webnovel

Indigo Love Story

Ana adalah gadis yang bisa melihat hal gaib dan dia patut bersyukur berkat kemampuannya itu, dia menemukan seseorang yang sangat di cintainya. Pernah diterbitkan di Wattpad

Ayi_Lee · Teen
Not enough ratings
8 Chs

Indigo Love story Part 1

Ana Pov

Hai, Namaku Ana, lengkapnya Ana Lestari. Aku berasal dari kota Sukabumi, Jawa Barat. Aku lahir tanggal 11 Desember 1997, aku memiliki kemampuan khusus, yaitu melihat hantu. Atau orang sering menyebutnya dengan sebutan Indigo. Aku adalah anak ke tiga dari lima bersaudara. Satu kakakku adalah perempuan bernama Luna, Kakak keduaku laki-laki bernama Reza dan dua adikku adalah perempuan, bernama Arumi dan Anisa. Aku juga sangat dekat dengan adik sepupuku yang bernama Fitria, usia kami terpaut hanya satu tahun beberapa bulan.

Suatu hari, aku harus melanjutkan sekolahku ke Jakarta karena aku dibawa oleh kakak perempuanku yang baru saja pindah kesana. Dia telah menikah dengan laki-laki yang tinggal di kota itu, Jakarta. Karena suaminya yang selalu bekerja keluar kota, akhirnya dia memutuskan untuk mengajakku tinggal bersama agar dia tidak kesepian. Kini, aku tengah bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta. Yang akan menemani kak Luna adalah aku dan Fitria.

"Ana, jangan lupa setelah sampai sana kabarin Mama" titah Mamaku. Aku yang masih sibuk mengikat rambutku hanya menjawab dengan suara keras "IYA MA" jawabku. Dirasa sudah pas, aku segera keluar dari kamar sambil menenteng tasku keluar dari kamar. Berpamitan pada Mamaku dan kedua adikku, aku pun masuk ke mobil untuk berangkat ke Jakarta bersama Kakak dan sepupuku. Selama di perjalanan aku hanya menatap keluar kaca mobil sambil mendengarkan lagu-lagu yang terputar di handphoneku.

Beberapa jam kemudian, akhirnya kami pun sampai di rumah kak Luna. Kak Luna langsung menyuruh kami untuk memasuki rumahnya sambil menenteng tas masing-masing. Rumah itu cukup luas, dan sedikit menakutkan untuk dihuni oleh satu orang penakut seperti kakakku. Pantas saja kakakku takut tinggal di rumah ini sendirian. Mataku langsung melihat seorang wanita berbaju putih di penjuru rumah sambil menatapku benci.

'Dia kenapa sih, menatapku seperti itu. mengerikan!' keluhku dalam hati. Kakakku tidak bisa melihatnya, hanya aku dan Fitria yang bisa melihatnya karena kami seorang indigo. "Karena rumahnya hanya ada dua kamar. Jadi, kalian satu kamar berdua yaaa.. dan kamar kalian ada di lantai atas" jelas kakakku, Aku menganggukkan kepalaku lalu mengajak Fitria untuk ke kamar kami. Fitria langsung mengikutiku yang mulai berjalan kearah kamar kami. Kami juga harus melewati tangga yang dekat dengan wanita yang sedang menatap benci kearah kami sedari tadi. Karena sifat Fitria yang terbilang masih polos atau bisa juga di bilang usil. Dia menyapa wanita itu dengan senyum khasnya.

"Hai tante, Jangan berdiri disana. Kau bisa saja menghalangi jalan tikus tau!" ucapnya dengan nada yang sedikit mengejek. Tentu saja ucapannya itu membuat si hantu mendelik kearah kami. Aku hanya tersenyum malu melihat kelakuan Fitria "aish.. kamu jangan usil deh Fit!" ucapku yang mencoba mengingatkannya, masalahnya yang dia ejek itu bukan manusia. Fitria hanya menganggukkan kepalanya "Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi" sahutnya. Kami pun melanjutkan langkah kami ke kamar.

Setelah sampai disana, Aku membuka kamarnya dengan pelan. Suara pintu yang berdecit membuat kamar ini terasa seperti kamar yang sudah lama ditinggalkan. Saat kami melihat isi kamar, mata kami terbelalak karena kagum melihat isi kamar yang begitu rapi dan bersih.

