Seperti biasanya suasana dibandara Internasional Las Vegas sangat ramai, lihatlah orang-orang nampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing tanpa memperhatikan keadaan ataupun orang disekitar mereka. Dari sekian banyaknya orang disana terlihat seorang prempuan yang nampak sibuk mendorong trolinya menuju loby. Prempuan tersebut tidak lain adalah Shina, Shina langsung pergi ke Las Vegas begitu pekerjaannya selesai dengan ditemani oleh Nana-asisten. Shina menghela napas berat saat melihat orang-orang utusan agensi berdiri disepanjang pintu keluar, dengan langkah gontai Shina berjalan mendekati asisten pribadinya.
Shina menatap lurus kearah bodyguardnya secara bergantian. "Aku sudah memberitahu Jack-Oppa untuk tidak mengirim orang menjemputku. Aku bisa pulang sendiri."
"Maafkan aku, Shina-Ssi. Kau tahu sendiri seperti apa Jack, lagi pula ini Las Vegas apapun bisa terjadi. Kami hanya ingin menjagamu agar tetap aman," ucap salah-satu pria berjas hitam itu. Nana menyerehkan koper Shina pada bodyguard itu, lalu dia membuka pintu mobil mempersilahkan Shina untuk masuk. "Masuklah, kita harus segera pergi sebelum ada yang mengenalimu."
"Hei lihat! Bukankah itu Shina Aoi?" pekik salah-satu Namesis, penggemar Ethereal. Shina mengurungkan nitanya untuk masuk kedalam mobil begitu melihat para penggemar berlarian kearahnya.
Rasanya percuma saja Shina melakukan penyamaran dengan mengunakan masker dan topi karena masih ada saja fans yang bisa mengenalinya, dengan bantuan asisten dan bodyguardnya Shina menerobos kerumunan fans yang memaksanya untuk foto dan memberikan tanda tangannya. Kilatan cahaya dari kamera ponsel milik fans terus menyoroti Shina, sangat sulit untuk keluar dari kerumunan orang sebanyak itu.
"Shina-Ssi, jadi benar kalau kau akan ikut konser tahun ini bersama Ethereal?"
"Shina-Ssi, bisakah kau berfoto denganku sebentar?"
Para penggemar tidak berhenti melayangkan pertanyaan pada Shina. Namun, tidak ada satupun pertanyaan dari penggemar itu yang dijawab oleh Shina. Para fans yang berada disana mulai saling mendorong untuk berada sedekat mungkin dengan sosok yang mereka idolakan itu. Bodygard yang berada didekat Shina langsung mendorong fans tersebut sehingga Shina dan Nana bisa berjalan dengan nyaman. Shina langsung masuk kedalam mobil, terlihat jelas raut kekecewaan diwajah Shina karena tidak bisa melayani para fansnya dengan baik. Aturan agensi melarangnya berfoto dengan fans diluar kegiatan resmi mereka. Mobil yang Shina tumpangi berlahan-lahan keluar dari kawasan airport.
Shina meraih ponselnya, kemudian mencari sebuah video yang tersimpan di galery ponselnya. Shina nampak fokus menonton video diponselnya, dimana ada dirinya bersama tujuh laki-laki tampan. Sejenak Shina tenggelam dalam kenangannya beberapa tahun lalu, saat itu usianya masih terllau muda, ia memiliki impian yang besar. Bersama tujuh laki-laki itu, Shina berusaha untuk mewujudkan impiannya meskipun mustahil bagi mereka untuk berhasil, akan tetapi mereka tidak menyerah demi bisa berdiri diatas panggung dihadapan jutaan bahkan ratusan fans dari seluruh dunia. Berbagai upaya dan usaha mereka lakukan untuk bisa meraih mimpi mereka bersama, mereka saling menggenggam tanpa berniat melepaskan.
Sepanjang hari mereka terus berlatih keras tanpa henti, tanpa mengenal lelah mereka terus berlatih tanpa perduli tubuh mereka yang kelelahan, kaki mereka yang terluka, tenggorokan mereka yang sakit. Meski mereka ditertawakan, dihina dan dipandang rendah oleh orang-orang, mereka tetap tidak menyerah. Jika salah-satu diantara mereka lelah dan merasa semua perjuangan mereka sia-sia, maka yang lainnya akan merangkul menjadi penguat dan menyakinkannya bahwa mereka bisa meraih mimpi mereka selama bersama. Mereka percaya, suatu saat nanti mereka akan mengenggam impian mereka, memperlihatkan pada dunia betapa indah galaksi yang mereka ciptakan bersama penggemar mereka.
