webnovel

Isekai Medic and Magic

Tentang seorang Sarjana Kedokteran yang bodoh dan pemalas. Entah bagaimana caranya dia bisa mendapatkan titel itu dulu. Namun sekarang, setelah ia tertabrak truk dan mengalami koma, jiwanya dikirim ke dunia lain dengan tubuh yang baru! Dia memulai hidupnya di dunia yang baru. Berpetualang tidak tentu arah dengan berbekalkan sedikit ilmu medis yang ia dapatkan dari kuliahnya dan cheat yang dihadiahkan oleh seorang dewi. Di dunia paralel yang penuh dengan magic dan makhluk mistis!

FranticDoctor · Fantasy
Not enough ratings
165 Chs

Chapter 19

Halo pembaca! Silahkan berbuat kebaikan dengan klik vote di bawah, terimakasih.

Selamat membaca!

_______________________________________

"Hah!!! Kalian kroco plat silver di belakang saja! Jangan menghalang-halangi kami! Lihat dan pelajari yang kami lakukan! Hahaha!"

"Tuan Rogard, anda tidak perlu turun tangan, biar kami saja yang membuka jalan untuk Tuan Rogard..."

"Terimakasih." Jawab Rogard dengan santai.

"Tidak perlu berterimakasih Tuan Rogard! Kamilah yang merasa beruntung bisa mendampingi Tuan Rogard dalam misi ini!"

***

Di hari berikutnya setelah kedatangan tim penjelajah yang berisi empat orang petualang plat gold dan seorang plat diamond, misi penjelajahan dimulai.

Dengan dipimpin oleh Rogard, seorang petualang plat diamond yang berumur sekitar 35 tahun, tim penjelajah memulai pergerakannya untuk masuk ke dalam Undead Tower.

Hanya 20 orang petualang plat silver yang diperbolehkan untuk ikut. Komandan Zerga tetap berjaga di perimeter Undead Tower bersama ratusan tentara dan petualang plat silver lainnya.

Empat orang petulang plat gold yang mengikuti Rogard, semuanya adalah pria berusia 30-40 tahun yang masuk ke dalam golongan DPS fisik. Tidak ada DPS magic.

Ada yang membawa pedang dan tameng berbentuk lingkaran, ada yang membawa tombak panjang yang dipegang dengan kedua tangan, ada yang membawa sepasang pedang ramping, dan yang terakhir sepertinya adalah kelas Rogue.

Rogue plat gold itu berdiri paling depan, tampak selalu memindai area sekitarnya. Tujuannya pasti untuk mendeteksi jika ada jebakan atau monster yang bersembunyi di sekitar kami.

Di kanannya adalah swordsman plat gold dengan dua pedang ramping. Di kiri ada spearman plat gold dengan tombak panjangnya. Dan tepat di belakang Rogue, adalah swordsman tipe tank dengan pedang dan tameng bundarnya.

Posisi mereka berempat seakan-akan sedang melindungi Rogard, sang pemimpin. Rogard sendiri sepertinya tidak ambil pusing dan tetap santai berjalan dengan temponya sendiri.

Posisi 20 orang petualang plat silver? Tidak lain dan tidak bukan adalah di belakang, mulai dari jarak sekitar 5 meter di belakang plat diamond dan gold.

20 orang petualang plat silver itu dipilih sendiri oleh Zerga, berdasarkan kemampuan dan pengalaman masing-masing individu. Dark Edge dan Lunar Eclipse termasuk di dalamnya.

Berarti, selain kami, ada 12 petualang plat silver lainnya yang ikut serta dalam misi ini. Mereka terlihat begitu antusias untuk mengikuti ini. Aku tidak begitu kenal dengan mereka, hanya pernah lihat wajahnya saja.

Zerga sengaja memutuskan untuk tidak membawa pasukan terlalu banyak. Dia mempertimbangkan lokasi di dalam Undead Tower yang tidal begitu luas, sehingga akan mempersulit pergerakan jika yang masuk terlalu banyak.

"Ren, udah bawa cukup bahan makanan buat kita makan selama sebulan kan?"

"Udah, Arka... (Tenang aja sayang...)" Jawab Ren dengan lembut, dan kalimat kedua diucapkan dengan berbisik di telingaku.

*Brrr* seketika bulu romaku merinding mendengar bisikan Ren.

"Ma-makasih, Ren."

Ren, dengan gerobak tariknya yang sudah dimodifikasi untuk memuat lebih banyak barang, kami manfaatkan dengan membawa banyak bahan makanan dan potion yang kemungkinan akan dibutuhkan selama penjelajahan berlangsung.

Masih ada banyak spasi di gerobak Ren, jika nanti kami menemukan barang berharga untuk dijual di kota, maka gerobak inilah yang akan mengangkutnya.

Lunar Eclipse juga membawa banyak bekal di ransel besar mereka masing-masing. Tidak ada kelas merchant di party mereka, jadi ya apa boleh buat. Hal yang serupa juga terjadi pada petualang-petualang plat silver lainnya.

"Ngomong-ngomong, Syl..." Aku mencoba memecah keheningan.

"Apa, Ar?"

"Aku belum pernah liat Syla pake Helvaran Dagger itu"

"Oooh... Ya iyalah, soalnya aku belum pernah kehabisan anak panah selama ini. Karena Ren selalu nyiapin banyak anak panah buat aku."

"Ada nggak, skill dagger yang bisa kamu pake?"