"Kak, kau terlalu memperalay saat membuka pintu. Lama tau!" protes Fitria, dia menerobos masuk kamar lalu menidurkan tubuhnya diatas kasur. Aku pun melakukan hal yang sama karena tubuhku juga merasa sangat lelah. Kasur kami terpisah, kasur kami terpisah oleh sebuah jendela.

Aku melihat langit-langit kamarku "kau tau, aku sangat sulit beradaptasi" ucapku mencoba memecah keheningan diantara kami. "Kakak pikir hanya kakak yang sangat sulit beradaptasi, aku juga sama!" pekiknya, aku membelakangi tubuhnya sambil memeluk gulingku "aish.. terus besok kita harus bagaimana? Manalagi, aku bukan anak pintar yang bisa menyusul pelajaran dengan cepat" keluhku.

Kudengar suara dengkuran dari sampingku, aku menoleh untuk melihat Fitria "Aish! Dia malah tidur" ucapku kesal. Aku melempar gulingku tepat diwajahnya, dia hanya meringis. Tapi, tidak membuka matanya dan melanjutkan aktifitasnya yaitu tidur. Karena bosan, aku keluar dari kamar dan berkeliling rumah. Saat aku akan membuka pintu utama kakakku Luna memanggil namaku.

"Ana, kamu mau kemana?" tanyanya. Aku menatapnya "aku mau jalan-jalan sekitar komplek kak, hanya sebentar" ucapku meminta izin padanya. Kakakku mengangguk tanda bahwa dia mengizinkanku untuk berkeliling komplek. Aku keluar dari rumah dan berjalan disepanjang trotoar jalan komplek ini. Kulihat banyak anak-anak dan ibu-ibu yang masih berlalu lalang disekitar sini 'sepertinya aku akan nyaman berada disini' pikirku.

Langkahku terhenti saat melihat seseorang yang membuat mataku terpaku sesaat padanya. Dia sedang mengayuh sepedanya dipinggir trotoar yang sedang aku tapaki. Dia memakai earphone putih ditelinganya, tak lupa seragam SMA yang ia pakai, sepertinya dia baru pulang dari sekolahnya. Wajahnya terkesan sangat dingin dan berkarisma, astaga wajahnya mirip idol korea kesukaanku, Taehyung BTS dan Baekhyun EXO. Tampan sekali.

Saat kami berpapasan dia menatapku sangat datar. Menyadari aku ditatap olehnya, aku segera memalingkan wajahku lalu melanjutkan langkahku, berpura-pura tidak terlihat gugup olehnya. Tidak lama, aku mendengar suara decitan yang timbul dari ban sepedanya. 'Apakah dia berhenti?' tanyaku dalam hati. Rasa penasaran menguasai tubuhku, aku kembali menoleh untuk melihatnya. Bahkan, bukan hanya menoleh, kini tubuhku berbalik untuk melihatnya. Dan benar saja dia behenti dan menoleh kearahku, dia memandangku dengan tatapan yang sangat datar dan terkesan tidak peduli, matanya sangat tajam dan dingin saat menatapku. Jarak kami hanya terpaut dua atau tiga meteran.

Dua menit kami saling memandang satu sama lain, dan pada akhirnya dia melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya mungkin. Aku menarik nafasku panjang "Woah.. dia benar-benar menghipnotisku" desirku saat melihat dia yang mulai menjauh dari tempatku berdiri. "Kira-kira namanya siapa ya?" tanyaku entah pada siapa. Aku berjalan memutar arah untuk kembali ke rumah. Sesekali, aku menengok kebelakangku dan berharap aku bisa bertemu lagi dengan pemuda itu. Aku memukul kepalaku pelan "bodoh, mana mungkin dia kembali padamu lalu mengajakmu berkenalan!" ucapku yang ditunjukan pada diriku sendiri.

Author Pov

Tanpa disadari Ana, pemuda itu kembali menoleh untuk melihat punggung Ana yang mulai menjauh 'dia siapa, kenapa aku baru melihatnya. Tapi, wajahnya tidak asing dimataku?' tanyanya dalam hati. Laki-laki yang bernama Kevin itu kembali melanjutkan mengayuh sepedanya.

