webnovel

Introvert vs Ekstrovert

Dia introvet bukan cool. he's not ice Prince. Apa jadi nya jika si introvet yang selalu menjaga jarak dari orang justru suatu ketika ia ditarik paksa dari dunia nya oleh sebuah tawa dan senyuman. saat ia tau semua nya apa kah ia harus berhenti? ia di hadapkan 2 pilihan berjuang atau tidak sama sekali. tapi apa iya mampu? mundur atau maju keduanya sama berat nya. lalu ia harus apa? *** "senyum dong" suara itu terdengar mengintrupsi bersama an dengan jari yang menarik bibir pria itu hingga terbentuk lengkungan di wajah nya. "kan makin ganteng, makin sayang deh!" "kenapa masih suka?" "pengen aja!" jawab ia gamlang. lalu ia mendekat ketelinga nya dan mulai mengeja kata hingga sebuah kalimat meluncur. "nan-ti,...ka-lo.....u-dah ca-pek!" tubuh itu menegak dan hilang di balik pintu. *** Rasa percaya dan Rasa cinta adalah satu kesatuan. biar rasa percaya yang melahirkan cinta... tanpa campur tangan rasa tak suka.. karna ini bukan novel romansa mula benci jadi cinta. {my introvet boy} berhenti lah pura pura bahagia, bahagialah dengan sesungguhnya bersama ku. {my ekstrovert girl}

Desember_01 · Teen
Not enough ratings
273 Chs

bagian 15 terasa aneh

Selamat membaca

.

.

Akira menelan habis air di dalam gelas yang tengah ia gengam, lalu membaringkan tubuh nya di atas kasur keras yang menemani sejak bertahun-tahun yang lalu, sebenarnya ia ingin menganti kasurnya, hanya saja ia tidak punya waktu, waktunya banyak tersita untuk bekerja atau kegiatan sekolah. Jatah libur 1 hari, setiap 6 hari kerja selalu terpakai untuk istirahat atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Dirinya harus pintar pintar mengatur waktu dan keuangan, bisa untuk nya melakukan apapun yang ia suka, hanya saja ia kurang berminat melakukan apa yang ia suka. Karena melakukan hal yang harus di lakukan lebih penting dari pada melakukan hal yang di suka.

Ia bisa untuk berpacaran, hanya saja ia tidak mau. Bukan tidak ada yang suka padanya, hanya saja seseorang yang ia suka itu tidak menyukai nya, mereka hanya berteman dan itu yang selalu di lontarkan gadis itu, membuat nya merasa insecure dan menyerah sebelum mencoba.

Akira bergerak mencari kenyamanan, saat ia memikirkan gadis itu, entah kenapa fikiran nya kembali kepada Sarah yang belakangan mengacaukan hidup nya. 'Dia' dengan segudang teka teki pelik, juga di tambah senyum yang dan tawa lepas yang sangat misterius. Akira hanya bisa menghela nafas saat perbandingan antara dirinya dan sarah yang begitu jauh, jangan kan menjadi teman, bersinggungan pun mereka tidak, bahkan dari segi kasur saja, ia yakin sarah tidur di atas ranjang empuk yang lembut, berbeda dengan nya, keras dan usang.

"dia punya dunia yang berbeda, hah.. Harus nya aku sadar dia hanya ingin mempermainkan ku tidak lebih!"  sarkas nya menanamkan pada diri nya sendiri untuk tidak jatuh dalam pesona Sarah, meski hanya sebatas teman.

Ia lelaki normal, terlebih ia tak pernah di dekat oleh perempuan secara terang tegangan, meski memiliki gadis yang ia sukai, yang kebetulan mereka adalah teman satu rusun nya, tetap saja sarah yang mendekati nya secara persuasif dan frontal ini terasa sedikit berbeda. Terlebih untuk seorang Sarah, yang secara fisik sangat menawan dan memiliki body goals. Atas kebawah, depan belakang, semuanya mempesona.

"astagfirullah!"  Akira mengelus dada nya mengenyahkan pikiran nya yang kian merayap kemana mana. sebelum pikiran nya melalang buana lebih jauh lagi, akhirnya ia memutuskan untuk langsung menutup mata nya untuk segera tidur. tak butuh lama, entah karena kelelahan atau bagaimana, yang jelas saat ini ia sudah terlelap dengan begitu mudah nya.

***

Esok hari nya, Akira berangkat ke sekolah seperti biasa, hari senin yang bahkan belum di jalan kan saja terasa begitu melelahkan, apalagi harus menjalaninya, benar benar melelahkan dan membosankan. Entah kenapa mungkin ada ketukan yang menyertai hari senin hingga banyak dari mereka  yang tidak menyukai hari ini. Pun dengan Akira yang tidak menyukai hari senin.