"Hmm... Kalau skill sih... Paling skill dasar aja, kayak Double Stab, Backstab, sama Slice Throat."

"Pengen deh liat Syla berantem pake dagger lawan monster, hahaha..."

"Hahaha ok nanti ya kalo ketemu monster yang agak lemah."

"Syla..." Ren memotong pembicaraan kami.

"Ya, Ren?"

"Tadi, Arka bilang Helvaran Dagger? Dagger itu..."

"Iya, Ren. Dagger ini terbuat dari Gading Helvaran. Itu juga sebenernya sisa dari bahan yang dipake buat bikin busur panah ini loh... Helvaran Dagger dan Helvaran Bow." Kata Syla sambil menunjuk busur panahnya

"Aku pengen juga..."

"Bilang ajaa ke Arka..."

"Ma-maluuu,,,"

"Hehee ya udah nanti kalo dapet material yang bagus, kubilangin Arka ya..."

"Beneran ya Syl? Asiiik..."

"Iyaaa Rennn..."

Lantai dua telah kami lalui. Semua monster di lantai dua dapat dihabisi oleh empat petualang gold dengan mudah. Plat silver yang di depan kami, kebagian beberapa monster yang terlepas dari serangan plat gold.

Kami berempat berjalan di barisan paling belakang. Aku memilih berada di paling belakang karena aku malas dan kesal melihat keangkuhan para petualang plat gold itu. Lunar Eclipse berada di depan kami, tidak terlalu dekat. Tapi tidak jauh juga.

***

Sekarang, kami sudah masuk ke dalam Undead Tower. Memang, sebelumnya kami juga sudah terlebih dahulu memasukinya. Namun kali ini kami masuk secara resmi, bersama tim penjelajah dari kalangan petualang plat gold dan diamond.

"Hey, Garen..." Fiana memanggilku dengan berbisik.

"Apa?" Kubalas juga dengan berbisik.

"Aku deg-degan..."

"Halah kayak baru pertama kali masuk aja. Baru juga di lantai dua."

"Bukaaaan... Aku deg-degan karena kita jalan bareng Dark Edge. Aku merasa kalau mereka memperhatikanku dari belakang..."

"Ngawur. Ngapain mereka perhatiin kita. Kamu ingat, kita sekarang adalah pengikut mereka. Kita harus melindungi mereka dengan nyawa kita."

"Ah, kalo itu aku tauuu... Jangan pertanyakan kesetiaanku. Oh, iya, kekuatan yang dikasih sama Arka kemarin... Luar biasa ya..."

"Kamu bener, Fi. Aku jadi kuat banget rasanya. Gimana enggak? Semua statusku dapet tambahan 53 poin. Walopun levelku masih 22, dengan tambahan status sebanyak itu rasanya aku kayak udah level 70-an!"

"Iya, Garen. Selain statusku yang meningkat drastis, sekarang aku juga udah bisa menggunakan beberapa skill magic tingkat atas, karena Int-ku udah memenuhi persyaratan."

"Uhm. Dengan kondisi kita yang kayak sekarang ini, aku yakin kita berempat bisa ngalahin Zombie Troll King."

"Entahlah kalo itu. Tapi yang jelas kekuatan kita seharusnya udah setara dengan kekuatan plat gold yang udah hampir mencapai diamond."

"Hm. Kata-katamu nggak salah, Fi."

Benar sekali yang dikatakan Fiana. Petualang plat silver biasanya memiliki level dari 21 hingga 40. Untuk plat gold, rata-rata memiliki level antara 41-70. Level 70-an biasanya baru mereka mampu untuk lulus ujian kenaikan tingkatan petualang.

Sedangkan plat gold sendiri biasanya dimiliki oleh petualang yang memiliki level 71 hingga 100, dimana level 100 adalah batasan maksimum yang bisa dicapai oleh manusia biasa di dunia ini.

Beberapa Hero bisa mencapai maksimum level 200. Hero biasanya berasal dari dua hal. Yang pertama, manusia yang direinkarnasikan dengan membawa memori kehidupannya yang lalu. Yang kedua adalah, manusia yang di-summon dari dunia lain.

Perbedaan kekuatan antar level ini tidak dapat dideskripsikan dengan simple. Semakin tinggi levelnya, maka perubahan kekuatan di setiap kenaikan levelnya menjadi semakin besar.

Begitu pula dengan status. Penambahan kekuatan sesungguhnya karena peningkatan status poin dari 11 ke 12 itu jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan penambahan kekuatan karena peningkatan status poin dari 91 ke 92.

Aku yakin, Arka, atau bisa jadi anggota Dark Edge yang lainnya juga, merupakan salah satu dari reinkarnator atau yang di-summon. Karena kekuatan mereka sungguh tidak wajar.

Dan seperti yang dikatakan Fiana tadi, sekarang aku juga sudah mampu untuk mengeluarkan beberapa skill tingkat atas. Baru dua skill yang terbuka, tapi ini sudah sangat membantuku.

Sacrificial Soul, aku akan menerima damage seluruh anggota party, sehingga yang lain tidak terkena damage sama sekali. Skill ini akan sangat bermanfaat untuk melindungi Grista dan Fiana untuk situasi krusial.

Berikutnya, Heavy Fortress, skill buff area untuk meningkatkan Vit sebanyak 100 poin untuk sesaat. Skill ini akan dapat menjadi penyelamat hidup di saat-saat kritis dimana aku harus menahan serangan terkuat dari musuh yang sangat kuat. Sepertinya skill ini juga dapat dikombinasikan dengan Link Soul.