***

Fitria duduk diatas kasurnya, sesekali dia merapihkan buku yang disusunnya diatas kasur. Ana sudah sampai rumah, dia langsung menuju kamarnya. Pintu kamar terbuka dan menampilkan sesosok gadis tinggi. Fitria menatap Ana yang masuk ke dalam kamar "kak dari mana saja?" tanyanya. Ana menidurkan tubuhnya diatas kasur "aku habis berkeliling komplek" sahutnya. Bibir Fitria membentuk huruf O mendengar itu "aku mengantuk, aku mau tidur!" ucap Ana sambil menarik selimut keatas tubuhnya.

Kegiatannya terhenti saat selimutnya ditarik oleh Fitria "cih.. Enak saja, Kakak harus bereskan sisanya. Aku saja tadi tidak jadi tidur karena gadis itu [Fitria menunjuk sesosok gadis kecil dikamar kami] dia membuat kamar ini berantakan" keluhnya. Ana menatap tajam kearah gadis kecil itu.

"Hei! Kau kesini!" ucapnya dengan nada yang menyeramkan. Hantu gadis kecil seperti ketakutan lantas menghilang dari ruangan ini "HEI!" teriak Ana lalu beranjak dari kasurnya untuk mencari hantu itu diseluruh penjuru ruangan. Fitria meremas rambutnya dengan kasar "aish.. kenapa kak Ana malah mengejar mahluk itu sih!" pekiknya kesal. Fitria kembali membereskan bukunya dengan cepat keatas meja.

Ana berlari menuruni anak tangga sambil mengejar gadis kecil itu "HEI KAU KEMBALI ANAK NAKAL!" ucap Ana dengan nada yang sama. Hantu itu lari kearah pintu utama dan Ana berlari kesana. Ana membuka pintu dengan cepat dan.. BRUG..

Ana menabrak tubuh tinggi di depannya "aduh pantatku!" keluh Ana sambil mengusap-ngusap pantatnya. Seseorang mengulurkan tangannya di hadapan Ana, dengan cepat Ana menggapainya lalu berdiri karena tarikan orang itu. "Terimakasih" jawab Ana lalu menatap orang yang telah membantunya itu. Matanya terbelalak saat melihat ekspresi datar dari pemuda yang tadi ia lihat.

"Eh.. kau.." tunjuk Ana pada pemuda itu. Pemuda itu menaikkan satu alisnya "ehm kak Luna nya ada?" tanya pemuda itu. Ana menutup bibirnya tak percaya 'apakah laki-laki ini suka pada kakakku?' tanya Ana tak percaya. Beberapa kali, Ana menggelengkan kepalanya "tak ada ya?" tanya pemuda itu lalu memutar arah untuk pergi "eh.. tunggu!" panggil Ana. Pemuda itu kembali menoleh "kakakku ada, sebentar aku panggilkan!" ucap Ana lalu masuk ke dalam rumah untuk menemui kakaknya. Pemuda itu berdiri di depan pintu utama, sesekali dia melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Kak ada laki-laki tampan yang cari kakak!" seru Ana, Luna menghentikan aktifitas memasaknya "tampan? Heh.. di komplek ini mana ada yang tampan?" ucapnya lalu melepaskan clemek yang di pakainya. "Aku tidak bohong, dia sangat tampan mirip member boyband korea!" pekik Ana senang. Kakaknya tertawa lalu mengacak rambut Ana "dasar kpopers jomblo!" ucap Luna lalu berjalan ke pintu utama untuk melihat 'Laki-laki tampan menurut Ana'. Ana memonyongkan bibirnya "apa kaitannya dengan jomblo sih!" dengus Ana.

"Siapa ya?" tanya Luna ramah. Ana dan Fitria (yang baru saja datang ke lantai bawah) mulai mengintip di balik jendela "dia siapa, wajahnya tampan sekali!" ucap Fitria, Ana menggeleng "aku tidak tau, yang pasti dia jadi gebetanku!" serunya senang. Fitria mengerucutkan bibirnya "tidak adil ah!" ujarnya kesal. Luna tersenyum "oh Kevin, ada apa kemari, tumben!" ucap Luna ramah. Kevin tersenyum "ini, langsung ke intinya aja ya kak. Mamah mau ngadain selametan rumah, Kevin disuruh Mamah buat ngajak kak Luna makan disana. Ada pesta barbeque juga" ucap Kevin ramah.

"Datang datang datang.." seru Ana dan Fitria bersamaan di balik jendela.