Di tengah sesi belajar, pembelajaran terpaksa terjeda saat rombongan osis dari angkatan ke 3 masuk. Rutinitas senin meminta infak mingguan. Sebenarnya itu bukan infak melainkan iuran mingguan suka rela yang terbiasa di sebut infak, uang itu biasanya di gunakan untuk kegiatan amal yang sudah di lakukan secara turun temurun, meski pada dasarnya tidak ada peraturan sekolah mengenai infak mingguan ini, ini hanya merupakan kebiasaan yang mereka lakukan yang di wariskan dari senior terdahulu, siapa pun dia yang mencetus ide ini mereka yakin, dia adalah orang yang sangat baik.

"terimakasih kepada teman teman semoga apa yang kalian berikan di balas oleh tuhan!"

"amin!"

"amen!"

Tidak ada Sarah yang bernyanyi, atau sarah yang berpantun sebagai pembukaan atau penutup wejangan. Hanya anggota osis biasa.

Sepeninggal anggota osis Akira berlalu ke toilet,ia ingin mencuci muka nya, menyadarkan nya tentang apa sebenarnya yang ada di pikiran nya kini, awalnya ia merasa malas saat mendengar suara angota osis di luar kelas, namun saat yang masuk bukan yang biasa memungut uang sumbangan infak tersebut, ia merasa sedikit aneh dan berbeda. "aku kenapa?!" tanya Akira pada bayangan nya sediri, mempertanyakan perasaan tak nyaman yang kini tengah ia rasakan.

"yo!" sapaan terdengar dari belakang Akira, ia melihat dari bayangan cermin, orang itu mendekatinya.

"kau terlihat sehat tanpa Sarah!" Lanjutnya setelah menyapa Akira, lalu menghidupkan keran air di sebelah Akira untuk membasuh tangan nya yang kotor.

Akira mengguk sopan, melanjutkan kegiatan mencuci muka nya yang sempat tertunda karena kehadiran Joe."tidak bertanya kenapa bukan kami yang memungut uang iuran?" tanya Joe mengibaskan kan tangan nya lalu mengeringkan nya dengan tisu uang tersedia di dekat wastafel.

Akira mengguk pertanda ia ingin tau. Joe tersenyum sinis melihat tingkah Akira yang terlihat aneh di mata nya.

"lo bisu?"

"enggak!" jawab kira cepat.

"trus kenapa ngangguk doang? Kenapa ngak nanya baik baik?!" cerca Joe. Meski ia agak kecewek cewekan namun ia tetap punya sisi tegas yang cukup langka terlihat. 'mampus gue kalau sarah tau gue ngomel Akira, bisa bisa di kebiri gue'-Joe membantin

Akira mengguk lalu bertanya."kenapa bukan kalian yang ambil iuran?!"  tanya Akira akhir nya pertanyaan itu lolos dari mulut nya. Sejak di kelas tadi ia ingin bertanya pada teman teman nya namun ia takut malah di goda teman teman nya. "Sarah ngak ada, Sarah di skors sampai hari rabu ini. Miris gue sama sobat gue, dia pasti kecewa kalau dengar lo ngak tau dia di skors!" Joe tertawa hambar, menyandar kan punggung nya pada keramik wastafel.

"maaf!" Ungkapan Akira tulus.

"kenapa minta maaf?  Lo ngak salah, yang salah itu Merlin!" Joe memulai penjelasan nya.

Sebenarnya ia ke toilet bukan sekedar mencuci tangan, ia ingin memberitahukan kan kebenaran kepada Akira, ia tak mau nama baik  sahabat nya hancur hanya karena ketidak sengajaan yang di sengaja yang di lebih lebihkan. "maksud nya?" tanya Akira sambil mengeringkan wajah nya dengan tisu lalu menghadap Joe.

"Merlin duluan yang dorong Sarah sampe jatuh, gue jamin lo ngak tau kalo jidat Sarah berdarah!. yah... Itu alasan kenapa dia ngak di DO dari sekolah, Bukan karena dia anak orang kaya trus semena mena. Oh satu lagi, Bokap Sarah itu orang yang adil, salah tetap salah, meski itu anak nya. Walaupun doi gak salah, biaya pengobatan Merlin bokap doi yang nanggung," Joe mengangkat bahu nya di kalimat terakhir nya.

"gue jelasin ini bukan karna gue teman Sarah, Tapi karena lo orang yang di incar Sarah! Gua cabut dulu, baye," Joe berlalu pergi mengangkat satu tangannya sambil melambai kekiri kekanan, sebelum akhirnya hilang dari balik pintu. Menyisakan Akira dan tanda tanya besar di kepalanya.

"incar?"

Tbc