webnovel

CHAPTER 48

Keesokan harinya, Raya mengantar Freya kerumah yang ditempati saudaranya itu.

" kamu tidak mau menemaniku sampai ke dalam ?"

tanya Freya penuh harap. karena ia sangat merasa sungkan berkunjung ke rumahnya sendiri.

" sorry... aku lagi buru-buru. sudah ditunggu orang diresort, Fre. kamu gak apa-apa kan langsung ku tinggal ? "

ucap Raya seraya menyatukan kedua lengannya seakan memohon.

" oohh."

Freya membulatkan bibir merahnya.

" nanti kabar-kabari saja ya."

" oke, kalo gitu kamu hati-hati ya, Ray. see you."

ujar Freya membuka pintu mobil Raya meranjak berjalan menuju halaman rumahnya.

" see you, Fre."

Raya pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju resortnya.

Freya berjalan menuju pintu rumahnya yang berasa sangat asing. mungkin karena cat rumahnya kini berganti warna yang tadinya paduan putih-abu, menjadi krem-coklat.

ia hendak mengetuk pintu rumah namun pintu itu tiba-tiba terbuka dari dalam. seseorang hendak keluar dan hampir menubruk Freya.

" bi Asih ?"

Freya mengenali sosok wanita separuh baya yang tengah menunduk itu.

mendengar suara khas Freya membuat bi asih langsung mengerjapkan kedua matanya lalu menguceknya untuk memastikan bahwa pandangannya tidak kabur.

" ini aku, bi. Freya. bi Asih lupa ?"

ujarnya sambil menggoyangkan bahu bi asih.

" non Freya ? ini bibi mimpi bukan ya ?"

ucap si bibi sambil menatap wajah Freya dengan seksama.

Freya tersenyum lalu mencubit lembut pipi bi Asih.

" sakit tidak ?"

bi asih mengangguk pelan. dan ia kini yakin bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

" non Freya kok rada gemukan ya sekarang."

Freya mencibir dibilang gemuk oleh Bi asih.

" gemuk banget ya Bi ?"

tanyanya rada kesal.

" oh, tidak non. hanya lebih berisi saja. jadi terlihat makin cantik."

ucap bi asih.

Freya tersenyum, wajahnya langsung merah merona.

" siapa yang datang, bi asih ?"

tiba-tiba seseorang datang dari arah dapur. dia adalah Lastri, nyonya rumahnya saat ini.

Lastri langsung mengenali Freya hanya dengan melihat wajah blesteran yang menjadi ciri khasnya.

" Freya ya ? sudah besar sekarang kau, nak."

ucap Lastri memeluk tubuh Freya. lalu meraih tangan kanan freya untuk duduk bersamanya disofa.

" Tante dengar kau sudah sekitar satu mingguan di Bandung. kok tidak pernah kesini, kenapa ? Tante ini kan masih sepupunya mamamu."

Freya hanya tersenyum dan merasa tidak enak hati. sedangkan bi Asih langsung berjalan ke arah dapur hendak mengambilkan minuman untuk Freya.

" pokoknya sekarang kamu harus tinggal disini."

ucap Lastri.

" baiklah, Tante. aku akan menginap. mama kemarin telpon, katanya Laras akan menikah Minggu depan ya ?"

ujar Freya.

" iya, Fre. makanya akhir-akhir ini Tante sibuk sekali. kamu temenin Tante ya, sayang. temenin sibuk maksudnya."

ucap Lastri tertawa kecil.

" siap, Tante. "

balas Freya.

" kamu anak yang manis dan cantik, Fre."

ucap Lastri seraya mengangkat dagu Freya dengan lembut dan menatapnya.

Wajah Freya terlihat merona tersipu malu.

" oiya, Laras nya kemana, Tan ?"

tanya Freya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

" Laras udah berangkat kerja tadi pagi dijemput calon suaminya. sedangkan Om Dahlan ada dinas kunjungan kerja ke Jakarta. pulangnya baru besok lusa."

" oohh."

Freya membulatkan bibirnya.

lalu Bi Asih datang sambil membawakan teh susu hangat untuk Freya.

" ini diminum dulu, non."

kata bi asih sambil meletakkan gelasnya diatas meja tepat dihadapan Freya.

Freya langsung membulat kan matanya ke arah Gelas berisi minuman teh susu hangat buatan bi Asih.

" bibi masih ingat dengan minuman kesukaan ku dipagi hari ?"

matanya langsung menatap hangat bi Asih.

" iya atuh, non. masa bibi lupa."

ucap bi asih sambil tersenyum malu.

" *terimakasih ya, bi."

" sama-sama, non*."

Freya pun tanpa ragu menyeruput habis teh susu digelas itu. Lastri dan bi Asih sampai tertawa melihat tingkah Freya yang seperti kehausan itu.

" maaf. sudah lama aku tidak meminum buatan bi Asih ini."

ucap Freya tersenyum malu sambil mengusap bibirnya yang masih basah itu dengan punggung tangannya.

" sekarang istirahatlah dikamarku, Fre. jaga baik-baik kandungan mu itu."

kata Lastri sambil mengelus perut Freya.

Freya langsung tak bergeming mendengar ucapan Lastri, pandangan matanya langsung tertunduk kearah tangan Lastri yang tengah memegangi perutnya.

" Mama mu sudah cerita alasanmu kemari. kamu yang kuat dan sabar ya. kami menyayangi mu."

ucap Lastri seraya merangkul pundak Freya.

" terimakasih, Tante."

lirih Freya balas rangkulan Lastri.

lalu Freya pun diantar bi Asih ke kamarnya yang dulu. keadaannya tidak berubah semenjak terakhir kamar ini ditinggalkannya.

" kenapa Laras tidak memakai kamar ku saja, bi ? kamar tamu itu lebih kecil dibanding kamarku ini."

ucapnya sambil duduk ditepian ranjang.

bi asih tengah sibuk membereskan baju-baju Freya dari kopernya yang dipindahkan ke dalam lemari.

" Non Laras tidak mau. katanya disini masih banyak barang-barang non Freya. ia tidak ingin mengganggunya."

" tapi kan barang-barang ku bisa dipindahkan kan ?"

" hhmm-- saya kurang tau, non. pokoknya non Laras tetap tidak ingin memakai kamar ini."

mendengar penjelasan bi asih, Freya hanya manggut-manggut saja sambil tangannya membuka laci nakas disamping ranjangnya itu.

" kalung ini masih ada."

lirihnya seraya tersenyum tapi tidak menyentuhnya sama sekali, lalu ditutup kembali laci nakasnya itu.

" pakaiannya sudah bibi rapihkan dilemari, non. sekarang bibi mau keluar dulu. non Freya istirahatlah."

ucap bi Asih beranjak hendak keluar dari kamar Freya.

" terimakasih ya, bi."

bi Asih menengok ke arah Freya lalu tersenyum.

" sama-sama, non."

Freya menjatuhkan badannya ke atas ranjang. menatap langit-langit kamarnya yang sudah lama ia tinggalkan.

" aku rindu rumah ini."

gumamnya.

.

.

.