Luna melipat keningnya, sesekali dia mengetukan jari telunjuknya di dagu "aduh maaf ya Vin, Kakak gak bisa datang. Adik perempuan kakak dan Sepupu kakak datang ke rumah. Kakak juga mau belanja baju seragam sekolah buat mereka. Waktunya mepet banget kalau kakak ikut keacara itu. Maaf ya" ucap Luna sendu. Kevin menganggukkan kepalanya "oh gitu ya kak. Iya gak apa-apa kok" ucapnya. Luna menepuk pundak Kevin "bilangin ke Mamah, Kakak minta maaf karena gak bisa dateng. Kakak doa aja ya di rumah" ucapnya. Kevin kembali menganggukkan kepalanya "iya Kak, nanti aku sampain ke Mamah" ucapnya.

Ana dan Fitria cemberut karena tidak bisa makan daging barbeque secara gratis. Luna masuk ke rumah, dia terkejut mendapati adik dan adik sepupunya bersembunyi di balik pintu "Hei, kalian ngapain disitu, bikin kaget tau!" sahut Luna. Ana dan Fitria tidak menjawab, mereka malah pergi berjalan ke kamar mereka dengan lesu. "Mereka kenapa sih?" ucap Luna sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

***

Hari pertama sekolah tiba, Ana dan Fitria masuk ke SMA 11 Jakarta. Ana masuk ke kelas XI A dan Fitria masuk ke Kelas X A. Ana dan Fitria menunggu di ruang guru "kamu degdeg-an gak?"tanya Ana, Fitria menggelengkan kepalanya "tidak, biasa saja tuh!" ucapnya.

Ana Pov

"Ana, ayo masuk ke kelasmu. Ketua kelasnya sudah datang untuk mengantarmu" ucap kepala sekolahku yang baru, Bu Rahma.

"Ah iya Bu" ucapku gugup.

Aku keluar dari ruang guru, seseorang menungguku di luar. Dia seorang laki-laki, posisinya membelakangiku. "Permisi, apakah kau ketua kelas XI A?" tanyaku ramah. Dia menoleh dan untuk kesekian kalinya mataku terbelalak melihatnya. Dia mengangkat satu alisnya "kau ikuti aku!" ucapnya dingin. 'Aish.. dia tidak seramah kemarin' pikirku. Dia mulai berjalan mendahuluiku dan aku mengikutinya "kalau boleh tau, sekarang pelajaran apa?" tanyaku mencoba ramah padanya. Dia hanya diam tidak menjawab, aku mengerucutkan bibirku lalu berjalan lebih pelan. 'Dia tidak mengasikkan' batinku.

Aku menundukkan kepalaku saat berjalan di belakangnya. Aku terus berjalan hingga menabrak sesuatu "aduh!" ucapku lalu menggosok keningku. "Bisa tidak kau hati-hati, dari kemarin kau selalu saja menabrakku" ucapnya dingin. 'APA?!' lagi-lagi aku menabrak dada bidangnya.

"Suruh siapa kau selalu ada di depanku, menghalangiku saja" ucapku kesal. Dia hanya menunjukkan ekspresi datarnya padaku.

"Menyebalkan!" keluhku.

"Masuklah, ini kelas XI A" titahnya, aku melihat papan diatas kelas 'XI A'. Aku mengetuk pintunya. Seseorang mempersilahkan kami masuk "halo, selamat pagi Pak" ucapku pada Pak Guru yang membukakan pintu. Pak Guru tersenyum "dia murid baru Pak" ucap laki-laki itu. "Ah.. begitu, Ayo masuk sekalian perkenalkan dirimu di depan kelas" ucap Pak Guru itu. Aku menelan air ludahku lalu mengerucutkan bibirku 'aduh aku sangat gugup'. Pak Guru masuk dan laki-laki itu mengikutinya, aku menarik nafasku panjang "huft.. ayo Ana semangat!" ucapku. Aku masuk ke kelas itu, semua mata tertuju padaku. Laki-laki itu kembali ke tempat duduknya "Ayo perkenalkan dirimu" titah Pak Guru. Aku menganggukkan kepalaku lalu memperkenalkan diriku dengan gugup.