Aku tidak sabar ingin mencobanya! Tapi untuk saat ini aku harus tenang dulu. Aku hanya bisa menggunakannya di saat benar-benar dibutuhkan. Karena kedua skill baruku itu bukanlah skill yang dapat digunakan berkali-kali dalam jarak waktu yang singkat.

"Garen..."

"Eh? Ada apa, Gris?"

"Aku ke belakang bentar ya..."

"Ke Dark Edge? Tapi jangan sampe ngeganggu mereka ya..."

"Enggak kok. Ada yang mau kukasih ke Arka."

"Oh, ok ok."

Grista tampaknya semakin dekat dengan semua anggota Dark Edge. Sebenarnya itu adalah hal yang wajar saja, karena kami adalah pengikut Arka. Namun aku melihat ada motif lain dari gerak-gerik Grista, dan juga Fiana.

Namun hal itu bukan urusanku. Aku bukan orangtua mereka. Aku juga bukan penjaga mereka. Selama itu bukan hal yang membahayakan, aku tidak akan melarang apapun. Asalkan mereka tidak membuat Arka marah.

"Garen, lama-lama aku muak melihat keangkuhan para petualang plat gold itu. Apalagi setelah kekuatan kita meningkat pesat seperti sekarang ini..."

"Ahaha... Sabar aja Lukas. Kita nggak boleh terlihat terlalu mencolok. Karena kalau kita terlalu mencolok, takutnya kita malah akan menambah masalah bagi Arka. Kita nikmati aja apa yang kita miliki sekarang, nggak usah terlalu memikirkan para plat gold itu."

"Hmm... Tapi, Garen... Aku penasaran. Apakah Arka tidak muak terhadap para plat gold itu ya? Mereka kan masih plat silver juga, otomatis mereka juga objek hinaan para plat gold itu, kan?"

"Ah... Itu... Ada kemungkinan, sekarang kuping dan dada Arka udah panas. Tapi juga nggak menutup kemungkinan kalau Arka hanya menganggap para plat gold itu sebagai serangga yang berisik aja."

"Hahaha... Aku ingin tahu... Apa yang akan terjadi nanti ya... Apakah ada drama komedi yang bisa menghibur kita? Aku tidak sabar hahaha..."

"Sssstt... Jangan keras-keras suaramu, Lukas! Gimana nanti kalau Arka dengar?"

"Hahahah... Tenang aja, suaraku masih sangat kecil... Rupanya Fiana tidak salah memanggilmu 'titit letoy' dulu ya... Ppfff..."

"Bangsat kau, Lukas..."

"-Fire Bolt! Hey! Jangan kebanyakan ngobrol!" Fiana menembak skeleton yang tiba-tiba muncul dari arah kiri kami.

*Boom* *krotak*

"Ma-maaf..."

"..."

Tak terasa, kami sudah di lantai 4. Para petualang plat gold dapat membasmi semua Skeleton dan Zombie yang menyerang tanpa meneteskan keringat.

Walaupun semua yang menghadang sudah dihabisi oleh tim plat gold, masih ada beberapa yang bersembunyi di kegelapan. Apalagi penerangan yang kami miliki hanya sebatas api obor yang diciptakan dari magic atau alchemy.

Obor kami, tentu saja terbuat dari cairan hasil alchemy ciptaan Grista. Kami harus menghemat mana Fiana karena dia adalah DPS terkuat kami saat ini.

Dua atau tiga undead sesekali muncul dari kegelapan, membuat barisan belakang yang diisi oleh petualang plat silver tidak bisa bersantai.

Dalam waktu setengah jam saja, lantai 4 sudah bersih.

Hingga akhirnya kami sampai pada lantai yang menyisakan trauma mendalam bagi kami semua. Lantai dimana kami merasakan putus asa yang begitu kosong. Lantai 5, dimana miniboss pertama menunggu. Zombie Troll King itu.

"Lukas, Fiana..."

"Ya."

"Um."

Kami bertiga tanpa sadar telah memasang ekspresi tegang. Bagiku, masih nyata terasa di tulang lengan kiriku, benturan antara tower shield-ku dengan pentungan undead raksasa itu, yang membuat tulang lenganku remuk dan organ dalamku rusak.

Aku yakin Lukas juga masih akan merinding jika mengingat yang terjadi waktu itu. Bagaimana dia berusaha keras menyelamatkan diri dari serangan demi serangan monster itu, namun akhirnya dipaksa untuk menyerah.

Kami kembali menginjakkan kaki di tempat ini. Ghoul bukan masalah yang berarti bagi kami saat ini. Namun, apa yang akan muncul setelah inilah yang belum bisa kupastikan.

Hingga akhirnya tiba waktunya untuk pintu itu terbuka. Pintu sebuah ruangan dimana Zombie Troll King bersemayam.

Aku melirik ke arah Dark Edge. Mereka terlihat sangat santai. Malah, jika dilihat dari gerak-geriknya, sepertinya mereka tidak akan turun untuk membantu.

"Heheh... Dasar anomali..." Aku berbicara sendiri dengan suara lirih.

Grista masih bersama Dark Edge. Dia sibuk mengobrol dengan Arka dan yang lainnya. Tidak tampak adanya rasa takut pada dirinya walaupun Zombie Troll King sudah keluar dari ruangannya.

