webnovel

In Your Hand

"Jadi," Adam kembali menatap Akari. "Kau ingin kencan kemana My Lady? Aku akan membawamu kemana pun kau memintaku." "Pergilah mati ke neraka," jawab Akari cepat. Adam tertawa lebar mendengar jawaban Akari, "Ucapanmu semakin membuatku ingin memilikimu Akari," Akari melayangkan pandangan marah sebelum dia menutup mata untuk menenangkan diri. Beberapa kali menghela nafas panjang. Dia tidak boleh emosi karena itu hanya akan membuat Adam senang. Akari hanya ingin bebas. Sementara Adam hanya ingin mewujudkan janji mereka berdua saat kecil. Tapi takdir berkata lain ketika Akari memiliki kartu Joker.

hikarimai · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Joker

Akari mengambil kartu joker di atas tempat tidur dengan rasa takut sekaligus penasaran, kemana darah yang seharusnya berada di atas permukaan tersebut menghilang. Begitu jemari mungilnya menyentuh kartu tersebut, cahaya keemasan kembali bersinar dari kartu tersebut, muncul hologram berwujud joker kecil di atasnya. Mahluk kecil berpakaian sirkus warna emas dengan topi berjuntai tiga dengan kerincing, wajahnya tersenyum mengejek tapi ada semacam rahasia besar dibalik arti senyuman tersebut.

"Halo my lady, akhirnya kau berhasil mengaktifkan diriku" joker kecil menatap Akari dengan senyum dibuat-buat.

Akari menatap curiga, dia melirik ke kamera pengawas di sudut kamar, Eva tidak bereaksi? Aneh, "Siapa kau? Apa maumu?"

Joker tetap menyungingkan senyum, "Aku Joker, kau adalah masterku yang baru. Aku bisa mewujudkan keinginanmu atau memberikan dunia kepadamu. Tato di dadamu adalah bukti kau adalah masterku. Aku juga mendapatkan seluruh data tentangmu dari darah yang menetes. Tidak ada rahasia yang tidak aku ketahui tentangmu," dia menatap serius Akari, "Apakah kau siap menerima rahasiaku?"

Akari menatap curiga, "Kalau aku tidak mau? Apa kau akan membunuhku?"

Joker tertawa, "Sayangnya aku tidak bisa melakukan itu kepada masterku. Aku tidak akan memaksa jika masterku tidak ingin menerimanya. Aku ini pelayan setia, apa pun perintah master akan kulaksanakan, apa pun itu," dia tertanya menyeringai.

Aneh, Akari seperti merasa Joker mengatakan yang sebenarnya, apa sekarang dia bisa mendeteksi tingkat kejujuran seseorang?

"Kau adalah tuanku Akari, kau bisa tahu apakah aku berusaha mengkhianati atau berbohong kepadamu. Tapi aku tidak akan pernah bisa berbohong atau mengkhianatimu. Aku sudah diprogram agar setia dan jujur kepada pemilikku," Joker menjawab keraguan Akari.

Akari masih belum bisa percaya seratus persen tapi dia tahu Joker tidak berbohong, "Kalau begitu jawab pertanyaanku dengan jujur. Siapa dirimu? Kenapa kau bisa ada di kotak kaleng biskuitku? Kenapa Eva tidak bereaksi terhadapmu?"

"My Lady, mungkin semua pertanyaanmu tentang diriku akan lebih cepat terjawab jika kau mengijinkanku untuk berbagi rahasiaku, terlalu panjang jika aku harus menceritakannya kepadamu," usul Joker sopan. "Aku janji hal ini tidak akan menyakiti otakmu,"

Akari kembali menimbang di dalam hati, ada kemungkinan pemberian informasi tersebut akan berakibat kepada otaknya, pemaksaan memori mungkin akan membuat kinerja otaknya terganggu. Tapi, dia juga penasaran siapa sebenarnya Joker, dia selalu ingin tahu tentang perkembangan teknologi manusia, terutama dalam kemampuan otak manusia dalam berpikir dan berimajinasi. Tidak ada salahnya mencoba, dia sudah termakan umpan dari wujud hologram Joker dan tidak adanya reaksi dari Eva.

"Baiklah, aku mau," jawab Akari, "Apa yang harus aku lakukan?"