Setelah memperkenalkan diriku, guru langsung menyuruhku untuk duduk. "Kamu duduk di kursi yang kosong" ucap Pak Guru. Aku menganggukkan kepalaku lalu mencari tempat duduk yang kosong, tidak ada. "Maaf pak, tapi tidak ada yang kosong" ucapku, semua murid menatap aneh ke arahku termasuk laki-laki itu. "Tidak ada yang kosong?" ucap Pak Guru mengulang perkataanku. Aku menganggukkan kepala "hum tidak ada yang kosong, semuanya terisi" ucapku lantang.

Murid perempuan yang duduk di belakang menjerit, aku kebingungan karena itu "mana mungkin itu terisi, empat kursi dibelakang semuanya kosong!" teriak seseorang di depanku. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal lalu membungkuk "maaf, aku punya kelainan pada kornea mataku. Mungkin aku berhalusinasi, disitu memang kosong!" ucapku, mencoba mengembalikkan suasana yang tegang. Aku berjalan cepat ke arah kursi yang menurut mereka kosong. Mereka menatapku takut, aku hanya terkekeh sambil mendorong hantu wanita itu dari kursi yang ingin aku duduki "hehe ternyata kosong" ucapku.

Mereka mengangguk kaku "aku hanya bercanda tadi" ucapku "supaya berkesan" tambahku, mereka menganggukkan kepalanya lalu kembali duduk ditempat mereka masing-masing. Hantu yang ku dorong sekarang sedang menatap tajam padaku "pergi atau kau akan kuhantui sampai mati" ancam sang hantu. "pergi atau kau mati dua kali di tanganku!" ucapku sambil melotot kearah hantu itu. Hantu itu menuruti perkataanku. "dia menyebalkan!" ucapku pelan lalu mengeluarkan buku untuk mengikuti pelajaran yang berlangsung.

***

Jam istirahat tiba. Semua orang mengerubuniku "kau tadi hanya bercandakan?" kata seseorang yang rambutnya diikat seperti ekor kuda. "Kau bukan anak Indigo kan?" tanya seseorang yang memakai kacamata. Aku tersenyum menanggapi itu 'Mampus!'.

"Tentu saja bukan, aku tadi benar-benar bercanda. Agar aku cepat akrab dengan kalian semua" ucapku berbohong. 'Ampuni aku Tuhan' ucapku dalam hati. Mereka menarik nafas lega "ah begitu, baiklah. Namaku Rena" ucap wanita yang rambutnya diikat seperti ekor kuda. Aku menganggukkan kepalaku "hai Rena" ucapku ramah. "Namaku Novia" ucap si wanita berkacamata. Dan seterusnya, mereka berkenalan denganku. Hanya satu orang, dia laki-laki tampan satu-satunya di kelas ini.

Aku mencari-cari dimana keberadaannya "kau mencari siapa?" tanya Citra, teman yang duduk di depanku dan wanita yang menjerit tadi. Aku tersenyum lalu menggelengkan kepalaku "aku tidak cari siapa-siapa kok" ucapku sambil tersenyum. Citra memberikan sebuah smirk padaku "kau mencari Kevin kan?" tanyanya, dengan cepat aku menggeleng. "Kevin, siapa itu?" tanyaku, Citra membalikkan tubuhnya padaku "dia Ketua kelas disini, cowok yang nganter kamu tadi" ucap Citra, aku menganggukkan kepalaku padanya "oh dia Kevin" ucapku dan Citra menganggukkan kepalanya.

"Tapi, kau harus menjauhinya" ucapnya, aku mengernyitkan dahiku "kenapa?" tanyaku, "Katanya dia sudah punya pacar dan dia adalah wanita itu (Citra menunjuk kearah Rena). Rena itu orangnya galak tapi dia di juluki paling cantik di kelas. Tapi, menurutku udah gak cantik deh" ujarnya. Aku mengangkat satu alisku "kenapa bisa begitu?" tanyaku penasaran "perlu ku akui kalau sekarang kamu yang paling cantik diantara semua cewe disini" ucapnya yang membuat pipiku bersemu merah.

"Ish.. kamu bisa aja" ucapku sambil memukul lengannya pelan. "Ih sakit tau" ucap Citra, aku meminta maaf sambil memperlihatkan cengiran khasku.

'Ternyata tidak susah juga beradaptasi dengan mereka'.

Aku berdiri dari tempat dudukku "kau mau kemana?" tanya Citra. "Aku mau keliling sekolah" jawabku, Citra menganggukkan kepalanya. "eh kalau tersesat kembali ke kelas gimana?" tanya Citra khawatir. "Aku punya mulut untuk bertanya" ucapku, Citra menganggukkan kepalanya "kau benar juga" sahutnya. "Aku pergi dulu ya, Jangan kangen!"

