webnovel

=02=

Seorang pemuda berjalan keluar dari bandara, dengan senyum lebar yang terlukis diwajahnya karena dia disambut hangat oleh kedua orang tuannya.

"Ma! Pa!" serunya dan langsung berhamburan memeluk kedua orang tuanya

"Bagaimana kabarmu sayang?" ucap sang ibu yang bernama Lena

"Aku baik - baik aja kok ma" jawab putra semata wayangnya bernama Andikarin Verona Gilbran, yang biasa dipanggil Vero oleh temannya dan keluarganya biasa memanggilnya Andika.

"Andi, bagaimana kamu disana enak nggk?" sang ayah, Dony bertanya kepada putranya itu.

"Biasa aja kok pa, tapi sepertinya aku akan nyaman disini pa" vero tersenyum dan memandangi kedua orang tuannya.

"Baguslah nak" Dony mengelus rambut putranya dengan lembut.

"Kalau begitu mari kita pulang! mama udah gak sabar lanjut nonton sinetron kesukaan mama. ayok!" lena berucap dengan semangat sambil mengangkat sebelah tangannya, sedangkan suami dan anaknya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan lena yang hiperaktive bahkan diumurnya yang sekarang.

~#~#~

Sesampainya dirumah Vero langsung menuju kamarnya dan merapikan pakainnya, tak lupa dia juga mandi dan berganti pakaian. Vero pergi ketempat orangtuanya berkumpul, diruang tengah terlihat Dony yang membaca buku dan Lena yang sedang menonton sinetron kesukaannya.

"Ma, aku lapar" vero menghampiri kedua orang tuannya sambil memegang perutnya yang lapar.

"Lapar? Makanlah lah nak! Masa nyetrika" Dony yang kini masih fokus kebuku yang dia baca tanpa melihat putranya yang kelaparan.

"Nggk ada makanan pa" vero merengut dan kini duduk disofa ikut sang ibu menonton sinetron.

"Apa! Nggk ada makanan? Sayang kamu nggk masak? " Dony kini menatap istrinya tak percaya.

"Nggk sayang aku lupa, tadi pulang dari bandara keinget sinetron ini terus" Lena berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.

"Kamu lapar nak?" tanya Doni kembali kepada anaknya. Vero hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan ayahnya.

"Kalau gitu beli aja sana makanan diluar, mama sibuk nonton nih lagi seru-serunya episode yang ini" Lena tetap masih fokus kelayar tv. Vero hanya mengehela nafas dan beranjak untuk membeli makanan.

"Mama titip bakso ya" sahut Lena

"papa juga, sambelnya yang banyak ya nak"

"Iya, aku pergi dulu ya"

"Hati hati"

~#~#~

Vero melangkahkan kakinya untuk membeli makanan, dia terus menelusuri jalan untuk mencari penjula bakso, diperjalanan dia selalu menyanyi lagu anak - anak 'abang tukang bakso'.

"Abang tukang bakso~ mari-mari sini aku mau beli~, satu untuk mama, satu untuk papa yang banyak sambelnya~"

Vero terus menyanyi sampai langkahnya terhenti disebuah gang, dia bingung. Apakah dia tersesat? Sepertinya iya, karena dia merasa asing dengan daerah ini walaupun dia pernah tinggal disini sewaktu kecil dan harus pindah ke London waktu mulai masuk SMP. Tapi karena tidak tahu harus kemana, akhirnya Vero memberanikan diri masuk kedalam gang itu.

Saat Vero berjalan santai, tiba - tiba dia dihalangi oleh 4 orang preman yang sangar yang membuatnya ketakutan. Vero terus merapalkan doa didalam hati agar para preman tersebut tidak melukai nya. Dia tidak tahu caranya berkelahi, sekalipun dia ingin belajar bela diri itu tidak akan bisa, karena kakeknya selalu melarangnya.

Demi apapun siapa saja tolong vero!, kini wajah vero pucat bagaimana tidak empat orang preman yang berada dihadapannya itu terlihat sangat menakutkan dengan wajah yang sangar preman tersebut menghampiri vero. Salah satu preman memalaknya dan meminta seluruh uangnya, kalau gak dikasih dia bakal dihajar. Dengan terpaksa dan perasaan takut vero memberikan dompetnya dengan tangan bergetar. Preman itu mengambil dompetnya paksa dan melihat isinya, dia tersenyum lalu senyum itu pudar di gantikan dengan.