"Terima kasih My lady," Joker tersenyum senang, "Apa My Lady bisa melihat kalau permukaan kartu Joker ini tidak rata? Ada satu bagian tertentu yang lebih tinggi dari yang lain,"

"Hmmm..." Akari mengangkat kartu Joker tersebut dan mengamatinya dengan teliti, melihat dengan seksama kedua sisi kartu joker lalu merabanya secara perlahan. Kemudian dia menemukannya, meskipun perbedaannya tipis sekali, permukaan topi joker di tengah kartu terasa lebih tinggi daripada yang lainnya, "Sepertinya aku menemukannya. Lalu apa?"

"Bagus, sekarang tekan ke titik itu," perintah Joker. "Awalnya akan terasa sakit tapi jika kau membiarkan memori itu masuk, rasa sakit itu akan menghilang dengan sendirinya,"

Ragu-ragu Akari menekan gambar topi joker dengan jari telunjuk. Seperti yang dikatakan Joker, rasa sakit mulai merambat dari jari ke otak. Akari berusaha menenangkan diri dan membiarkan otaknya menerima apa pun yang akan masuk.

Memori-memori tersebut masuk seperti air mengalir, pelan dan konsisten memasuki setiap sisi ruang ingatan Akari. Dia kini paham, Joker adalah teknologi generasi Alpha, teknologi selama masa perang dunia ketiga terjadi 250 tahun yang lalu. Dia diciptakan bersama dengan beberapa kartu yang lain, satu deck kartu permainan, tersebar ke seluruh dunia. Joker adalah pemimpin kartu sementara masternya menginginkan World Domination. Mereka yang menyebabkan perang dunia ketiga terjadi. satu persatu pimpinan Negara diculik dan dibunuh, keluarga mereka dibantai. Dalam masa kekosongan seluruh pemimpin Negara, sang master mengajukan usul dibentuknya World Government untuk mempersatukan seluruh dunia dan menjadikan dunia aman tanpa adanya perang. Sang Master akhirnya terpilih menjadi World Presiden pertama, Joker dan lima puluh dua deck kartu yang lain diperintahkan untuk dimusnahkan secara diam-diam.

Aliran memori akhirnya berhenti, Akari bisa merasakan keringat mengucur membasahi wajah dan tubuhnya, saat dia membuka mata, Joker tersenyum puas menatap dirinya.

"Terima kasih sudah menerimaku apa adanya My Lady," ucap Joker. "Apakah semua pertanyaanmu terjawab My Lady?"

"Belum semuanya," Akari mengakui. "Kau seharusnya sudah musnah, kenapa kau ada di kotak kaleng biskuitku? Kenapa kau bisa aktif? Siapa sebenarnya dirimu?"

"Ah iya, soal itu," Joker memasang wajah meminta maaf, "Professor Kai adalah orang yang genius dan cerdik. Dia menciptakan backup data dan program self-defense kepada kami sehingga kami tidak bisa dimusnahkan. Kalau kau ingin benar-benar memusnahkan kami, kau harus menghancurkan brain-chip kami."

"Dimana itu?" Akari semakin penasaran.

Dia pernah membaca sejarah tentang Professor Kai tapi tidak ada satu artikel pun yang menceritakan atau mengarah ke pembuatan deck card ini. Dari memori yang diberikan Joker kepadanya, dia menyadari bahwa kekuatan sebesar ini tidak seharusnya ada di dunia ini lagi. Ada alasan tertentu kenapa teknologi Alpha dimusnahkan meskipun Akari tidak begitu memahaminya. Tapi jika melihat dari apa yang sudah Joker lakukan, teknologi generasi Alpha sangatlah besar dan memberikan manusia jalan untuk mendapatkan kekuatan absolute, sangat berbahaya jika jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

"Sayang sekali kami tidak tahu itu," jelas Joker, "Tapi kami diberi petunjuk dimana tempat itu berada, setiap deck memiliki setiap potongan peta lokasinya," dia cepat-cepat menambahkan karena melihat wajah kecewa Akari.

"Jadi aku harus mengumpulkan seluruh deck kartu untuk bisa tahu dimana lokasi itu berada, kan?"

"Emmm... itu juga benar," Joker terlihat ragu, "Tapi sekarang bukan itu permasalahannya My Lady, posisiku sedikit berubah sekarang,"

"Apa maksudmu?" Akari memandang curiga. Sejauh yang dia tahu, Joker adalah kartu terkuat, dia bisa memberikan kemenangan dan kehancuran lawan dalam setiap permainan kartu, dia memiliki nilai terbesar dibandingkan kartu AS.

