webnovel

Bab 1

Salju turun dengan lebat malam itu di iringi dengan beberapa mobil yang berlalu lalang, pemberitahuan jam malam sayup-sayup terdengar. Beberapa orang melirik seorang gadis dengan surai keemasan sambil memandang telefonnya, orang-orang memandang dengan heran pada gadis yang tidak lain adalah tunangan dari pria yang menjadi salah seorang Komodor dibenua ini, siapa lagi kika bukan Sophia Fortaine.

Meski begitu tidak ada seorang pun berani mendekati gadis dengan langkah cepat yang terlihat menangis itu, tidak ada yang mau menjadi bagian dari Komodor yang terkenal berdarah dingin.

Melihat orang-orang memandanginya Sophia semakin mempercepat langkahnya sambil mengeratkan jaket musim dinginnya, uap putih terlihat dari nafasnya yang membeku di tengah jalan bersalju.

Sophia tahu bahwa pelariannya tidak berguna dari pria itu, distrik ini penuh dengan cctv dan dia harus masuk ke gang sempit untuk memperlama waktu agar dia tidak segera ditemukan.

Gadis itu mengambil langkah menuju gang sempit dengan kondisi bobrok, suara batuk sesekali terdengar menyambut langkahnya namun itu tidak mengurangi rasa takutnya membayangkan kemarahan pria itu.

Tidak lama kemudian terdengar langkah berderap di belakangnya disertai dengan lampu sorot yang membayangi wajahnya. Sophia menyipitkan matanya dan melihat Edward berdiri dengan pakaian militernya.

"Waktunya pulang."

Sophia memandang pria itu dengan ketakutan, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya ketika dia pulang ke tempat yang dia takuti. Ketenangan Edward tidak pernah menjadi pertanda baik, Sophia lebih suka melihat kemarahannya dari pada ketenangan pria itu.

Terakhir kali pria ini tidak segan segan mematahkan jari kelingkingnya setelah dia mendapati dirinya mencuri kunci dari seorang pelayan. Sophia gemetar ketakutan mengingat hal itu.

"Kau akan melangkah ke sini Sophia."

Sophia tahu pria ini sedang memainkan permainan psikologis dengannya, dia suka semuanya berada di bawah kontrolnya tidak terkecuali segala tingkah laku Sophia.

Dengan langkah pelan Sophia menghampiri Edward yang memandangnya menilisik, melihat kekacauan dari pakaian yang dikenakan gadis itu, alisnya mengerut ketika mendapati bahwa pakaiannya sama sekali tidak cocok di hari yang sangat dingin ini.

Ketika gadis itu berada di depannya dia langsung menghapus air mata gadis itu.

"Kenapa kau menangis, ayo kita pulang?!"

Tangisan Sophia kian menjadi merasakan kelembutan pria itu, hal itu semakin membuatnya ketakutan namun dia tidak memiliki pilihan selain memasuki mobil yang terasa hangat. Semua kemewahan didalamnya membuat Sophia sadar bahwa harga yang harus dia bayar adalah kebebasannya.

Edward menutup pintu penumpang dan sopir mengendarai mobil itu menuju kediaman Komodornya.

Melihat hal itu kian membuat Sophia panik, dia membuka pintu mobil namun Edward telah menekan tombol untuk mengunci mobil itu.

'Klik'

Sophia memandang Edward dengan ketakutan ketika dia melihat pria itu mengeluarkan suntikan kecil dari saku pakaiannya.

"Tidak Edward, jangan lakukan hal itu padaku."

"Maafkan aku, aku berjanji lain kali aku tidak akan pernah melarikan diri lagi."

Gadis itu tahu apa yang akan terjadi padanya jika suntikan itu berhasil mengenainya, dia akan menjadi layaknya boneka yang bahkan tidak bisa berjalan tanda bantuan. Dia tidak akan pernah mengulangi mimpi buruk yang terjadi 2 tahun lalu. Kontrol pria itu sudah cukup membunuhnya, dia tidak ingin menjadi tidak berguna.

Air mata mengalir dengan deras di pipinya, perasaan tidak berdaya membuatnya naik kepangkuan pria itu, dia menangis dengan sesenggukan. Dengan memeluk leher pria itu dia berharap Edward memaafkannya.

Tatapan Edward melembut tapi itu hanya sekejap, dia mengelus surai keemasan gadis itu dengan lembut, mencium aroma yang membuatnya gila selama bertahun tahun. Obsesinya pada gadis ini membuatnya menghancurkan setiap kehidupan yang berani menjauhkannya dengan gadisnya, tidak ada yang bisa merebut Sophia darinya bahkan keluarga gadis itu.

"Kau akan mengingat pelajaran ini Sophia, tidak akan ada lain kali."

Sengatan dilehernya membuat gadis itu bersandar dengan tidak berdaya dipelukan pria itu, dia tidak pernah menduga akan selalu dikalahkan untuk kesekian kalinya oleh pria ini, perasaan marah dan tidak berdaya membuatnya putus asa dengan kehidupan ini.

*******

Semoga kalian suka ceritanya, nantikan ketegangan dalam cerita bertema dunia masa depan ini, kisah cinta Edward dan Sophia akan menjadi awal dari obsesi gelap

Bantu support cerita ini dengan memberikan like dan komen agar Mini semangat update setiap hari

See youu 🤠