webnovel

7. Aku memang pantas dimarahi

Namun dengan suara tenang Mark kemudian menambahkan, "Namun, semua tergantung keadaan juga..",

"Jangan plin-plan ! jadi laki-laki itu harus konsistent !", cetus Jolene meradang, Mark tersentak, ia menoleh kearah Jolene sambil menahan senyum getir, "Wah.. rupanya kau galak juga yah..",

Jolene segera menurunkan pandangannya, ia tidak berani menghadapi tatapan Mark, ia juga merasa terkejut sendiri, baru kali ini ia tidak mampu menahan emosinya saat berbicara dengan teman ayahnya, raut wajahnya berubah melunak, ia tahu tidak seharusnya ia berbicara kasar pada tamu ayahnya, "Maaf... seharusnya aku tidak berkata begitu ",

"Kenapa tidak ?, Kurasa aku memang pantas dimarahi.. maafkan aku... aku tidak bermagsud memihak pada Vina, seharusnya aku tidak mengutarakan pendapatku dalam urusan pribadi kalian...",

Mark bisa melihat Jolene terlihat masih memendam rasa kecewa, ia lalu buru-buru mengalihkan pokok pembicaraan ,"Kudengar setelah menyelesaikan kuliah nanti, kau juga akan bergabung bekerja di W Bank ?", Jolene langsung mendengakkan wajahnya keatas, wajahnya tampak bersinar cerah dengan topik yang ditanyakan Mark, "Iya benar. Pak Maxim akuntan publik ayahku akan segera pensiun dalam enam bulan ini, dan aku yang akan menggantikannya",

"Apakah itu kehendakmu.... ?",

"Tentu saja itu kehendakku sendiri, .. dari dulu aku selalu punya keinginan untuk meneruskan bisnis turun temurun ini, Kakek buyutku telah merintis W Bank dari nol, dan aku sebagai keturunannya punya kewajiban untuk menjaga dan memajukannya",

"Hmm aku suka semanggatmu, kurasa W Bank berlokasi di tempat-tempat yang cukup strategis, ini sangat menguntungkan",

"Jadi kau sudah melihatnya ?",

"Iya. tadi dari bandara aku langsung ke kantor pusat W Bank untuk menemui ayahmu disana", Mark mencuri pandang kearah Jolene yang sedang menyesap minumannya, Jolene tampak sangat memukau dan berkelas, meskipun ia bukanlah wanita tercantik yang pernah dilihatnya, namun entah mengapa, ia merasakan jika Jolene sangat berbeda, dan anehnya ia seakan tidak dapat memalingkan tatapannya darinya. 'Interesting...'

Jolene tampak menahan nafas dan duduk mematung ditempatnya, ia dapat merasakan Mark tidak berhenti menatap padanya, 'Stop menatapku seperti itu !', batin Jolene merasa kesal, seumur hidupnya baru sekali ini ia bertemu dengan lelaki asing yang menatapnya dengan terang-terangan, membuatnya mati kutu dan salah tingkah sendiri, tapi karena ia adalah teman ayahnya, ia juga tidak dapat bersikap seenakknya,

Menit berlalu..., karena ingin menghentikan rasa canggungnya Jolene kembali membuka pembicaraan, "Kau bilang kau lahir dijakarta ?",

Mark langsung merespon, "Iya betul. Ayahku mixed Indonesia Chinese sedangkan ibuku American, mereka meninggal akibat kecelakaan waktu aku umur 9 tahun, jadi aku dikirim ke New York untuk dirawat oleh kakek nenek dari pihak ibuku",

Jolene mendesah dengan berat sambil menatap Mark dengan prihatin, "Kehilangan kedua orang tua pada saat bersamaan pasti sangat berat", ia teringat pada rasa sakit saat kehilangan ibunya kala itu,