Dengan keyakinan itulah, mereka terus berlatih dan berusaha keras. Lihatlah hasil dari semua kerja keras mereka selama sepuluh tahun ini? Setelah bertahun-tahun, setelah banyak pengorbanan, setelah banyak keringat yang bercucuran akhirnya mereka mampu mewujudkan impian mereka yang mustahil dimata orang lain. Mereka berhasil membuktikan pada orang-orang yang menertawakan dengan prestasi mereka. Tidak ada yang mustahil selama kita mau berusaha keras dan yakin dengan pilihan yang kita buat. Apapun impianmu, sekejam apa dunia memperlakukanmu, sekeras apapun tawa orang yang meremehkanmu teruslah melangkah maju, wujudkan impianmu dan buatlah galaksimu sendiri bersama orang-orang yang mendukungmu tanpa henti.
"Nana, kau sudah memastikan mereka semua berada di hotel?"
"Ya. Aku sudah menanyakannya pada Duwon-Oppa untuk memastikan keberadaan mereka dihotel. Sean baru kembali kehotel satu jam yang lalu."
"Sean baru kembali kehotel?"
"Ya. Kebetulan Choi Sally juga berada di Las Vegas. Menerut informasi dari Duwon-Oppa, mereka berdua sering bertemu untuk membicarakan project drama mereka."
'Sean dan Sally sering bertemu selama di Las Vegas? Kenapa Sean tidak pernah memberitahu ku soal ini?' menolong Shina dalam hati. Shina menggeleng kuat menyingkirkan segala pemikiran negatif mengenai Sean. 'Mungkin Sean sibuk makanya dia tidak sempat memberitahuku."
Shina tersenyum kecil melihat tanggal yang tertera pada layar ponselnya. Setibanya di hotel Shina bergegas menuju lantai delapan tempat dimana para member dan staff berada. Tidak ada yang tahu mengenai kedatangan Shina termasuk member selain Jack dan Kibum. Shina sengaja datang lebih cepat dari yang sudah dijadwalkan agar bisa merayakan ulang tahun kekasihnya. Setelah mendapatkan kamar dimana kekasihnya berada, ia langsung pergi begitu saja mengabaikan Nana yang memintanya untuk istirahat.
Langkah kaki Shina berjalan pelan menyusuri koridor, kedua maniknya terus melihat nomor kamar yang dia lewati. Shina menghentikan langkahnya tepat dikamar yang dia cari selama satu jam ini. Kalau tahu begini harusnya dia memaksa Mina untuk mengantarnya tadi, hotel ini terlalu besar membuatnya kesulitan menemui kamar kekasihny. Tanpa pikir panjang lagi, Shina menekan bel kamar kekasihnya. Seorang pria yang sedang terlelap mengumpat kesal begitu mendengar bel kamarnya terus berbunyi. Pria itu menendang selimutnya dan bergegas menuju pintu untuk melihat siapa yang datang menganggu tidurnya.
"Shina?" Sean nampak terkejut melihat keberadaan Shina. "Kenapa kau bisa ada di sini?"
"Waw dari sekian banyak pertanyaan haruskah kau menanyakan itu?" Shina bersedekap dada menatap kesal kearah Sean. "Mau sampai kapan kau membiarkanku berdiri di sini?"
Sean tertawa kecil melihat kekesalan kekasihnya, Shina melangkah masuk kedalam kamar Sean. Begitu berada didalam kamar, Sean langsung memeluk Shina dengan erat, melepaskan semua kerinduannya selama seminggu ini. Shina yang masih memiliki pekerjaan di seoul, korea selatan tidak bisa terbang ke Las Vegas bersama Sean dan yang lainnya.
"Lepaskan aku! Kau terlalu erat memelukku, aku kesulitan bernapas."
Sean memutar tubuh Shina agar bisa menatap wajah kekasihnya, jemari tangannya mengusap lembut surai coklat kekasihnya. "Kenapa tidak mengabariku? Aku bisa menjemputmu di bandara."
"Jika aku memberitahumu itu bukan kejutan namanya."
Sepasang kekasih rahasia itu saling memeluk erat melepaskan kerinduan mereka, setiap kali bersama mereka berdua selalu bertengkar pantas saja tidak ada yang curiga mengenai hubungan keduanya. Satunya-satunya member yang mengetahui hubungan mereka adalah Owen. Sean mengecup bibir Shina dengan lembut, sesaat keduanya terlibat aksi saling mengecup. Saat mereka berdua menikmati cumbuan intens mereka, diluar para member nampak sibuk menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Sean.
"Kak Jiho cepat nyalakan lilinnya," bisik Suno pada Jiho yang berada tepat disampingnya.
"Tunggu dulu. Noa, Leon dan Kak Owen masih belum datang!" dari kejauhan terlihat sosok Noa dan Leon yang berjalan mendekat kearah mereka. "Di mana Kak Owen? Kalian tidak membawanya kemari?"
"Hah itu, Kak Owen sudah tidur, kami tidak berani membangunkan beruang kutub itu," ucap Noa. Tentu saja tidak ada yang berani membangunkan Owen selain Shina, membangunkan Owen sama saja mencari mati.