"Yah, dari data yang aku kumpulkan semenjak aku aktif tadi, kita berubah menjadi target para AS mencapai keinginan mereka, ada sistem baru yang aktif semenjak kartu pertama setelah pemusnahan diaktifkan oleh seseorang," jelas Joker. "Sepertinya aku adalah kartu terakhir yang aktif. Peraturan permainan telah berubah. Aku adalah kartu terkuat tapi jika saat permainan aku kalah, maka aku harus menuruti permintaan si pemenang. Lebih tepatnya jika kau kalah."

"Jadi, aku harus tetap menang jika aku ingin memiliki semua deck, begitu kan?" Akari memastikan. Dia meneliti raut wajah Joker, ada kesan tidak yakin. "Joker?"

"My Lady, aku sedang menganalisa sistem permainannya, aku memiliki akses ke semua deck card. Mohon tunggu sejenak, aku akan menampilkannya kepadamu secepatnya," pinta Joker. Dia terdiam tak bergerak, matanya menerawang tak fokus.

Akari ikut diam menatap Joker, setengah jam sudah berlalu dan mulai terasa bosan menunggu. Dia merebahkan diri ke tempat tidur, rasa kantuk sekarang benar-benar menyerang matanya.

"Lady... My lady... My lady..."

Akari membuka mata perlahan, dia benar-benar tertidur. Jam menunjukkan pukul empat pagi. "Maaf aku malah tertidur," ucapnya meminta maaf.

"Tidak apa-apa My Lady," ucap Joker, "Aku juga baru selesai menganalisis seluruh sistem permainannya,"

Akari mengucek mata, rasa kantuk masih bersarang di kedua matanya, "Aku butuh kafein, apa Eva akan menyadari keberadaanmu jika aku memanggilnya?"

"Eva adalah teknologi generasi Beta, dia hanya akan melihat kartu joker berwarna emas tergeletak di atas tempat tidur," jawab Joker.

"Eva!" panggil Akari, beberapa detik kemudian muncul hologram Eva di tengah ruangan.

"Selamat pagi Akari," sapa Eva. "Apa yang bisa kubantu pagi ini?"

"Aku butuh kopi susu," pinta Akari seraya menguap lebar. "Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan sebelum pergi nanti,"

"Baik, segera kubuatkan," sahut Eva, hologram dirinya memudar cepat. Beberapa menit kemudian dia sudah membuka pintu kamar seraya membawa nampan berisi mug kopi susu panas.

"Terima kasih," Akari mengambil mug tersebut dan hati-hati meminumnya. Tenggorokan dan perutnya terasa hangat. Mata kantuknya perlahan menghilang.

"Kau mau aku siapkan mandi berendam sekarang?" tanya Eva diambang pintu.

"Tidak, nanti saja," jawab Akari, dia melirik Joker. "Aku ingin tiduran lagi di kamar,"

"Baik," Eva segera keluar kamar, pintu tertutup secara otomatis.

Akari meletakkan mugnya di meja dekat tempat tidur, "Jadi, seperti apa sistemnya?"

Joker tersenyum, "Segera saya jelaskan My Lady,"

Sebuah layar hologram muncul di tengah-tengah Joker dan Akari. Layar tersebut terbagi dua bagian, bagian kanan berisi peraturan-peraturan permainan, bagian kiri berisi peraturan khusus untuk Joker, Akari membaca satu persatu dengan cermat.

Peraturan Deck Card Game :

1. Ace adalah raja

2. Ace berhak menantang Joker jika seluruh deck card terkumpul.

3. Ace berhak menantang Ace lain jika seluruh deck card terkumpul.

4. Para pemain dapat menantang pemain dengan nilai deck terendah.

5. Penantang tidak bisa menantang pemain dengan nilai deck lebih tinggi.

6. Jenis permainan ditentukan oleh pemain yang ditantang.

7. Permainan dilakukan tiga kali dengan pemenang ditentukan oleh dua kemenangan.

8. Bagi deck kartu yang sama, pemain yang kalah berubah status menjadi pengikut.

9. Bagi deck kartu yang berbeda, pemain yang kalah mendapat penalty menjadi servant sehari.

10. Pemenang boleh menentukkan hukuman bagi pemain yang kalah dengan deck kartu yang sama.

11. Pemain yang mati dianggap kalah dan kepemilikan kartu otomatis berpindah.

12. Pemain tidak diijinkan untuk berbohong atau kabur dari permainan begitu permainan dimulai.

13. Permainan tidak bisa dibatalkan hingga 3 set game berakhir.

Selesai membaca bagian kanan, Akari memindahkan matanya membaca bagian kiri layar,