Tidak heran. Karena Grista sudah melihat sendiri bagaimana mudahnya Dark Edge mengalahkan monster ini, tentu saja dia tidak merasa takut atau apapun itu.

Tanpa kusadari, pertempuran pun sudah dimulai.

***

"Tuan Rogard, anda silahkan duduk saja, biar kami berempat yang menangani monster ini." Ucap Juen, salah seorang petualang plat gold dengan kelas Rogue.

"Hm." Rogard sambil duduk bersantai di atas sebuah batu yang berukuran lumayan besar.

"Hey kalian petualang plat silver! Jangan ikut campur karena kalian hanya akan menghambat pergerakan kami!" Teriak Argen, petualang plat gold lainnya yang bersenjatakan dua buah pedang ramping, kepada semua petualang plat silver yang ada di sana.

"Gregor! Aggro!" Danio, Seorang petualang plat diamond yang bersenjatakan tombak panjang, berteriak kepada temannya.

"Haha! Tak perlu mengajari burung untuk terbang! Taunt!" Jawabnya sambil mempersiapkan round shield dan pedangnya untuk memancing perhatian monster undead raksasa itu.

"GUUUOOOOOHHHH!!!"

"Heeeeyy! Kemariii!!!" Gregor berteriak kepada Zombie Troll King.

Namun, dia bingung melihat yang dilakukan oleh Zombie Troll King tersebut. Raksasa itu malah melangkah ke arah dimana Rogard berada!

"Huuuuuaahhh!" Gregor berlari ke depan Zombie Troll King.

"Shield Rush!"

*Dukk*

Gregor berhasil menahan langkahnya tanpa terpental. Vit yang tinggi memang benar-benar dibutuhkan oleh seorang tank.

"Sekarang!" Teriak Gregor.

"Jump Strike!"

Argen, mengeluarkan skill Jump Strike setelah berlari dari jauh. Ia melompat dan memposisikan kedua pedang yang digenggamnya di atas kepala, lalu mengayunkannya ke depan ketika sudah sampai di depan Zombie Troll King.

"GOOOOOHHH!!!"

Zombie Troll King melihat Argen yang masih berada di udara bersiap menebaskan kedua pedangnya, langsung mengayunkan tangan kirinya seperti hendak memukul serangga.

"Shield Bash!"

Gregor tak akan membiarkan temannya terluka karena hal sepele seperti itu. Dia langsung memukulkan shield di tangannya sekuat tenaga ke tungkai Zombie Troll King, membuat undead raksasa itu kehilangan keseimbangan dan tertatih sesaat.

"GOOOOOOOAAHH!!!"

Karena itu, Argen akhirnya berhasil mengorek sedikit daging di bahu kiri Zombie Troll King menggunakan dua pedang di tangannya. Namun sungguh disayangkan, masih terlalu dangkal, hampir tak berefek. Kulit dan otot Zombie Troll King jauh lebih keras dari dugaannya.

Dan sebelum Argen mendarat...

"Thunder Javelin!"

Danio mengeluarkan skill jarak jauh dan melemparkan tombaknya ke dada Zombie Troll King.

*Bzzzzzzzzttt*

Setruman listrik dari tombaknya memberikan efek stun sesaat. Dan dalam periode yang hanya sesaat itu, Juen melancarkan combo serangannya.

"Quick Steps."

Kecepatan kaki Juen jadi meningkat pesat. Dia berlari dengan cepat menuju bagian belakang dari kaki Zombie Troll King lalu menyayat tendo achilles monster itu. Sayatan itu membuat kaki Zombie Troll King semakin kurang stabil.

Tetapi sayangnya, lagi-lagi sayatan yang dihasilkan masih terlalu dangkal. Undead raksasa itu kembali pada postur normalnya, sepertinya efek stun dari tombak Danio sudah habis.

Melihat kondisi musuhnya yang sudah mulai stabil lagi, Juen melompat mundur menjaga jarak aman. Argen yang tadi sempat membantu Juen dalam menebas tendo achilles monster ini, juga melompat mundur menjauhi Zombie Troll King.

Danio langsung mencabut tombaknya yang tertancap di dada Zombie Troll King tepat setelah efek setrum dari tombaknya lenyap dan undead raksasa itu dapat bergerak kembali. Setelah itu, Danio juga memposisikan dirinya pada jarak yang aman.

Yang berikutnya terjadi adalah, serangan balasan dari Zombie Troll King menggunakan pentungan kayu raksasa berduri untuk memukul Gregor yang dari tadi selalu mengganjal tungkainya sehingga dia kesulitan untuk bergerak menuju targetnya.

*Wuuuufffff* *Braaakkk*

"Hah! Terlalu lambat!" Teriak Gregor yang sudah lebih dahulu melompat, membuat pentungan raksasa itu hanya menghantam tanah dan bebatuan.

"Shielding Leap! Hupp!"

*Braakk*

Gregor menggunakan skill itu untuk melompat dan menabrak wajah Zombie Troll King, membuat monster itu melangkah mundur beberapa langkah sambil memegangi wajahnya yang terkena benturan shield milik Gregor.

Kesempatan!

Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diciptakan oleh Gregor, Argen langsung melompat dan mendarat di belakang Zombie Troll King.

"Whirl Dance!"

Dengan membentangkan kedua pedangnya, Argen berputar dengan sangat cepat sambil menggasak tendo achilles Zombie Troll King. Putaran yang sangat cepat itu membuat frekuensi tebasan pedangnya menjadi sangat tinggi.