"Yaa... tapi hanya untuk beberapa saat saja ... saat itu aku masih kecil, rasanya tidak banyak berpengaruh, karena aku langsung diasuh oleh kakek nenekku yang sangat luar biasa, mereka mengasihiku sepenuhnya. memastikan aku tidak kehilangan kasih sayang sedikitpun, walaupun mereka seorang pebisnis yang sibuk dan menjalankan bisnis sukses di New York selama lebih dari 30 tahun lamanya, mereka selalu punya banyak waktu untukku, sebenarnya mereka berdua adalah pribadi yang bersahaja dan berjuang dari bawah, Kakek nenekku berkenalan dan menikah ketika mereka masih tinggal di Florida, Nenekku bernama Florencia dan sangat bangga dengan darah spanyolnya, itu sebabnya Ibuku diberi nama yang sama, dan aku berjanji jika kelak memiliki seorang putri, maka akan kuberi nama Florencia juga", Ucap Mark sambil tersenyum lebar,

"Kakek dan nenekku adalah pasangan yang setia, mereka menyesal karena hanya memiliki anak tunggal, mereka selalu mengidamkan memiliki keluarga besar, Kakek menginginkan anak lelaki yang akan mengikuti jejaknya lebih dari apapun...",

"Jadi kau sekarang mengambil alih tempat Anak laki-laki itu ?",

"Tebakanmu betul sekali !", cetus Mark sambil tersenyum hangat,

"Apakah mereka masih hidup ?",

"Kakekku masih hidup. bahkan sangat sehat. Meskipun ia sudah berusia 79 tahun, namun ia masih pergi kekantor tiap hari dan bekerja lebih lama dari semua orang disana..",

"Hah hebat .. apa ia tidak berpikir untuk pensiun saja ?",

"Tampaknya tidak. Jika nenekku masih hidup, mungkin Kakekku akan pensiun. tapi sekarang ia tidak tahu apa yang akan dikerjakan jika ingin pensiun... ia justru merasa kesepian jika disuruh berlibur atau berdiam diri dirumah ",

Tepat ketika Mark selesai bicara tiba-tiba terdengar pintu depan terbuka lalu diikuti derap langkah sepatu high heels yang berjalan terburu-buru kian mendekat kearah mereka, "Heii Mark... apa kau sudah lama datang ?.... senang sekali bertemu denganmu...", dengan wajah exited Vina langsung mendekat pada Mark, Vina tampak sangat cantik dengan balutan dress biru yang elegant dan make up sempurna diwajahnya, sangat berbanding terbalik dengan Jolene yang berantakan dan berpenampilan tidak rapi,

Mark meletakkan gelasnya diatas meja dan berdiri untuk menyambut Vina, "Hei Vinn~..em-m tidak juga, aku baru saja datang kok...",

Sambil memegang kedua tangan Mark, Vina tampak menatap Mark dengan teliti sebelum kemudian memeluknya erat, ia lalu duduk sambil menarik tangan Mark untuk duduk disebelahnya, "Aku barusan dari rumah adikku --- Ariel, kamu ingat khan ?, maafkan aku ... jika kutahu hari ini kau akan datang, aku pasti akan menjemputmu dibandara... Huh kau benar-benar menyebalkan, kau sengaja datang untuk membuat kejutan untukku khan .. Oiya bagaimana kabar New York sekarang ?... rasanya sudah lama sekali....",

"Maaf...aku permisi dulu", Jolene tahu diri, sambil membereskan bukunya ia bersiap-siap pergi, ia merasa asing dengan percakapan keduanya,

"Aku sudah menelfon kepala pelayan untuk menyiapkan makan malam", balas Vina memberitahu putri tirinya,

"Maaf, tapi Kurasa aku tidak bisa bergabung makan malam bersama kalian... aku ada janji malam ini...", bohong Jolene, sengaja membuat alasan untuk menghindar, rasa bencinya pada Vina seolah sudah tidak dapat disembunyikan lagi.

"Kalau begitu.. Selamat malam...", ucap Mark perlahan,

"Selamat malam...", jawab Jolene penuh hormat, saat ia mendengak wajahnya keatas, tatapan mata mereka bertemu, Jolene dapat melihat kilatan rasa geli dimata abu-abu Mark, seolah Mark dapat menebak dengan tepat situasi ini. 'Huh masa bodoh !', Jolene segera memalingkan wajahnya, sambil menggigit bibirnya ia bergegas menuju ke kamarnya dan menghilang.

Next chapter