"Idih.. siapa juga yang kangen sama mahluk aneh kayak kamu" ucapnya sewot. Aku hanya tersenyum menanggapi itu lalu berjalan keluar dari kelas.

"Ke kanan apa ke kiri ya?" tanyaku saat ingin menentukan arah mana yang akan menjadi adventur untukku. "Kanan saja lah" ucapku lalu berjalan menyusuri lorong kanan. Lorong ini cukup ramai karena banyaknya siswa yang nongkrong di depan kelas mereka. Tapi. aku tidak peduli dengan mereka dan lebih asik mengingat ruangan-ruangan yang ada di samping kananku. Aku terus berjalan "ini ruangan apa, kok gak ada papan namanya?" ucapku bingung. Aku mengintip ke jendela yang tirainya sedikit terbuka. Aku terkejut sambil memundurkan tubuhku "AAAA!" teriakku. Bagaimana tidak terkejut, saat aku mengintip... yang aku intip malah balik mengintipku. Manalagi mukanya ancur banget.

Alhasil karena mundur, aku jatuh dan lagi-lagi pantatku yang jadi korban "aish.. sial banget sih hari ini!" ucapku kesal sambil mencoba untuk berdiri. Aku juga membersihkan sedikit kotoran yang menempel di rok ku.

"HEI!" ucapku kesal saat hantu itu masih dalam posisi yang sama. "Gara-gara kamu, pantatku sakit nih!" protesku sambil menunjuk-nunjuk wajahnya. Hantu itu masih mengintip di balik jendela, yang memperlihatkan matanya dan wajahnya yang rusak. "Kamu lagi ngapain disini?" tanya seseorang yang baru saja muncul dari ruangan sebelahnya. Aku menoleh untuk melihatnya "bukan urusanmu!" ucapku kesal. Dia mengangkat satu alisnya "bukan urusanmu, katamu! Hei, ini jadi urusanku karena kau berisik saat rapat osis berlangsung" ucapnya dingin.

"Rapat osis?" ucapku mengulang kata-katanya. Dia menganggukkan kepalanya "ada apa sih Vin, kok ribut-ribut… eh Ana ada apa?" tanya Rena. Aku menggaruk leher belakangku yang tidak gatal. Aku menoleh sebentar ke hantu itu. Dia sedang mentertawakanku 'Mampus Lu!!!' ucapnya.

'Aish dia membuatku sangat kesal. Dasar hantu sialan' .

"Ana, kau tidak apa-apa kan?" tanya Rena sambil memegang pundakku. Aku menatapnya lagi "aku baik-baik saja, maaf mengganggu rapat osis. Aku sedang…sedang belajar Akting! Seperti gangster HEI begitu" ucapku berbohong. Rena terkekeh melihat tingkah konyolku, aku juga sempat menatap Kevin yang tidak merubah ekspresinya. "oh begitu, tapi jangan disini. Ini ruang rapat osis" saran Rena, aku mengangguk lalu membungkukkan badan lebih rendah "maafkan aku, kalau begitu aku permisi" ucapku lalu pergi meninggalkan mereka.

Setelah jauh dari mereka, aku menghela nafasku kasar "aish hantu sialan, akan ku balas kau nanti. Lihat saja!" ucapku, aku menengok kanan dan kiri "ini dimana? Kok. cuma rerumputan doang? Taman kah?" tanyaku, aku menoleh kearah belakang, gedung sekolah. "oh iya, kan aku lari ke belakang sekolah. Pantas saja, hanya ada pepohonan" ucapku. Mataku terhenti di dua pohon yang sangat besar. Aku berjalan kesana karena penasaran 'pasti penunggunya sangat banyak' pikirku. Aku datang dan mendapati barisan para hantu di balik pohon. Semua menatap kearahku "hai~" sapaku mencoba untuk ramah. Mereka tersenyum padaku dan aku membalasnya 'untung semua hantu disini emak-emak' pikirku.

