori Andeo di posisi yang sepertinya telah ditandai oleh Arka. Kemungkinan di situlahbletak rusuk-rusuk yang patah.

Arka tidak bergerak, masih memasukkan dark magic ke dalam tubuh orang itu. Selama sekitar sepuluh menit hal itu berlangsung, akhirnya aliran dark magic ke dalam tubuh Andeo berhenti.

"Udah, Ar?" Tanya Syla.

"Udah. Untung saja tidak ada luka dalam yang lebih parah, hanya patah dan memar. "

"Emang kamu apain sih tadi?"

"Oh, aku pasang klip untuk menyambungkan 3 rusuknya yang patah. Supaya terfiksasi dan tidak bergeser lagi selama proses sembuhnya berlangsung."

"Kok bahasamu jadi serius banget."

"Hehehe maap maap. Yuk, yang berikutnya, si Swordsman lemah itu."

Arka langsung mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun, lalu memakai sarung tangan karet tipis berwarna hitam. Dia memeriksa kondisi wajah Swordsman yang dipanggil Theo oleh Rogard.

Wajahnya penuh darah. Hidungnya terlihat bengkok dan agak masuk ke dalam. Kulit di cuping hidung kirinya juga robek. Dari tadi dia bernafas hanya dari mulut saja.

"Grista, tolong bikin dia tidur."

"Iya."

Grista menaburkan serbuk dari vial Sleep Bomb dari atas mulutnya. Tak berapa lama, Theo pun tertidur dan kesadarannya hilang.

Arka langsung menggunakan dark magicnya kembali. Tapi, kali ini wajah Arka tampak seperti kebingungan. Apakah kondisi bagian dalam hidungnya begitu parah? Hanya Arka dan Dewa yang tahu.

*Krek*

*Trak*

*Kretek*

Terdengar suara-suara dari tindakan medis oleh Arka. Kali ini, lebih lama dari yang sebelumnya. Arka membutuhkan waktu sekitar setengah jam, hingga akhirnya selesai.

Kondisi hidung Theo sudah terlihat membaik. Yang tadinya bengkok dan agak masuk, sekarang sudah lurus lagi dan kembali seperti semula. Tinggal cuping hidung yang robek.

Arka membersihkan semua darah yang sudah membeku bercampur tanah di wajah Theo dengan kassa hitam dan cairan alkohol. Lalu dia menjahit luka robek itu. Tak begitu lama, Arka pun selesai menjahitnya dan kembali membersihkan darah yang keluar selama proses penjahitan.

"Syl, tolong kasih krim antibiotik di area jahitan itu ya... Terus tutup pake kassa."

"Ok, Ar." Kata Syla yang sudah siap dengan sarung tangan yang sama dengan Arka.

"Ini krimnya, Syl..." Ujarku sambil memberikan krim antibiotik yang dulu pernah diberikan Grista kepada kami.

Syla sekarang sudah lumayan pandai dalam membantu Arka untuk tindakan-tindakan ringan seperti ini. Karena setiap Arka melakukan tindakan medis, Syla selalu disuruh menjadi asisten, dan aku yang menyiapkan obat-obatan dan kebutuhan lainnya.

Kemudian, tinggal satu orang lagi yang membutuhkan pertolongan. Ya, Hagond. Bisa dikatakan, dialah yang memicu semua ini bisa terjadi. Untuk Moreli, sepertinya dia tidak mengalami cedera yang parah. Dia hanya pingsan karena terkena benturan dari tubuh Rogard. Dia hanya memiliki fisik yang lemah saja, maklum dia kan Mage.

Namun, kulihat Arka melepas sarung tangan hitamnya, lalu mencuci tangan, kemudian membakar sesuatu yang disebut Arka sebagai 'rokok' dan menghisap asapnya sambil berjalan keluar dari tenda.

"Loh, Arka? Kamu nggak nolongin Tuan Hagond?" Grista yang bingung itu lantas bertanya kepada Arka.

"Ah, biarin aja dia. Nggak ada yang fatal itu. Masih jauh dari nafas. Aku juga males sama dia." Jawab Arka dengan ekspresi kesal.

Ha. Sudah kuduga. Aku juga malas membantu dia.

"O-oh... Gitu..." Ucap Grista masih bingung, tapi tidak ingin membuat Arka jadi tambah kesal.

Aku menemani sekaligus membantu Syla memberikan perban kepada Theo. Grista, hanya terdiam karena bingung. Setelah Arka keluar dari tenda, terdengar suara Arka.

"Hey, kalian! Silahkan cari bantuan kalo mau nolongin pria brengsek berbadan besar yang membawa gada itu!"

"Baik, Tuan Arka!"

Kemudian aku mendengarkan suara derap langkah beberapa orang yang berlari menjauhi tenda ini. Sepertinya mereka mencari bantuan orang yang mampu menangani luka. Kebetulan, sudah tidak ada lagi Priest mumpuni yang standby di sini. Yang berjualan Holy Water hanyalah Acolyte, mereka tidak mampu menggunakan skill Heal. Padahal di game-ku sebelumnya, Acolyte mampu menggunakan skill Heal.

Beberapa saat kemudian, Arka mengintip ke dalam tenda.

"Arka, Syla, kalo udah selesai, langsung packing aja, ya... Kita langsung berangkat ke ibukota Kerajaan Balvara. Aku mau manggil Ruby dulu ke tendanya Rogard."

""Siap!""

"Baiklah, Arka."

Nah! Dari nada dan ekspresinya, sepertinya Arka sudah merencanakan perjalanan kami selanjutnya. Ini baru petualangan! Ini yang kutunggu-tunggu! Tidak hanya menyelesaikan misi-misi sampah di Kota Dranz dan menjaga dungeon yang terasa sangat membosankan.

Misi di guild ibukota tentunya akan lebih seru dan menantang. Dan kulihat wajah Syla, Syla juga menatapku. Kami berdua tersenyum. Sepertinya Syla memikirkan yang aku pikirkan.

Berpetualang!

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Terimakasih sudah membaca!

Weekend ini sangat banyak urusan saya, jadinya sedikit terlambat uodate. Saya harus ke kota untuk membawa anak dan istri ke dokter spesialis. Sekalian membeli kebutuhan dapur bulanan, dan mengurus PO untuk ROG Phone 2 karena beberapa bulan lagi sudah launching yang resminya.

Seminggu ke depan, saya juga sibuk mengurus laporan bulanan. Kemungkinan akan jadi jarang update.

Nama penting di chapter ini :

- Theo, Swordsman, Rapier, plat diamond.

- Moreli, Wind Mage, plat diamond.

- Andeo, Spearman, plat diamond.

- Hagond, Warrior, Gada, plat diamond.