"Shadow Dagger. Huuyeeeaahhh! Yayayayayayaayayayaahhh!!!"

Dengan prasyarat Agi 50 poin, Shadow Dagger merupakan skill yang membuat dagger di kedua tangannya menjadi berbayang karena bergerak maju mundur dengan sangat cepat.

Dengan pergerakan dagger seperti itu, maka damage yang ditimbulkan oleh setiap sayatan daggernya menjadi lebih besar.

Di saat yang nyaris bersamaan, Danio sedang mengumpulkan energi magicnya di ujung tombak, mengubahnya menjadi energi fisik dan memberikan kekuatan yang besar bagi serangan yang akan dia lancarkan berikutnya. Kemudian setelah energi yang terkumpul sudah cukup...

"Gggghaaaahhhh!!!"

Danio menumpukan seluruh kekuatan fisiknya pada kedua paha dan betisnya. Lalu dengan kekuatan penuh, ia melompat menerjang ke arah Zombie Troll King dengan menghunuskan ujung tombaknya yang kini bersinar putih kekuningan akibat adanya konsentrasi magic yang sangat tinggi di sana, ke arah kepala musuhnya.

"Dragon Hunt!"

"GUUUOOOOOOOHHHH!!!" Zombie Troll King menjawabnya dengan teriakan sambil memukulkan pentungan kayu berduri raksasanya ke arah Danio. Dia mengabaikan dua orang lainnya yang sedang menyerang bagian belakang ankle kakinya, karena menurutnya serangan yang satu ini tampak lebih membahayakan.

*DAAAARRRR*

Ujung tombak milik Danio, ujung pentungan milik Zombie Troll King, beradu menghasilkan ledakan yang besar. Ledakan itu membuat Danio terdorong menjauhi lokasi benturannya.

"Danio! Shielding Leap!" Gregor melompat ke arah jatuhnya Danio dan mengarahkan shieldnya kepada Danio.

"Bagus Gregor! Huppp!"

Melihat apa yang dilakukan oleh Gregor, Danio yang kini masih di udara langsung mengerti. Danio dengan sigap memposisikan tubuhnya menghadap ke monster targetnya, lalu menendangkan kedua kakinya pada shield milik Gregor.

Danio melompat lagi, namun kali ini tidak langsung ke arah Zombie Troll King. Dia melompat setinggi 10 meter di atas kepala undead raksasa itu.

"Heaven's Thrust!"

Skill lompatan tingkat atas yang dimiliki oleh Spearman. Membutuhkan minimum Str 70 poin untuk dapat mengaksesnya. Skill yang memberikan tusukan yang sangat kuat dengan didukung oleh gaya gravitasi ditambah magic power yang dikonversikan menjadi energi fisik.

*Jroookkk*

Mendarat di bahu Zombie Troll King, ujung tombak Danio menusuk kepala Zombie raksasa itu.

Namun sungguh disayangkan, kekuatan segitu masih belum cukup untuk instakill Zombie Troll King. Tengkoraknya masih terlalu keras sehingga ujung tombak Danio hanya mentok di bagian luar tengkorak Zombie Troll King, lalu terpeleset merobek kulit di kepala sampingnya hingga ke leher.

"Hupp! Aaarrgghh monster brengsek!" Teriak Danio sambil melompat manjauh dari undead raksasa yang tampak mulai marah itu.

"GUUUUOOOOOOOOOAAAAAHHH!!!"

Kali ini, teriakan Zombie Troll King menjadi jauh lebih keras daripada sebelum-sebelumnya. Sepertinya dia benar-benar sudah mulai mengamuk.

Merasakan tekanan kekuatan yang begitu besar keluar dari monster undead raksasa di depan mereka, Argen dan Juen menghentikan serangannya lalu mereka menyebar di sekeliling monster itu.

Gregor juga tidak mau mengambil resiko. Dia melompat mundur untuk menjauhi monster yang sedang mengamuk itu.

"GOOOOAAAAAAAAHH!!!"

*Blaaarr* *jedarrr* *blegarrr*

Zombie Troll King bergerak tak tentu arah dan memukul semua yang ada di sekitarnya. Hal seperti ini jika dibiarkan maka monster itu tidak akan berhenti karena undead tidak akan pernah kelelahan.

"Argen. Apa kau bisa membuat tendo achilles monster itu putus pada serangan berikutnya?"

Argen hanya mengangguk. Namun kedua matanya memancarkan keyakinan yang cukup kuat.

"Bagus. Juen, saat monster itu terjatuh, gunakan skill terkuatmu untuk membuka kulit dan daging yang ada di lehernya sampai tulangnya terlihat."

"Itu, aku bisa."

"Danio, tugasmu yang paling penting."

"Hm. Aku paham."

"Semua siap?"

"""Siap."""

"Shield Rush! Heyaaah!"

Karena Taunt tidak berpengaruh terhadap monster satu ini, apalagi saat ini dia sedang dalam keadaan mengamuk, maka benturan fisik dibutuhkan untuk menarik perhatiannya.

*Brukk*

"GUUUOOOAAAAAHHH!!!"

"Mountain Stance!"

*Doongg daangg daanngg doongg*

Gregor menahan seluruh serangan Zombie Troll King dengan shield di tangannya tanpa bergeming, terimakasih kepada skill Mountain Stance yang membuat tank tidak akan terdorong atau terlempar oleh serangan yang sangat kuat. Namun, durasinya tidak lebih dari 10 detik.

