webnovel

CHAPTER 54

Leon, orang kepercayaan Kevan melajukan mobilnya menuju Bandara. Freya hanya duduk manis terdiam di kursi penumpang berdampingan dengan Kevan.

" cepat Leon, mengemudi mu sungguh lambat."

ucap Kevan tak sabar.

" jalanan nya benar-benar macet. tidak bisa gerak sama sekali."

balas Leon masih fokus dibalik kemudinya.

" apa tidak ada jalan lain ?"

kata Kevan.

" baik. akan saya cari dari aplikasi."

" cepatlah !"

Aarrgh. Freya yang berada disampingnya merasa risih melihat tingkah Kevan yang tidak sabaran dan terus mengomel itu.

" apa kau tidak bisa sabar sedikit saja, Kevan. jalur disini memang sering macet. santai saja lah, tidak perlu mengomel terus. sakit telinga ku ini mendengar semua ocehanmu."

katanya.

mendengar itu Kevan langsung mendelik tajam.

" kau--"

Kevan tidak melanjutkan kalimatnya. ia hanya sedang malas berdebat dengan istrinya itu dihadapan Leon.

Leon malah tersenyum melihat tuannya itu dari balik kaca spion tengahnya.

" ternyata si tuan takluk juga sama istrinya."

gumam Leon dalam hati.

akhirnya sampai juga dibandara. namun mobilnya tidak masuk ke ruang tunggu depan bandara, melainkan langsung masuk ke landasan pacu.

Freya merasa bingung menengok ke arah kanan dan ke kiri. sementara Kevan hanya tertawa dalam hati melihat tingkah istrinya yang norak itu. apalagi ekspresi wajah Freya yang bengong saat mobilnya berhenti tepat diarea parkir pesawat.

ia ternganga ketika melihat jet berwarna putih terparkir dihadapannya. Freya memang sering melihat jet, tapi tidak pernah bermimpi untuk menaikinya.

mungkin James, ayahnya masih mampu kalau hanya membeli satu buah jet pribadi. tapi dalam kamus keluarga berjiwa sederhana itu mungkin tetap saja akan berfikir ulang untuk membelinya. lebih baik menggunakan pesawat komersial kalau sekedar berlibur. kecuali untuk urusan bisnis mendadak, barulah James biasa menyewa jet pribadi untuk kelancaran perjalanan bisnisnya.

" Freya !!"

suara itu ? suara yang sangat tidak asing ditelinga nya.

" Raya ?"

Freya membulatkan matanya ketika menengok ke arah sumber suara tadi.

" pantes dari tadi dihubungi tidak bisa, ternyata sudah nongkrong cantik disini. hampir saja aku tidak akan pamitan pada mu, Ray."

celoteh freya.

" ngapain pamitan, aku kan akan ikut bersama mu."

balas Raya berhasil membuat Freya terperanjat tak percaya.

tiba-tiba muncul Daniel dari arah belakang Raya.

" kebetulan Raya akan ke Sligo, melihat villa keluarga ku yang akan dijual. ia berminat membuka investasi disana."

" Daniel ? kapan kau datang ? "

lagi-lagi Freya merasa banyak kejutan hari ini.

" beberapa jam yang lalu. dan Raya yang menjemput ku dibandara."

jawabnya terlihat sumringah menyebut nama gadis itu.

" ayo ! ngobrolnya dilanjut dipesawat saja."

ucap Kevan seraya menarik tangan Freya menaiki anak tangga ke dalam jet nya itu.

tak lama kemudian akhirnya jet itu lepas landas meninggalkan kota yang penuh kenangan bagi Freya.

" see you next time."

gumamnya dalam hati.

" apa kau lapar ? mau makan apa ?"

tanya Kevan yang duduk disampingnya.

Freya menggelengkan kepalanya. ia mengamati setiap sudut dan isi dari jet pribadi Kevan yang mewah itu.

terlihat Daniel dan Raya sedang berbicara inten dikursi belakang sisi sebelah kanan.

" kenapa mereka sedekat itu ? apa mereka memiliki hubungan spesial ? kok Raya tak pernah cerita ?",

gumamnya dalam hati.

lalu ia kembali melirik ke wajah Kevan yang tengah asik membuka laptop kerjanya.

" kamu sedang apa, Kev ?"

tanyanya.

Kevan hanya melirik Freya sekilas lalu beralih ke laptopnya lagi.

" ngurusin kerjaan dulu sebentar. ada sesuatu yang ganjal dari laporan ini."

jawabnya.

" oohh."

" sayang, kau tidur lah. perjalanannya masih panjang. nanti kau lelah."

ucap Kevan tanpa menoleh ke arah Freya.

" kenapa Daniel bisa kembali kesini. apa kau yang menyuruhnya ?"

tanya Freya menatap pada kevan, namun lagi-lagi Kevan tak balik menatapnya karena fokus dengan benda tipis berbentuk persegi itu.

" iya sayang. aku yang menyuruhnya. dia kan dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn). aku takut selama diperjalanan terjadi apa-apa denganmu."

Freya hanya mengangguk lega. ternyata Kevan sangat memperhatikan kehamilannya sampai-sampai menyuruh Daniel kembali.

" Kevan ?"

desihnya.

" iya, apa lagi ?"

" kau memiliki banyak pesawat pribadi, apa kau seorang anggota Mafioso ? atau seorang bandar narkoba, senjata ilegal dan sejenisnya ? atau jangan-jangan kau seorang DonJuan yang menjijikan itu ?"

tanyanya penuh curiga sambil memicingkan mata menatap tajam pada Kevan.

pertanyaan Freya barusan sukses membuat Kevan beralih menatap istrinya itu. namun seketika tawa Kevan meledak membuat seisi penghuni jet itu menjadi menatap kearahnya.

' ha. ha. ha. ha.'

" maksudmu apa bicara seperti itu ? ada-ada saja. aku hanya seorang pembisnis muda biasa dan seorang dokter ahli kardiovaskular."

jawabnya tanpa menghentikan tawanya.

Freya hanya mendengus kesal karena ditertawakan suaminya.

" pertanyaan mu sungguh konyol, Freya. puas kamu ditertawakan suamimu sendiri."

freya mengumpat dirinya sendiri dalam hati.

" hey, apa yang sudah membuat tertawamu begitu, Kevan ? mengagetkan saja."

tanya Daniel setengah berteriak.

" it's okay, Niel. lupakan saja."

balas Kevan menengokkan kepala kearah Daniel dan Raya seraya menunjukan jempolnya.

Kevan pun akhirnya mematikan dan menutup laptop yang ada dipangkuannya itu.

" ayo sekarang tidurlah. selonjor kan kakimu supaya tidak pegal !"

perintah Kevan seraya menyandarkan kepala istrinya dibahu sampingnya. Freya pun mengikutinya saja. dia masih merasa kesal terhadap Kevan yang telah menertawakannya tadi. sampai akhirnya ia pun tertidur saat tangan Kevan membelai-belai lembut rambutnya.

" istriku ini memang betul-betul menggemaskan. dan aku sangat menyukainya."

Gumam Kevan mengecup lembut kening Freya yang sudah terlelap itu.