webnovel

Menjadi Sandera

"Vall, sudah waktunya memberi dosis lagi."

"Oke."

Aku mendengar mereka membicarakan soal dosis dibelakang, Vall mengambil sesuatu dalam sakunya berupa jarum suntik lalu kemudian berjalan ke arahku. Aku mendapatkan perasaan yang kurang mengenakkan.

"Hei! apa yang ingin kau lakukan?"

"Diamlah!"

Ia menusuk jarum suntik tepat di lenganku, rasanya benar-benar sakit tubuhku kembali lumpuh karena suntikan itu, mereka benar-benar tak ingin membuatku pulih. Tubuhku kembali kaku karenanya. Entah sampai kapan ini berakhir, aku hanya bisa menunggu Tirta untuk datang kemari.

***

Beberapa jam telah berlalu, mereka sudah menggeledah beberapa tempat, aku harap Tirta tidak marah ketika datang kesini, tapi kupikir ia pasti akan marah. Bagaimanapun juga aku akan siap menghadapinya nanti.

"Hei, bagaimana cara menggunakan ini?"

Seseorang diantara mereka menanyaiku cara memakai alat yang membuatku berpindah dunia hingga sampai kesini. Sepandai apapun teknologi mereka, rupanya mereka tetap tidak bisa menganalisis peralatan yang dipakai olehku.

"Lepaskan dulu aku, maka akan-"

Bakk!

Aku mendapat tendangan yang menyakitkan kembali, entah sudah berapa kali aku mendapat tendangan seperti ini, setiap kali jawabanku tidak mengenakkan bagi mereka. Maka mereka akan menyiksaku.

"Baiklah-baiklah, akan kukatakan, alat itu hanya dapat digunakan sekali."

"Bukan jawaban itu yang ingin kami dengar, bagaimana cara menggunakannya lagi?!"

Benar-benar menyebalkan, badanku masih sakit semua tapi sudah dijejali dengan rentetan pertanyaan yang menyebalkan. Sebenarnya salahku juga mencuri simbol itu dari mereka. Tapi akupun merasa kesal dengan kehidupan mereka yang mengorbankan orang-orang yang berada di bawah garis kasta mereka.

"Untuk mengisi daya, ada di tempat lain, kalian harus berjalan ke utara sejauh 2 km."

"Kau mencoba membohongi kami? Disana tidak ada apapun kecuali padang pasir yang tandus!"

Aku pikir mereka belum memeriksanya. Tapi ternyata dugaanku salah. Mereka membentakku berulangkali, itu sebenarnya sedikit membuatku takut jika tiba-tiba kemarahan mereka membuat mereka memiliki ide untuk menggunakan penyiksaan yang lebih kejam.

"Ya, mungkin kalian perlu memastikannya kembali."

Sebenarnya rencanaku ketika mereka kesana, aku berharap mereka akan berhadapan dengan iblis yang kebetulan lewat, namun harapanku seperti itu sepertinya sangat sulit untuk terkabulkan. Disaat hal-hal seperti ini, kedatangan iblis mungkin akan membantuku.

"Percuma berbicara padanya, mari kita ekstrak saja isi kepalanya."

Vall datang dan membawa kabar buruk padaku. Rencana untuk menscan otakku rupanya sudah disetujui oleh Lina yang juga kemudian datang ke arahku, mereka membawa beberapa alat seperti jarum suntik dan helm.

"Tunggu-tunggu, bukankah jika disini kalian sudah tak mendapat pengawasan dari sistem lagi, kenapa tidak mencoba hidup disini saja, kita bisa berdamai kan?" ucapku pada mereka. Ini seperti ucapan bujukan Lina sebelumnya yang membujukku.

"Kau sedang mengelabuhi kami agar kau bisa bebas kan?"

"Ah, aku tak bisa menyangkalnya, tapi Lina bukankah kau benci soal sistem duniamu? Ini adalah kesempatanmu untuk pergi dari dunia itu bukan?"

Dakk!!

Aku kembali mendapat tendangan dari Lina, ia nampak tidak peduli, nampaknya ia juga berbohong soal sistem dunia yang ia benci itu.

"Semakin hari kau semakin pintar bicara saja," ucap Lina.

"Terimakasih atas pujiannya."

Dakk!!

"Hei, berhentilah menendangku."

Kalau saja aku bisa menggunakan kekuatanku sudah ku lawan mereka semua, tapi sampai sekarang entah kenapa rasanya seperti terputus, kurasa cairan yang disuntikan ke tubuhku itu berpengaruh sangat besar yang dapat memblokade kemampuanku.

Benar-benar tidak berguna, entah mungkin riwayatku akan sampai disini saja. Padahal ada hal yang ingin kucapai sebelum tiba kematianku. Sejak awal aku memang bukan karakter utama dalam ceritaku sendiri.

Namun ketika dalam keputusasaanku saat mereka ingin memasang alat itu ke tubuhku, sebuah portal terbuka, dan itu adalah Tirta dengan rambutnya yang sudah memanjang. Ia melihatku, entah kenapa penampilannya sedikit berbeda dari sebelumnya.

"Sudah lama aku tidak kembali."

Mereka semua tampak terpana dengan kehadiran Tirta yang diluar dugaan.

"Oh, Mikka apa kabar? Kau membawa teman-temanmu juga kemari? Kenapa kau tidak segera memanggilku jika sudah datang," ucapnya santai tanpa melihat situasi yang memang sebenarnya terjadi, apa ia sengaja membuat lelucon?

"Jangan becanda, apa kau tidak lihat dengan benar situasi yang telah terjadi padaku sekarang ini?"

"Biar kutebak, kau dikejar mereka dan mau tidak mau mengaktifkan alat pindah dunia agar bisa selamat dari mereka, namun mereka malah ikut bersamamu dan nasibmu menjadi sekarang ini?"

"Ya, kalau sudah tahu. Tolong selamatkan aku!"

***

Tadinya aku berharap Tirta segera menyelesaikan orang-orang yang ada disini, rupanya sangat jauh berbeda dari dugaanku sebelumnya. Tirta tertangkap, atau lebih bisa kusebut menyerahkan diri.

"Apa yang kau lakukan Tirta?" tanyaku dengan nada rendah setelah ia dengan sukarela menyerahkan dirinya.

"Ayolah Mikka, bukankah ini menyenangkan? Sudah lama aku tidak memiliki tamu seperti mereka?"

"Itu katamu, dan kau mungkin tak tahu apa yang telah kualami selama ini!"

Sesaat kemudian Lina datang menanyai Tirta beberapa hal soal dunia ini.

*****