Aku mendekat kearah mereka "Nek, ini mau apaan sih. Kok berbaris seperti ini?" tanyaku pada kuntilanak tua. "ini lagi pada mau senam" ujarnya. Aku tertawa sekeras-kerasnya mendengar itu "benarkah, hantu juga senam?" tanyaku mencoba mengejeknya. "Tentu saja, kami disini sangat terkenal karena bisa senam dulu" ucap sang Nenek bangga. Aku tersenyum "kalau begitu ajarkan aku" ucapku dan Nenek itu menganggukkan kepalanya. Nenek itu berjalan ke depan dan melayang "nek kenapa melayang?" tanyaku. "Kau ikut berbaris, aku akan menjadi pembimbing senamnya" ucapnya, aku kembali tersenyum lalu ikut berbaris.

Aku ditengah-tengah para hantu sekarang, disamping kananku ada kakek pocong, disamping kiriku ada wewe gombel, didepanku ada hantu merah dan dibelakangku ada Nenek kuntilanak. "Mulai! 1 2 3" kata si Nenek tadi. Aku mulai mengikuti gerakan-gerakkan mereka. Aku melihat kearah kakek pocong, aku iba padanya 'dia tak bisa mengikuti gerakannya' pikirku.

Kevin Pov

Aku bosan dengan rapat ini, mereka menjelaskan pekerjaan mereka masing-masing. Merasa lelah, aku mendekati jendela belakang kelas sambil mendengarkan ocehan mereka. Aku membuka tirai jendela itu sedikit, mataku terhenti disatu titik 'Ana, siswi baru' kenapa dia melakukan gerakan-gerakan aneh di belakang dua pohon besar itu. Aku terus memperhatikannya, aku tersenyum dan menahan tawaku saat melihat tingkah konyolnya. "Dia sedang senam kan?" ucapku pelan.

Seseorang menyentuh pundakku, dengan cepat aku menoleh "Rena, ada apa?" tanyaku sedatar mungkin. "Rapat telah selesai dan dari tadi kau hanya fokus melihat jendela. Sebenarnya, apa sih yang kau lihat?" tanya Rena sambil menyingkap tirai yang aku pegang. Aku mendengus "kau hanya melihat pohon itu?" tanya Rena kesal. Aku melihat kesana, Ana sudah tidak ada di tempatnya. Aku kembali menatap Rena "ah aku hanya melihat pohon tua itu" ucapku lalu pergi meninggalkannya di ruang itu sendirian.

Ana Pov

Setelah melakukan senam, aku duduk di belakang pohon itu bersama para hantu itu "senam kami hebat kan?" tanya Nenek yang tadi, aku menganggukkan kepalaku dengan semangat "sangat hebat!" ucapku riang. "Goyanganku hot kan?" tanya kakek pocong yang berdiri disampingku, aku menahan tawaku "lebih hebat dari goyangannya bak inul" seruku. Semua hantu dan aku tertawa terbahak-bahak. Aku melihat kearah jam tanganku "maaf Nek, Kek, Tante, Om, aku pamit. Kelasku sebentar lagi masuk" pamitku pada mereka. Mereka memasang wajah yang sendu "aku janji besok akan senam lagi disini, dadah" ucapku lalu pergi meninggalkan mereka.'Hari yang menyenangkan' pikirku.

Aku berlari dari belakang sekolah menuju kelasku. "ANA!" teriak seseorang memanggil namaku dari arah belakang. Dengan cepat aku menoleh untuk melihatnya. "Iya, ada apa ya Rena?" tanyaku padanya. Dia tersenyum lalu berjalan cepat kearahku. "Bagaimana jika kita ke kelas bersama?" ajaknya ramah. Aku melihat penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. 'Kurasa dia berjalan sangat lambat' pikirku, aku melihat jam yang melingkar ditanganku.

'5 menit lagi, bel masuk' pekikku. "Maaf, tapi aku sedang buru-buru dan ada sesuatu yang sangat mendesak..."ucapanku terhenti sesaat saat melihat Kevin berjalan kearah kami sambil membaca sebuah buku. Aku menunjuk Kevin "kau jalan bersama saja dengannya, dah!" ucapku sambil berlari meninggalkannya. Rena mengikuti saranku, terbukti dia menunggu Kevin. Aku bukan gadis bodoh. Aku tau, mengapa Rena ingin pergi ke kelas bersamaku padahal dia sudah tau bahwa waktu untuk kembali ke kelas hanya tinggal lima menit lagi. Dia ingin mengerjaiku, aku pasti di hukum masuk kelas karena terlambat datang. Dia kan osis, kemungkinan dia tidak akan di hukum oleh guru, munafik.