"Sekarang!!!"

Dalam durasi 10 detik, Argen harus berhasil menumbangkan Zombie Troll King dengan memotong kedua tendo achilles pada bagian belakang kakinya. Maka Argen tidak memiliki pilihan lain.

"Haaaaaaahh! Shining Ray Slash!"

Skill terkuat yang baru saja didapatkannya beberapa waktu yang lalu, akhirnya dikeluarkan. Sayangnya, penguasaan Argen terhadap skill ini masih sangat minim.

*Craasss crraass*

"GOOOAAAAAAHHH!!"

*BRUUUGGG*

Setelah tendo achilles pada kedua ankle Zombie Troll King terputus oleh serangan Argen, telapak kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya. Tubuh yang besar dan berat itupun terjatuh.

Kini dia hanya bertumpu pada kedua lututnya dan kedua tangannya. Zombie Troll King kini berada pada posisi seperti sedang merangkak. Sesuai strategi mereka sebelumnya, kini giliran Juen untuk mengekspos titik rapuhnya.

"Scissor Illusion!" Juen mengeluarkan skill terkuat yang sudah sangat dikuasainya.

Skill tingkat atas ini membutuhkan 70 Agi dan 70 Dex untuk dapat diakses, karena memerlukan kecepatan dan akurasi yang tinggi.

Bisa dikatakan, ini adalah skill pamungkas Juen. Karena tidak ada skill lain yang lebih kuat dari Scissor Illusion yang dimiliki Juen. Jika skill ini gagal, semuanya akan sia-sia.

Akan tetapi, ekspresi wajah Juen sama sekali tidak mencerminkan adanya keraguan. Dia tampak sangat yakin bahwa dia akan dapat membuka luka yang cukup untuk mengekspos tulang leher Zombie Troll King.

Seketika, tubuh Juen menjadi berbayang dan terpisah menjadi dua bayangan yang berdiri sejajar dengan jarak 3 meter. Dua buah bayangan itu kemudian berlari dengan luar biasa cepat mendekati leher Zombie Troll King yang sedang merangkak untuk menyerang Gregor.

""Hyaaaaahhhh!"" Bahkan, suaranyapun seperti suara yang dihasilkan oleh dua orang yang berbeda namun mirip.

Pergerakan maju kedua bayangan itu, semakin lama semakin mendekat kepada satu sama lainnya, hingga akhirnya dua bayangan bertemu pada suatu titik, yaitu di leher Zombie Troll King.

*Shrriiiiiinnggg* *Craaaassss*

Tepat pada saat kedua bayangan itu bertemu dan melintas, terdengar suara sayatan yang diikuti oleh melayangnya sepotong daging ke udara. Seakan mmberikan sinyal kepada Danio.

"Dashing Lance!"

Danio mengeluarkan skill tingkat menengah, Dashing Lance, dimana skill ini membuatnya menjadi berlari dengan sangat cepat ke arah depan dengan trayek lurus sambil menghunuskan tombaknya untuk meningkatkan aerodinamis.

Dia berlari dengan sangat cepat mendekati titik yang sebelumnya telah ditandai oleh Juen dengan skill Scissor Illusion miliknya. Tapi yang sedikit membingungkan teman-temannya adalah, kenapa dia tidak menggunakan Dragon Hunt yang jelas-jelas lebih kuat dari awal?

"Dragon Hunt! Haaaaaaaahhh!!!"

Pertanyaan itu terjawab sudah. Mereka melihat sendiri dengan mata kepala mereka, bahwa di saat Danio sudah mendekati titik target serangannya, dia langsung mengaktifkan skill Dragon Hunt.

Dengan hanya melihatnya saja, mereka sudah paham akan apa yang ada di benak Danio. Yang dilakukan Danio tadi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan serangannya.

Dashing Lance, skill tingkat menengah yang memberikan dorongan kecepatan selama beberapa detik, bukanlah skill yang akan digunakan oleh Danio untuk menyerang Zombie Troll King.

Namun skill itu hanyalah untuk meningkatkan momentum serangan skill berikutnya, yaitu Dragon Hunt, yang merupakan skill tingkat tinggi yang dimiliki oleh Spearman. Hasilnya? Momentum serangan Dragon Hunt menjadi meningkat dua kali lipat.

Otomatis kekuatan serangannya juga jadi meningkat dua kali lipat.

*JRUUUUSSSS*

Terdengar suara ujung tombak yang menembus kulit dan daging.

Kulit dan daging? Bukan tulang lehernya!?

Ternyata sesaat sebelum tombak Danio menusuk tulang leher Zombie Troll King yang sudah terekspos, monster itu melindungi lehernya dengan lengannya, sehingga tombak Danio hanya menusuk lengan undead raksasa itu hingga hancur.

"Aaaaarrggh!!! Dua kali!!!" Teriak Danio dengan penuh kesal sambil mencabut tombaknya dan melompat menjauhi Zombie Troll King.

Mendadak, di saat Danio sudah melompat menjauh dari Zombie Troll King, terlihat sebuat cahaya putih kekuningan yang muncul dari atas dan jatuh menuju ke arah monster itu.

"Shining Ray Slash."

*Zhiiiiiinnnn sraaassh*

*Dukk gluglugluk* Kepala Zombie Troll King terlepas dari badannya dan jatuh menggelinding di lantai.

"Waaahhh..."

"Tu-Tuan Rogard!"

"Luar biasa..."