Joker Rules :

1. Joker berhak menolak tantangan permainan dari raja

2. Joker bebas memilih raja untuk ditantang

3. Joker hanya bisa menerima tantangan permainan dari raja

4. Joker yang kalah dalam permainan melawan raja akan berada di bawah kekuasaan raja pemenang.

5. Joker dilarang menyerah dalam permainan

6. Joker dilarang menyebut aturan atau strategi permainan

7. Joker dapat mengaktifkan skill 'destruction' atau 'awaken'

Akari terlihat mengernyitkan wajah saat membaca 'Joker Rules' terakhir, dia menatap Joker, menuntut penjelasan.

Joker tersenyum, terkesan dibuat-buat untuk menutupi sesuatu, "Sudah jelas My Lady?" tanyanya polos.

Alis Akari menyatu karena rasa jengkel, "Apa maksudnya aku bisa mengaktifkan 'desctruction' dan 'awaken'? Apa itu artinya aku bisa menghancurkan atau membangkit dunia? Jelaskan padaku!"

Joker terkikik, "Kasarnya bisa dibilang seperti itu My Lady," dia menatap lurus ke mata Akari, senyumannya seperti menyiratkan bahwa dia masih menyimpan banyak rahasia yang belum dia ungkapkan ke Akari, "Bukankah My Lady sudah melihat semua memori yang aku bagikan?"

Mata Akari melotot, jelas sekali menunjukkan bahwa dia sedang tidak ingin bercanda, dia butuh penjelasan apa arti skil tersebut sebenarnya. Memori Joker hanya menunjukkan apa yang dilihat Joker, tidak menunjukkan apa yang Joker pikirkan atau siapa sebenarnya Joker. Akari ingin tahu banyak mahluk apa sebenarnya Joker, dia tidak ingin dimanfaatkan dan juga dia tidak ingin dikendalikan oleh Joker. Akari adalah 'master' itu sudah pasti, dia harus menegaskan bahwa dia bukan boneka yang bisa seenaknya dikendalikan.

Senyum Joker hilang, poker face yang sedari tadi dia tampakkan dari wajahnya berubah menjadi serius, "Baiklah, My Lady, aku akan menjelaskan apa yang ingin kau ketahui, aku tidak akan menutupi apa pun, kau masterku, memang sudah sepantasnya kau mengetahui seluruh rahasiaku,"

Akari tersenyum, "Aku tidak takut dengan seluruh rahasiamu,"

Joker ikut tersenyum puas, "Aku tahu,"

Dia kembali memunculkan sebuah layar hologram, kali ini Akari memperhatikan setiap inci layar dengan serius. Joker menunjukkan beberapa foto-foto dari masa lalu. Terlihat suasana laboratorium dengan banyak tabung-tabung besar, komputer dengan teknologi canggih menampilkan angka-angka dan grafik, beberapa foto para ilmuwan, hewan-hewan di dalam kandang serta ada beberapa manusia juga. Akari menatap dengan wajah ngeri dan shock.

"I ini eksperimen manusia," Akari tidak berusaha menutupi rasa takutnya, "Apa yang mereka lakukan?"

"Yah.. untuk menguasai dunia, menciptakan manusia super," Jelas Joker sambil lalu, "Yang paling utama adalah menciptakan mesin perang super,"

"Untuk apa?" tuntut Akari meskipun sebenarnya dia mungkin sudah tahu jawabannya. Dia tidak ingin mendengarnya dari dirinya sendiri, dia butuh pembenaran dari apa yang sudah dia pikirkan.

"Mengendalikan," kata Joker, "Kau tahu sendiri, manusia selalu ingin memiliki kuasa dan kendali atas sesuatu. Mereka ingin menjadi Tuhan, memiliki kendali atas takdir manusia, memiliki kuasa untuk mengendalikan hidup mereka," dia menatap lurus ke mata Akari, "Kau adalah kunci semua kuasa itu Akari, dan aku hanya alat untuk membawamu kesana,"

"A ha ha ha..."Akari tertawa kaku, otaknya menolak untuk berpikir, "Aku sudah muak dengan semua kekuasaan itu, takdir membuatku menjadi anak Head of Asian Goverment, sekarang ditambah dirimu, entah ini keberuntungan atau kesialan," dia merebahkan tubuh, matanya menerawang menatap langit-langit kamar. Akari mempunyai rahasia besar sekarang, rahasia yang berbahaya.