BUAGGHH!!

Vero terlonjak kaget karena tiba - tiba seseorang datang dan langsung menendang perut preman yang mengambil dompetnya tersebut. Ketiga preman lainnya sama terkejutnya dengan Vero. Vero melihat dompetnya yang terjatuh langsung buru-buru mengambil dompetnya dan tersenyum senang saat isi dompetnya selamat. Vero melihat orang yang memunggunginya itu tengah mengambil sikap kuda - kuda, siap untuk menyerang.

'Wah, hebat banget nih orang ternyata ada yang mau nolongin gue' iner vero.

Perkelahian pun terjadi, vero hanya menatap perkelahian itu dengan tatapan kagum sekaligus iri. Iya, sebagai lelaki dia seharusnya berani dan tidak penakut. Andai kakeknya itu memperbolehkan dirinya belajar taekwondo atau ilmu bela diri apapun. Tapi sayang, kakeknya tidak membolehkan Vero belajar ilmu bela diri apapun bahkan kepada cucu-cucu nya yang lain. Entahlah, kakeknya tidak memberikan alasan yang pasti.

Tak lama perkelahian selesai dan dimenangkan oleh orang misterius itu. Vero mengerjapkan matanya saat melihat orang itu berhasil membuat keempat preman tersebut tersungkur ke tanah dengan bekas tonjokan di wajah mereka. Dan Vero hanya meringis melihatnya.

'Demi kolor penjual bakso, hebat bener nih orang, wahh satu lawan empat preman ck ck ck gue harus minta ajarin dia nih' iner vero.

Orang itu beranjak untuk pergi setelah tahu bahwa tugasnya selesai.

"Tu.. Tunggu!" seru vero seketika menghentikan langkah orang itu. Vero merasa aneh dengan orang tersebut, rambutnya dikuncir kuda tapi gayanya seperti pria. Sekilas Vero mengira dia perempuan. Tapi kembali dengan pikirannya, tidak mungkin perempuan bisa mengalahkan keempat preman berbadan besar tersebut. Kecuali jika perempuan dia memiliki kekuatan seperti Wonder Woman yang ditontonnya belum lama ini.

"Te.. terima kasih, karena kau telah menolongku, dan—" vero berehenti berucap saat orang itu membalikan badan dan menghadap dirinya.

Bisa dilihat ekspresi vero yang terkejut melihat siapa yang menolongnya, bahwa yang menolongnya itu adalah seorang....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Perempuan...

Fyi, Vero berpikir dia wonder women. Udah cantik kuat lagi. Begitu pikirnya. Vero sepertinya harus belajar bela diri dari cewek ini, tapi apakah cewek ini mau?

"Kenapa? " tanya cewek itu.

"Hmm aku mau nraktir kamu bakso sebagai ucapan terima kasihku karena menolongku. Gimana? " tanya Vero ragu.

Orang itu berjalan melewatinya, Vero yakin orang itu tidak mau. Tapi tiba - tiba orang itu berbalik dan memanggil Vero.

"Kau jadi menraktir ku atau tidak? " tanya orang itu. Ternyata dugaanya salah, orang itu mau menerima ajakannya. Entah mengapa Vero merasa senang. Dia langsung menghampiri orang itu dan ikut berjalan disampingnya.

"Apa kau tahu dimana penjual bakso yang enak?" tanya Vero sekedar berbasa basi untuk menghilangkan kesunyian.

"Hm, apa kau orang baru? "

"Iya, aku baru pulang dari luar negeri makanya aku bingung dengan jalan di daerah sini" jawab Vero dan cewek itu hanya menganggukan kepalanya, setelah itu keheningan kembali diantara keduannya.

"Kau tinggal dimana? " tanya Vero kembali.

"Dirumah"

"Oh iya ya" gumam Vero. "Apa kau.. " belum selesai Vero bertanya, perkataanya dipotong dengan cewek itu.

"Bisakah lo diam, barisik" ucap cewek itu tanpa mengalihkan pandangannya dari hp yang dia mainkan.

Menyebalkan

Satu kata yang terlintas di pikiran Vero. Iya, baru kali ini dia mendapatkan cewek menyebalkan sekaligus membuatnya penasaran. Mereka berjalan kaki selama beberapa menit dan sampai pada penjual bakso keliling.