Semua orang sepertinya terkesima dengan yang dilakukan oleh Rogard barusan. Bahkan, dengan skill yang sama seperti yang dipakai oleh Argen sebelumnya, menghasilkan efek yang jauh lebih kuat, apalagi ditambah kekuatan bawaan dari pedangnya, Demon Crusher, yang merupakan pedang hitam besar dengan gerigi jarang-jarang pada sisi tajamnya.

"Jangan terlalu menguras tenaga. Bertarunglah dengan seefektif mungkin. Penjelajahan kita baru dimulai."

"Maafkan kami Tuan Rogard!"

"Ba-baik Tuan Rogard!"

"Terimakasih atas bimbingannya Tuan Rogard!"

"Kami akan berlatih lagi Tuan Rogard!"

"Beristirahatlah kalian berempat. Jangan sampai kalian melanjutkan penjelajahan ini dalam keadaan kelelahan."

"""Siap Tuan Rogard!"""

***

"Arka, orang itu lumayan juga ya..."

"Kalo ingat Erazor dulu, ya memang harusnya kekuatan plat diamond ya segitu itu."

"Hmm... Iya juga sih. Apalagi waktu itu Erazor masih plat gold senior kan, Ar..."

"Bener, Syl..."

"Arka kayaknya biasa aja melihat kekuatan Tuan Rogard?" Grista bertanya.

"Grista, kalau kekuatan segitu, Arka masih jauh lebih kuat." Belum sempat aku menjawab, Ren sudah lebih dulu menjawabnya untukku.

"Gris, kalo gitu aja sih, aku juga bisa lho... Hehe..."

"Serius, Syl? Waaah kalian kuat-kuat yaa... Tapi kenapa kalian masih plat silver?"

"Oh, itu... Aku sih maunya ya menikmati hidup disini dengan santai, nggak mau yang kejar target atau harus cepat-cepat semuanya, apalagi sampe kerepotan..."

"Hihihi... Aku sekarang mengerti. Pantes dulu Arka nggak mau kami jadi pengikutmu."

"Yaa itu lah salah satunya. Tapi kalo aku boleh jujur, aku pengennya Grista sendiri aja yang ikut ke party-ku."

"Eh? Ta-tapi... A-aku... Aku..." Aneh, tiba-tiba Grista jadi merona malu dan terbata-bata.

"Ya... Kita bisa kerjasama buat nyembuhin penyakit. Aku yang memeriksa pasien, Grista yang bikin dan siapin obatnya."

"O-oh... Gitu... Aku pikir tadi..."

"Kenapa, Grista?"

"Eehh nggak nggak nggak... Nggak ada apa-apa kok! Hehe..."

"Hahaha... Arka bloon ih!" Syla menertawaiku entah karena apa.

"Kenapa sih, Syl?"

"Hihi... Ternyata Arka juga bisa gini ya..." Ren menimpali.

"Ya makanya... Kenapaaa?"

"Pikir aja sendiri, weeekk! Hahaha!" Kata Syla sambil berjalan meninggalkan kami.

"Ren..."

"Ayo, Arka. Yang lainnya udah berangkat..."

"Tapi-... Hahhh... Iya, iya... Terserah kalian lah."

Sepertinya para petualang plat gold itu sudah selesai beristirahat. Mereka melanjutkan perjalanan masuk ke sebuah ruangan, tempat dimana Zombie Troll King sebelumnya bersemayam.

Semua petualang plat silver juga bergegas mengikuti mereka. Dan kami yang terakhir. Aku ingin lihat, sampai dimana mereka mampu menaklukkan semua monster.

Setelah kami berlima ikut masuk ke ruangan tersebut, yang kami temui adalah, bahwa semua orang sedang mengelilingi sesuatu. Aku tidak dapat melihatnya dari posisiku sekarang. Jadi sebaiknya aku mendekat saja ke tempat mereka berkerumun.

Wow.

Ada 2 hal yang menarik perhatianku dari hal yang sedang dikelilingi semua orang dengan ekspresi bingung ini. Pertama, peti harta karun kecil berisi penuh koin emas.

Akan tetapi, hal lainnya terlihat lebih menarik buatku.

Terdapat dua buah lingkaran bercahaya. Yang satu berwarna kehijauan, yang satu lagi berwarna kemerahan. Di dalam lingkaran tersebut terdapat simbol-simbol yang juga bercahaya seperti cahaya pada lingkarannya.

Aku melangkah semakin mendekatinya sambil menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalanku, dengan sopan. Setelah semakin dekat, barulah aku dapat membaca simbol-simbol yang tertera pada kedua lingkaran itu.

"Ada yang bisa mengartikan tulisannya?"

Rogard bertanya kepada semua orang dengan suara lantang tapi santai. Setelah dia bertanya, beberapa detik berlalu tanpa ada jawaban dari satupun orang. Berarti hanya aku yang mampu membaca tulisan ini.

Blessing dari Dewi Nyx, Multiverse Language, benar-benar sangat membantu di saat seperti ini.

"Yang hijau ini bacaannya..... Teleport keluar. Dan kalau yang merah ini..... Teleport ke lantai selanjutnya."

"Hebat juga kau anak muda! Bisa membaca tulisan seperti ini."

"Hey kalian semua plat silver! Contoh ini! Dia sangat bermanfaat bagi tim!"

Blehhh... Kalian juga tidak bisa membaca, kenapa masih bertingkah sok hebat... Ingin kuteriakkan kata-kata seperti itu di depan wajah mereka. Tapi kurasa saat ini bukan waktu yang tepat.