"Hei diamlah! Kak Sean bisa mendengar suara kalian," ucap Yohan. "Sudah cepat nyalakan saja lilinnya. Tanganku sudah kram memegang handycam ini dari tadi."
"Pintu kamar Kak Sean tidak tertutup rapat. Apa dia sengaja melakukannya?" Leon menaikkan alisnya menyadari pintu kamar Sean yang tidak tertutup rapat, aneh rasanya melihat Sean membiarkan pintu kamarnya sedikit terbuka mengingat dia tipikal orang yang selalu mementingkan privasi dan keselamatan.
Setelah lilin dinyalakan, mereka semua berkumpul didepan kamar Sean kecuali Owen yang memilih bergulung dalam selimutnya. Mereka semua menerobos masuk begitu saja dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Sean menindih seorang wanita ditempat tidur. Mata mereka semakin membesar begitu melihat wanita itu tidak lain adalah Shina, otak mereka masih mencerna pemandangan yang mereka lihat. Shina dan Sean juga sama terkejutnya seperti mereka bahkan Shina mendorong Sean menjauh begitu saja, membuat kepala Sean terbentur tembok. Buru-buru Shina mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai, kemudian dia berlari kekamar mandi dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
*****
"Kak Shina, apa yang kakak lakukan disini?" tanya Noa dengan wajah blank miliknya.
"Wah kalian? Sejak kapan kalian menjalin hubungan?" Yohan berdecak tidak percaya, hei ayolah mereka sudah sepuluh tahun hidup bersama terhitung sejak menjadi trainee dan selama ini tidak ada satupun diantara mereka yang mengetahui hubungan dua insan berbeda jenis kelamin ini.
"Bisakah kalian tenang? Aku akan menjelaskan semuanya pada kalian, jadi diamlah," ucap Sean sedikit kesal akan kedatangan mereka yang tiba-tiba.
Para member melemparkan pertanyaan pada mereka berdua tanpa henti, membuat mereka kewalahan. Sean menggeram kesal dengan pertanyaan yang selalu dilemparkan saat dia sedang menjelaskan situasinya pada mereka. Terlihat jelas kekecewaan diraut wajah mereka mendengar hubungan asmara kedua anggota tertua mereka. Mereka hidup bersama, selalu berbagi dalam hal apapun jadi wajar jika mereka kecewa mengetahui Sean dan Shina merahasiakan fakta mengenai hubungan mereka dari para member. Hah ralat, tidak semua member karena Owen mengetahui fakta ini.
"Leon ada apa? Kau marah karena kami memilih merahasiakan hubungan kami darimu?" Leon menghindari kontak mata dengan Shina. Shina tersenyum miris melihat anggota termuda mereka menghindarinya.
"Sebenarnya siapa kami bagi kalian? Kita sudah hidup bersama lebih dari sepuluh tahun, kita sudah sepakat untuk tidak menyimpan rahasia lalu kenapa kalian merahasiakan hal sebesar ini dari kami? Apa hanya Kak Owen yang berharga untuk kalian? Apa hanya Kak Owen yang bisa menjaga rahasia kalian?" Leon terus menyerang mereka berdua dengan pertanyaan, dia anggota paling muda diantara mereka. Sean yang menyadari perubahan ekspresi Shina langsung menggenggam erat tangan Shina.
"Usiamu bukan anak kecil lagi, Leon. Harusnya kau bisa menyimpulkan penjelasanku dengan baik. Aku yang meminta Shina untuk merahasiakan hubungan kami, jika kau ingin marah maka marahlah padaku." Sean menatap mereka semua satu persatu, cepat atau lambat para member akan mengetahui hubungan asmaranya dengan Shina jadi tidak ada gunanya jika mereka menutupinya lagi, terlebih lagi mereka sudah melihat pergulatan mereka diatas tempat tidur. "Yohan, baik aku maupun Shina tidak bermaksud untuk membohongi kalian. Kau seorang leader, aku harap kau bisa sedikit bijak dalam menanggapi hal ini."
Yohan menghela napas kasar, sebenarnya tidak ada yang salah dalam hal ini. Mereka sudah enam tahun berkarir, agensinya juga tidak melarang mereka untuk berkencan. Pekerjaan mereka sebagai publik figur tidak bisa membuat mereka bebas melakukan apapun termasuk memiliki kekasih, sebagaian fans akan menolak hubungan mereka dan berbalik menyerang.
"Aku mengerti, jujur saja aku sedikit kecewa karena kalian memilih merahasiakan ini dari kami. Tapi ya, mau bagaimana lagi jika itu sudah menjadi keputusan kalian berdua. Kalian berhak membuat keputusan sendiri, jika bisa aku harap hubungan kalian tidak berdampak pada group," terang Yohan sebagai leader Ethereal, posisinya sebagai seorang leader membuatnya harus berpikir dewasa dan selangkah kedepan.