Jika World Government mengetahui tentang Joker, mereka pasti akan meminta dirinya menyerahkan Joker. Ada kemungkinan eksperimen manusia ini akan dilanjutkan karena Akari sudah sering mendengar kabar angin bahwa World Government melakukan perekrutan rahasia kepada orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi. Akari beruntung dia adalah anak dari Head of Asian Government. Jika tidak, dia harus menyerahkan diri kepada World Government. Kecerdasan Akari sudah menjadi rahasia umum, IQ kecerdasaannya mencapai 514, kemampuan bahasa dan pengetahuan umumnya di atas rata-rata manusia.

Selain kecerdasan umum tersebut, Akari sebenarnya memiliki kemampuan ingatan cepat, dia bisa mengingat setiap kejadian meskipun hal itu terjadi sangat cepat. Kemampuan memori yang tinggi untuk mengingat setiap detail dan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar dia asah diam-diam saat melatih para calon agen rahasia untuk kelas bahasa. Kemampuan analisanya juga ikut meningkat tajam berkat buku-buku psikologi yang dia baca.

Akari mendesah, Joker adalah tanggung jawabnya sekarang. Beban resiko yang harus dia tanggung sangat besar, tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia harus merahasiakan Joker jika dia ingin selamat dan hidup normal.

Joker memperhatikan wajah gelisah Akari, "Apa yang kau pikirkan My Lady?"

"Banyak..." Akari mengambil kartu Joker dan meletakkannya di atas dada, dia menatap penampakkan mahluk mungil dengan pakaian sirkus emas di hadapannya dengan serius, "Kenapa aku?"

Joker kembali tersenyum, "Aku tidak memiliki kuasa untuk menjelaskannya, My Lady," sebuah layar hologram kembali muncul, terdapat beberapa foto laki-laki dan perempuan dengan data sidik jarinya disebelahnya. "Merekalah yang memilihmu,"

Akari terbangun tiba-tiba, dia bisa mengenali wajah professor Kai dan presiden world government pertama. ada tiga foto perempuan berwajah muda asia dan satu foto laki-laki berwajah eropa, Akari tidak mengenal mereka sama sekali. Lalu dia melihat foto kakek dan neneknya. Terakhir adalah foto dirinya.

"Kakek dan nenek..." gumam Akari, "Tapi kenapa? Apa yang mereka pikirkan?"

Joker mengangkat kedua tangan, "Aku tidak bisa memberimu data yang kau inginkan," dia menatap Akari sambil tersenyum licik, "Aku yakin Eva bisa mengakses jaringan komputer dan internet seluruh dunia tanpa terdeteksi."

Akari terkejut, dia merasakan adrenalin berpacu di dalam tubuhnya. Kakeknya adalah World Presiden ke 24 sebelum mengundurkan diri dan digantikan oleh World Presiden sekarang. public hanya mengetahui bahwa kakeknya mengundurkan diri karena ketidakmampuannya untuk meredam konflik antara Amerika Utara dan Amerika Selatan. Akari tidak percaya 100% berita tersebut karena dia sendiri pernah menemani kakeknya menemui Head of North American. Perjanjian berjalan lancar. Ada yang disembunyikan tapi Akari tidak pernah mengetahui atau berusaha untuk mencari tahu kebenarannya.

Takut tapi sekaligus penasaran dengan hasilnya, "Dia bisa melakukan itu," Akari tersenyum, dia menatap Joker, mereka sepakat akan satu hal. Mundurnya kakek Akari dari World Government pasti berhubungan dengan Joker atau deck kartu yang lain.

"Sepertinya kau menemukan mainan baru My Lady," Joker tak berusaha menutupi rasa senang, senyumnya menyiratkan dia siap untuk merusak atau membantai sesuatu. "Apa perintahmu?"

Mau tak mau Akari ikut tersenyum menyeringai, "Aku membencimu Joker," ucapnya. "Tapi sudah lama sejak aku terakhir kali merasakan adrenalinku berpacu karena rasa takut dan penasaran."

***