webnovel

Impoten Without You part 13 Tantangan yang wajib di terima

Auristella masih terus mengerjapkan mata melihat botol yang mengarah pada dirinya. Entah ini sebuah keberuntungan ataupun kesialan, nyatanya yang dia lihat masih sama tidak berubah. Lalu seketika Auristella mengingat permintaan para sahabatnya yang sangat tidak masuk akal. Dia menggelengkan kepala untuk menyadarkannya dari mimpi buruk itu.

Kemudian Auristella melihat kearah para sahabatnya satu persatu. Mereka semua melihat dia dengan pandangan yang menyimpan maksud tertentu masing-masing. Dia langsung bergidik ngeri. Malam ini merupakan sebuah kesialan memiliki sahabat yang tidak normal seperti mereka. Pikir Auristella.

'aku tidak mungkin bisa kabur dari mereka. Kalaupun sekarang aku bisa menghindarinya, hal yang lebih parah pasti akan terjadi setelah itu.'

'mereka bisa saja datang berdemo ke kantor lalu membongkar semua rahasia aku. Oh, itu hal yang lebih buruk dari segalanya. Tapi bagaimana caranya agar aku menghindar dari rencana menyeramkan mereka padaku?'

Batin Auristella bimbang dengan keadaan dirinya yang sekarang. Seketika bayangan saat dia dan Avnan berada di toilet tiba-tiba terlintas. Bagaimana pria itu sangat berhasrat pada dirinya. Lalu tangan itu, yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam miliknya dan menggoda di sana.

Kemudian tatapan mata elang yang seolah menelanjangiku saat itu juga. Beralih pada lidah pria itu yang sudah merasakan hangatnya milik dia dan meminum semua cairan yang dikeluarkan. Terakhir, pada benda keras yang ada di antara selangkangan Avnan. Auristella bisa merasakan saat pria itu menggesekkan di pahanya jika isi di dalamnya pasti besar dan panjang.

Glek!

Auristella menelan salivanya sendiri dengan kasar. Tiba-tiba atmosfer yang ada disana berubah sangat drastis. Rasa panas saat dia dalam pengaruh obat perangsang, kembali dirasakannya. Keringat mengalir di pelipisnya. Bahkan dapat dirasakan, miliknya di bawah sana terasa berdenyut.

"Shit!"

Kata-kata umpatan yang tidak pernah dia ucapkan, kini keluar begitu saja.

'belum berada di tempat yang normal saja Avnan sudah berani seperti itu padaku. Bagaimana nantinya jika kami ada di tempat yang seharusnya. Dia pasti akan sangat buas menyerangku.'

'Aku berharap semoga mereka tidak jadi memberikan tantangan itu kepadaku. Walaupun kemungkinan kecil melihat wajah mesum mereka begitu berbinar-binar melihat ke arahku.'

Lagi, Auristella hanya bisa membatin dengan nasib yang akan dia terima nantinya. Baru saja dia berpikir untuk menghindari bertemu dengan Avnan dan tidak kalah dalam permainan. Tapi sekarang karma dengan cepat menyerang dirinya yang begitu berbangga mengatakan dia selalu mempunyai keberuntungan.

"Ehem. Aku tiba-tiba merasa sangat haus sekali," ucap Gudytha menyadarkan mereka dan mencairkan suasana yang seketika menjadi hening.

"Aku harus menyiapkan kamera terbaik. Momen langka yang jarang kita temui akan terjadi malam ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."

Cristal, dia membuka suaranya mencoba menyindir Auristella. Selalu berpura-pura sibuk mengambil kamera yang selalu dia bawa dari dalam tasnya.

Mendengar hal itu, Auristella langsung membulatkan matanya saat Cristal sudah mengeluarkan kameranya. Itu kamera yang sangat jarang sahabatnya itu gunakan. Kamera kesayangan yang harganya selangit. Dan sekarang, Cristal rela memakai benda itu hanya untuk dirinya.

"Sepertinya cuaca di sini sedikit gerah. Aku merasa kepanasan. Mungkin karena di sini terlalu banyak manusia-manusia tidak berguna. Rasanya aku seperti ingin menghempaskan mereka agar udara sedikit bersih dari kekotoran yang mereka ciptakan."

Emily tidak kalah untuk ikut menyindir Auristella. Wanita yang menjadi incaran mereka kini akan mendapatkan gilirannya. Hal yang tentunya sangat membahagiakan untuk mereka semua.

"Okey, ladies. Kita tidak perlu berbasa-basi lagi saat ini. Auristella sudah mendapatkan kekalahannya. Dan sekarang waktunya dia harus menjalankan tantangan dari kita semua." Violeen yang jengah dengan semua sindiran para sahabatnya, dia membuka suara dan langsung pada poin yang sedang dituju.

Violeen mengatakan itu sembari melihat ke arah Auristella yang juga sedang menatapnya. Dia tersenyum miring mendapati wajah tidak mengenakkan pada diri sahabatnya yang satu itu. Tentu saja mereka tahu apa yang membuatnya seperti itu.

"Dan kamu, Auri Kitty sayang. Kamu tidak bisa menghindar dari tantangan yang akan kami berikan. Ini sudah perjanjian kita dari awal. Kalau sampai kamu kabur dari tempat ini sebelum menjalankan kekalahan mu dengan baik, kami akan mencarimu sampai ke ujung dunia."

