webnovel

SAKIT

Memang menyakitkan, namun keadaan demikian sudah sering Ara lalui setiap harinya dan lagi2 Ara harus kecewa dan hanya bisa berharap dan selalu berharap semoga suatu saat ada keajaiban tuk semua keinginannya. Namun keadaan demikian justru membuat Ara semakin tertekan, jiwanya terguncang dan shock. Hingga Ara pun jatuh sakit.

Meski kecewa dan dalam ketertekanan batin Ara tetap menjalani rutinitas nya, ia berangkat ke sekolah bersama Neneknya dgn tangan sambil menjinjing sebuah wadah berisi kue yg seperti biasa ia lakukan setiap harinya. Sesampainya di sekolah Ara sudah mulai merasakan tubuhnya lemah, dia merasa lebih lelah dari biasanya bahkan hatinya bergetar hebat. Mungkinkah Ara akan mengalami kejadian yg sama ketika ia baru masuk sekolah seperti dulu atau semuanya akan berlalu begitu saja.

"Ara...", sebuah suara menyadarkan Ara dari lamunannya. Seorang anak berlari menghampiri Ara, kemudian di susul beberapa temannya.

"Bagaimana hari ini, siapa yg akan datang.. Bunda atau Ayah mu.. ??" Tanya Anak itu lagi.

"Mana mungkin Ayah Ara akan datang, dia kan tidak punya Ayah. Hhahaa..." ejek salah seorang teman Ara yg lain.

"Iya.. Bunda nya jg tidak sayang, makanya tidak datang juga. Ara kan anak buangan, hahaaa" tambah teman satunya lagi yg di sambut gelak tawa teman yg lain.

Hati Arah serasa sesak, Wajahnya memerah, gadis itu hanya bisa tertunduk sedih. Dia tak kuasa menahan airmata nya, salah satu teman Ara yg bernama Yanti menegur teman temannya.

"Hey... kenapa kamu bicara begitu, sana pergi..!!?"

"Hhhuuuuu.... dasar cengeng !!? Anak buangan... anak buangan..." ejek anak itu lagi sambil berlalu pergi.

"Ara... yg sabar ya, sudah jangan menangis. Hapus airmata nya nanti kalo ketauan Nenek, kamu pasti akan di marahi.." ucap yanti dgn suara khas kekanak kanakannya.

"Hu,um... taa.. pi.. yg me..re... ka.. ka.. ta..kan .. i..tu.. be...nar.. yan.. ti. Tak ...ada yg... sayang... sama A.. ra.. hiks hiks..." isak Ara dgn suara yg terbata bata karna mungkin saking sesak nafasnya.

"Sudah Ara, ayo kita masuk kelas.." ujar yanti sambil memegang tangan Ara, Ara segera mengusap airmata nya. Kedua gadis kecil itu pun bergandengan menuju ruang kelas.

Kejadian siang itu membuat batin Ara semakin tersiksa, airmata tak henti2nya mengalir di pipi mungilnya. Namun Ara tak berani bercerita kepada siapa pun, bahkan dia berusaha menyembunyikan keresahan itu dari Neneknya. Namun ketika malam datang, Ara tak bergegas tidur. Dia hanya berbaring di kamar sambil sesekali melihat dari balik jendela... namun yg di tunggu tak kunjung datang. Setelah beberapa jam kemudian barulah wanita tersebut masuk.

"Sayang... kenapa belum tidur..?? Tanya Bunda Ara sambil mengusap kening putri kecilnya.

"Bunda... Ara kangen. Ara ingin bertemu Ayah, apa Ayah tidak mau kesini lagi. Kenapa Bunda sama Ayah harus berpisah, Ayah dan Bunda sudah tidak sayang Ara lagi ya ??" Ujar Ara dgn begitu sangat polosnya.

Bunda Ara terdiam sepertinya dia bingung harus berkata pada putrinya, sedang Ara masih terlalu kecil tuk bisa memahami arti perceraian itu.

"Ara sayang... kalo memang Ara kangen sama Ayah, nanti bunda bilang sama Ayah suruh kesini.. Bunda sama Ayah sayang sama Ara, jadi Ara jgn sedih ya sayang..?!!"

Jawabnya, dgn begitu hati2.

"Tapi bunda, nanti kalo Ayah datang jgn suruh pergi lagi ya. Ara ingin bobo sama Ayah sama Bunda jg, boleh kan ??"