"Oi oi... Gadis Dark Elf ini boleh juga nih..."

Tiba-tiba seorang petualang plat gold yang membawa dua buah pedang di pinggangnya, mendekatiku sambil mengulurkan tangan ke arah Syla yang sedang menggandeng lengan kananku.

Aku paling tidak suka jika gadisku diperlakukan seperti ini.

Namun ketika tanganku akan bergerak untuk memukul wajah orang ini sampai cekung...

"Hentikan. Kau tidak ingin membuat masalah dengan orang ini." Rogard mencengkram pergelangan tangan petualang plat gold itu sambil berbicara dengan nada yang dalam, membuat orang itu merinding dan melangkah mundur.

"Ma-maafkan aku Tuan Rogard!" Katanya sambil membungkuk ke arah Rogard.

Lalu, mulailah terdengar bisikan-bisikan di antara sesama plat gold.

"Siapa dia? Kenapa Tuan Rogard sampai berkata seperti itu?" Kata petualang plat gold dengan tombak.

"Mungkin, dia kenalan Tuan Rogard?" Balas petualang plat gold dengan tameng dan pedang.

"Aku tak tahu. Tapi tetap saja mereka hanya petualang plat silver kan? Seberapa sih kekuatan plat silver itu? Paling ya gitu-gitu aja." Plat gold yang membawa dagger ikut berkomentar.

"Sudahlah, jangan sampai kita membuat masalah dengan Tuan Rogard. Kau juga Argen. Jangan membawa sifat playboy-mu itu ke tempat seperti ini." Pemegang tameng itu menengahi mereka.

"Kau benar. Tapi, andai saja tidak ada Tuan Rogard, fufufu..." Kata pria yang membawa dua pedang tadi.

"Sudah sudah! Ayo kita dengar keputusan Tuan Rogard mau bagaimana..."

Mereka berhenti berdebat sesama mereka. Lalu berkumpul mengelilingi Rogard.

"Persediaan makanan dan potion masih banyak. Ayo kita lanjutkan perjalanan ini. Tapi jika ada yang mau kembali, silahkan." Ucap Rogard.

Setelah menunggu beberapa saat dan tidak ada yang menyatakan ingin kembali, Rogard melanjutkan...

"Tidak ada yang ingin kembali. Kalau begitu, ayo kita lanjutkan. Merchant, tolong bawa peti harta karun itu." Kata Rogard.

Karena hanya Ren lah merchant yang ikut, jadi Ren bertugas untuk mengangkut hadiah kami. Setelah Ren memasukkan peti harta karun itu, Rogard memimpin tim untuk memasuki portal teleportasi menuju lantai selanjutnya.

*Siiing siiing siiing siiiing*

Satu per satu petualang yang menginjakkan kaki ke lingkaran magic teleportasi tersebut, lenyap bersama bunyi bernada tinggi tanpa ada bekasnya. Terakhir, kami juga ikut masuk ke dalam portal itu setelah Lunar Eclipse lainnya lebih dulu masuk.

Setelah aku menginjakkan kakiku, pandanganku seketika berubah menjadi gelap. Dan tak berapa lama, terlihat pemandangan yang sama sekali berbeda.

Di sekitarku kini adalah bagian dalam dari gua yang sangat besar. Begitu besar bahkan seolah-olah kami bukan berada di dalam Undead Tower lagi. Ujung dari gua ini pun tak terlihat. Jangan-jangan, kami memang sudah tidak berada di Undead Tower lagi?

Itu urusan nanti. Untuk saat ini, aku harus memastikan bahwa kami semua sudah lengkap.

Syla muncul di sampingku. Diikuti Grista, Ren, lalu Ruby yang masih dalam wujud manusianya. Ok, kami semua lengkap. Aku lihat ke arah dimana Lunar Eclipse berada, mereka juga lengkap.

Setelah kami semua sudah berada di ruangan dan lokasi yang sama, tidak perlu lama menunggu untuk menemui makhluk penghuni lantai ini.

*Bregg bregg breg bregg breg breggg*

Dari lorong di depan kami yang sama sekali tak terlihat ujungnya, kami mendengar suara derap langkah yang menggetarkan lantai tempat kami berdiri. Perlahan, satu demi satu sosok yang mengeluarkan suara langkah itu terlihat.

Dengan rata-rata tinggi 3 meter, mengenakan plate armor berwarna hitam dengan bentuk yang berduri-duri, membawa broadsword berkarat, mendekati kami dalam jumlah yang sangat banyak.

Death Knight.

Lebih dari seratus Death Knight. Lebih dari seratus monster kelas D. Walaupun mereka hanya berada di peringkat bawah kelas D, tetap saja. Kelas D adalah kelas D. Untuk party kami dan Lunar Eclipse, mungkin bukan masalah yang besar. Tapi bagaimana dengan yang lain?

Aku melihat ke belakang, mencari portal tempat kami masuk tadi. Tidak ada. Berarti, portal tadi hanyalah portal satu jalur.

Tidak ada pilihan lain. Namun tiba-tiba, Ruby...

"Arka, Ruby boleh hancurin mereka semua?"

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Terimakasih sudah membaca!

Nama penting di chapter ini :

- Rogard

- Juen

- Argen

- Gregor

- Danio

Medical Terminology

Tendo Achilles : Urat besar yang berada di ankle bagian belakang, di atas tumit.