"Sekalipun nantinya kamu akan pergi ke neraka, kami akan membawamu keluar dari sana dan menghukum untuk kekalahan kali ini," ucap Violeen memperingatkan seraya berjaga-jaga agar sahabatnya itu tidak kabur dari tanggung jawab.

Yah, mereka semua tahu, meskipun Auristella menyukai pria yang menjadi target mereka saat ini. Sahabatnya itu pasti tidak akan mau melakukannya secara terang-terangan. Dan saat ini mereka semua sedang membuat tembok yang sangat kuat untuk menjaganya.

"Kamu ini bicara apa?! Enak saja masuk neraka!"

"Aku tidak ingin pergi ke sana! Aku mau ya masuk surga, merasakan keindahannya, dan menikmati isi di dalamnya. Hati-hati kalau berbicara!" Ketus Auristella sengaja berbicara seperti itu untuk mengulur waktu agar dia tidak menerima tantangan konyol yang tidak masuk akal.

Sesekali Auristella melirik ke arah Avnan. Dia menelan salivanya dengan kasar. Pria itu menatap dirinya dengan begitu intens. Dia bisa mengetahui itu, meskipun keadaan samar-samar dan tidak terlalu terang. Melihat mereka sedang dalam club malam yang pastinya, lampu akan berkelap-kelip mengiringi musik.

'sial. Aku pasti tidak akan selamat hari ini," umpat Auristella kesal.

Dia sedang menghindari Avnan. Tapi kekalahannya dalam permainan mereka kali ini, seorang memuluskan jalan pria itu untuk semakin dekat dengannya.

"Bagaimana Auri Kitty? Kamu sudah siap bukan?" Lagi, Violeen membuka suaranya menyadarkan Auristella dari bayang-bayang pria yang ada tidak jauh dari mereka.

"Katakan cepat. Apa yang kalian mau?" tanya Auristella sembari memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Oh, Auri Kitty. Kamu tidak boleh seperti itu. Kalau kamu ingin masuk ke surga, kamu harus memenuhi perjanjian ini. Jangan sampai ada yang kamu ingkari. Atau Tuhan akan marah padamu, lalu memasukkan mau ke neraka lebih cepat dari yang kamu bayangkan."

Cristal menggodanya yang menambah kadar kekesalan Auristella semakin tinggi. Tidak lupa, nasehat yang diberikan Cristal membuat Auristella bertambah kesal. Mungkin mereka lupa jika saat ini mereka semua sedang melakukan dosa yang pastiny di benci Tuhan. Ah satu lagi, jangan lupakan perbuatan mereka yang sering melakukan percintaan bebas diluar pernikahan. Gerutunya dalam hati tidak terima.

"Tidak perlu basa-basi. Cepat katakan sekarang, atau aku akan pulang tanpa melakukan apapun. Aku tidak ingin berlama-lama di tempat ini." Auristella merasa dirinya tidak bisa selamat, terpaksa dia mengatakan hal itu. Bagaimanapun juga dia tahu kewajiban yang harus ditunaikannya setelah menerima kekalahan.

"Tidak perlu berbasa-basi lagi Auri Kitty. Keinginan ku cuma satu. Kamu rayu dia didepan kami baru dapatkan dirinya penuh malam ini."

"Bercinta panas dengan Avnan malam ini, dan kamu rekam kegiatan panas itu. Yah, sebagai bukti kamu tidak ingkari janji pada kami. Bagaimana? Mudah bukan?"

Emily yang merasa cukup menggoda Auristella ikut membuka suaranya. Dia sudah tidak sabar untuk menyaksikan adegan selanjutnya setelah ini. Meskipun dia sama seperti mereka, ingin ikut menggoda sahabat yang itu sampai puas. Tapi melihat kekesalan di wajah Auristella, dia harus akhiri ini secepatnya.

"Anggap itu sebagai bonus yang kami berikan padamu. Jangan salah anggap dengan permintaan kami ini. Semua kami lakukan demi untuk memuluskan jalan mu mendekati laki-laki penyuka sesama jenis itu. Daripada kamu terus menerus melihatnya dari jauh dan menantang kebenaran yang ada. Lebih baik kamu buktikan sendiri, apakah dia benar Gay atau tidak."

"Kalau dia bisa memuaskan di atas ranjang, mungkin benar dia tidak Gay. Tapi kalau kekecewaan yang kamu dapatkan setelah sepanjang malam bersamanya, aku harap kamu segera bertaubat dan mencari pria lain untuk kamu cintai. Kasihan dirimu harus mencintai pria yang tidak normal."

Gudytha menyambung perkataan Emily. Tidak mewakili para sahabatnya yang lain Auristella. Meskipun salah satu alasannya ingin melihat keganasan Auristella di atas ranjang. Tapi jika hal itu tidak terjadi, setidaknya mereka sudah menyadarkan sahabatnya itu seorang pria yang sudah salah dia pilih.

Setelah mendengar perkataan Emily dan Gudytha, dia kembali melihat Avnan. Bayangan bagaimana mereka akan menghabiskan malam panjang langsung terlintas di pikiran Auristella.