"Yohan benar, kita ini manusia biasa yang memiliki keinginan. Suatu saat nanti kita akan jatuh cinta dan hidup bersama pasangan kita masing-masing. Aku sama sekali tidak masalah dengan hubungan kalian selama kalian bisa bersikap profesional. Sebaiknya kita rahasiakan dulu ini dari fans dan media, kalian sendiri tahu resiko dari pekerjaan kita. Mau seroyal apapun seorang fans, mereka tidak akan suka jika mengetahui idola mereka memiliki kekasih." mereka semua mengangguk setuju dengan perkataan Jiho.
"Astaga kita melupakan hal yang penting. Kak Sean buruan tiup lilinnya," pekik Noa yang baru ingat tujuan mereka datang kekamar Sean untuk merayakan ulang tahun Sean. Harusnya Sean yang terkejut dengan kejutan yang mereka berikan bukan malah sebaliknya. "Cepat ucapkan keinginanmu dan tiup lilinya, Kak."
Sean menggelengkan kepalanya melihat tingkah Noa. Sean meniup lilin ulang tahunya, mereka menghabiskan malam di kamar Sean dengan mengenang masa lalu mereka. Suasana yang semula dingin berlahan-lahan mulai mencair berkat lelucon Jiho dan tingkah absurd Noa. Shina tersenyum memperhatikan semua orang dalam diam, merekam momen indah ini didalam memorinya. Sungguh dia sangat beruntung saat ini, ia memiliki saudara yang begitu menyayangi dan memperhatikannya, memiliki kekasih sehangat Sean dan fans yang selalu mendukung, mencintainya tanpa henti. Demi apapun, Shina tidak ingin kehilangan semua ini, jika dia boleh egois dia ingin merasakan kebahagian ini selama hidupnya.
"Kak Owen sialan, lihat saja besok akan ku buat dia menjerit kesakitan," kata Leon yang tidak terima Owen memihak Sean dan Shina merahasiakan fakta sepenting ini dari mereka.
"Yak! Memangnya kau berani dengan beruang kutub itu? Jangan sok jagoan bocah tegil, yang ada kau menjerit kesakitan karena dibanting olehnya," kata Suno. "Sekali lagi selamat atas hubungan kalian berdua kak, aku harap kalian bersama hingga menua."
"Terima kasih, Suno. Maaf, kami sudah membuat kalian kecewa," ucap Shina merasa bersalah.
"Tidak apa, kami bisa mengerti alasan kalian merahasiakannya." Suno tersenyum manis pada Shina, meski usianya lebih muda tapi pikiran Suno sangat dewasa. Suno tersenyum nakal pada Sean yang asyik melahap kue ulang tahunnya."Kak Sean, kau tidak akan marah, kan jika kami memeluk Kak Shina didepan publik?"
"Tentu saja tidak! Aku hanya akan mematahkan tanganmu saja," ucap Sean pelan. Suno menelan salivanya mendengar jawaban Sean. "Selama ini aku membiarkan kalian karena kalian tidak tahu apapun, beda cerita jika kalian sudah tahu tapi masih memeluk kekasihku dengan bebas."
"Cih. Kak Shina bukan milikmu meskipun kau kekasihnya," sarkas Yohan sedikit kesal. "Sebaiknya kita kembali ke kamar masing-masing, sebelum Kak Jack datang dan membuat keributan."
"Tidak mau! Aku tidak yakin Kak Sean membiarkan Kak Shina istirahat," Leon menolak keras untuk kembali kekamarnya. "Bagaimana jika Kak Sean menyerang Kak Shina ditempat tidur?"
"Mereka sudah melakukannya jika kau lupa. Kau tidak ingat pemandangan erotis saat kita masuk kemari?" Suno menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Leon. Pria muda ini meski sudah dewasa, tingkahnya masih seperti anak kecil. Mereka bergegas meninggalkan kamar Sean, melihat Leon yang tidak bergeming sama sekali membuat Suno berdecak kesal dan menyeretnya secara paksa. "Jangan keras kepala, kau harus kembali kekamarmu. Biarkan mereka menghabiskan malam bersama."
"Cih. Memangnya aku sudih membiarkan pria tua itu bersama Kak Shina? Yak! Kak Sean berhati-hatilah, awas saja kalau kau sampai membuat Kak Shina kesakitan." Sean memutar bola matanya malas, sedangkan Shina hanya tertawa kikuk kerana malu. Melihat Leon yang hendak membuka mulutnya kembali, buru-buru Suno membekap mulut Leon dan menyeret Leon dengan brutal. "Yak! Pelan-pelan sialan, kau ingin mematahkan tanganku hah?"
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!