Aku sampai di kelas tepat waktu. Citra tersenyum dan aku membalas senyumannya. Aku kembali duduk di kursiku lalu menangkupkannya diatas meja. Citra membalikkan tubuhnya menghadap ke tubuhku. "Hei, kau kenapa?" tanyanya, aku mengangkat kepalaku sedikit. "Aku hanya lelah" ucapku lalu menangkupkan wajahku lagi. Lama tidak mendengar suara murid yang lain, aku mengangkat kepalaku. Betapa terkejut nya aku saat melihat Kevin berdiri di samping mejaku sambil menyodorkan beberapa buku tulis.

Aku melihat murid-murid yang lain yang juga memperhatikanku "ada apa?" tanyaku padanya. Kevin menyimpan setumpukan buku itu di hadapanku. "Aku meminjamkannya, kembalikan besok" ucapnya lalu berjalan ke kursinya dan duduk sambil memasang earphone ditelinganya. 'Dia kenapa sih, aneh' pikirku. Citra menoleh lagi padaku "apa?" tanyaku, dia mendekatkan wajahnya padaku lalu berbisik "kau akan dibenci oleh fansnya Kevin" ucapnya. Aku mengernyitkan dahiku tanda tidak mengerti "maksudmu?"

"Karena kau mendapat perhatian lebih darinya!" sahut Citra yang masih berbisik.

"Eh.. Mana mungkin seperti itu!" sahutku. Aku melihat siswi yang lain, mereka menatap benci kearahku. Aku kembali menatap Citra "mereka akan memukulimu!" ucapnya pelan. Aku tersenyum "aku balas saja mereka, toh aku sudah sabuk hitam karate" ucapku dengan nada yang keras. Mereka mendengar apa yang aku ucapkan. Lalu menatap takut padaku.

Seseorang masuk ke dalam kelas, dia adalah Rena. Rena berjalan ke depan meja Kevin lalu mencabut earphone yang terpasang di kupingnya. Ekspresi Rena terlihat sangat marah "jadi kau memutuskanku demi wanita itu hah?" teriaknya sambil menunjukku. Mataku terbelalak kaget mendengar itu. Semua siswi saling berbisik yang ku yakini membicarakan aku sebagai 'perusak hubungan orang'. Kevin hanya duduk santai sambil menatap Rena. "Kau tak malu?" tanyanya dengan nada yang sangat dingin.

Rena terdiam "sejak kapan kita ada hubungan?" ucap Kevin sambil menselonjorkan kakinya ke depan. Kevin juga memasukan tangannya ke dalam saku celana "kau yang selalu mengikutiku. Agar semua orang bergosip bahwa kita memiliki hubungan, iya kan?" tanyanya. Kevin berdiri dari tempat duduknya, dia menepuk pundak Rena lalu berbisik padanya "bukankah aku sudah lama menolakmu?" bisik Kevin yang masih terdengar oleh telingaku.

Kevin berjalan kearahku, aku menatapnya "Pak Sebastian tidak akan hadir dan untuk anak yang belum menyelesaikan tugas minggu lalu segera kerjakan. Akan ku kumpulkan nanti, dan kau anak baru" ucapnya dingin sambil menunjukku. "Bawa bukumu, kau harus mencatat dari awal pelajaran Fisika yang sudah lama tertinggal dan kau ada di bawah pengawasanku. Ikut aku!" titahnya. Aku menelan air ludahku lalu mengambil buku Fisika ku "aish pasti tanganku akan pegal" keluhku lalu mengikutinya keluar kelas.

Aku terus mengikutinya, kami jalan ke lorong sebelah kiri. "Kita mau kemana?" tanyaku, dia hanya diam sambil melangkahkan kakinya. "Hei, jika ada orang yang bertanya maka.." ucapanku terhenti saat aku kembali manabrak dada bidangnya. "Hei, jika kau mau berhenti bilang dong!" protesku sambil melotot padanya. Dia mendekatkan wajahnya padaku, tentu saja aku memundurkan wajahku. "Kau mau apa?" tanyaku gugup. Dia menghela nafasnya "kita mau ke perpustakaan puas?" tanyanya. Mataku berkedip seperti orang bodoh. Dia kembali melanjutkan langkahnya. 'Ish.. Menyebalkan!' keluhku.

***