Pinta Ara memelas, wanita itu tak kuasa menahan tangisnya ia buru2 menyeka air mata itu, dan langsung mengecup kening putrinya. Namun ia terkejut dan histeris:

"Astaga... badan Ara panas sayang... Ara kenapa ?? Ara sakit.. "

Ara memegang tangan bundanya, sambil berkata:

"Tidak bunda.. Ara tidak merasa panas, Ara jg tidak sakit. Ara hanya merasa dingin.. bunda mau kan peluk Ara,"

"Iya sayang... bunda akan peluk Ara, bunda tidak akan pernah melepasnya.." ucap bunda Ara dgn begitu sangat paniknya, ia merasakan tubuh Ara begitu panas namun Kaki dan tangan Ara sangat dingin.

"Ya.. bun..." suara Ara sangat pelan dan kemudian menghilang, tubuhnya lemas.. Bunda Ara semakin histeris, ia menangis sejadi jadinya.

"Ara... bangun sayang, ini Bunda sayang.. bunda masih memeluk Ara. Ara harus kuat, bunda janji tidak akan meninggalkan Ara lagi.. bangun sayang.. huuhu huhuu"

Teriakan Bunda Ara terdengar dari luar kamar hingga seisi rumah pun terkejut dan menghampiri kamar Ara.

"Ada apa Lisa... Ara kenapa ??" Tanya sang Nenek.

"Ara bu.. Ara tidak mau bangun. Badannya panas tp kaki dan tangannya dingin.." isak Bunda Ara sambil tetap memeluk putrinya.

"Cepat bawa ke dokter, mudah2an Ara tidak kenapa2." Ujar Kakek Ara.

Paman Ara langsung menggendong Ara dan membawanya ke dokter terdekat. Tidak berapa lama kemudian Ara pun langsung di tangani dokter...

"Bagaimana dgn Ara dok.. ??" Tanya Bunda Ara.

"Sepertinya Ara mengalami depresi berat, sehingga mengganggu sistem kinerja tubuhnya. Untuk saat ini saya tidak bisa memprediksi Ara terkena penyakit apa, krna Ara masih terlalu dini untuk pemeriksaan itu. Mungkin ketika dia remaja akan mulai terlihat perkembangan nya, tapi itu masih kemungkinan kecil dan sepertinya tidak akan terjadi apa2. Saya sudah memberikan suntikan dan Ara sudah boleh di bawa pulang.." jawab dokter itu menjelaskan.

"Terimakasih, dok.." balas bunda Ara lagi.

Ara pun langsung di bawa pulang dan sesampainya di rumah, Ara di baringkan lagi di tempat tidurnya.

"Bu... apa selama aku bekerja Ara baik2 saja.. ??" Tanya Bunda Ara kepada ibunya.

"Iya... Sudah pasti baik2 saja.memangnya ada apa Lis.. ??" Ujar Nenek itu balik bertanya.

"Beberapa hari ini, Ara sering meminta aku tuk bisa menemaninya.. tapi selalu aku tolak. Karna aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu, ibu kan tahu sendiri kalo aku sampai tak bekerja sehari saja maka perusahaan akan mengeluarkan aku. Sedangkan perusahaan lain belum tentu mau menerima wanita cacat seperti aku." Jawab bunda Ara sambil mengusap usap tangan kanannya yg lumayan memprihatinkan.

Ia tak menyadari bahwa ternyata Ara sudah sadar dan mendengarkan percakapan mereka berdua. Ara menitikkan air mata, ia tak tega melihat bundanya yg seperti lemah dan tak berdaya mengeluhkan kekurangannya itu. Padahal dgn kecacatan tangannya bunda Ara telah berhasil menafkahi Ara dgn jerih payahnya sendiri, yg berjuang mati2an tuk bisa mendapatkan pekerjaan itu meski hinaan dan cacian telah menghujam ibundanya sewaktu mencari pekerjaan dulu. Banyak yg meremehkan kemampuan dan tenaganya bahkan tak ada yg mau memperkerjakan Bunda Ara dgn alasan kekurangannya itu.

"Mungkin jika mantan suamimu itu mau bertanggung jawab kehidupan kalian berdua tidak akan semiris ini", ujar Nenek Ara.

"Tidak bu, ka Rama sebenarnya bertanggung jawab. Setiap bulan dia mengirimi Ara uang bahkan dia pun berniat kembali lagi padaku. Hanya saja, aku selalu menolak pemberiannya dan aku belum merasa siap tuk kembali padanya". Sergah Bunda Ara.

"Lisa...ibu hanya bisa mendukung apapun keputusan yg akan kamu ambil, dan ibu hanya bisa berdoa moga itu yg terbaik untukmu." Ucap nenek itu lagi. Wanita itu hanya menganggukan kepalanya.

Mendengar ucapan Bundanya itu, Ara seakan mendapat angin segar. Ia pun berniat akan menyatukan bunda dan Ayahnya kembali, berhasil kah usaha Ara.. ??