Dejanira Neelam. Nama seorang anak perempuan yang malang. Bukan ia terlahir cacat atau kurang sempurna. Tapi seorang anak tunggal yang berjenis kelamin perempuan yang hadir karena pertikaian orangtua. Mungkin bisa dikenal dengan istilah Broken Home. Dejan, biasa teman-temannya menyebutnya dengan nama itu. Gaya hidupnya yang simpel dan sederhana. Karena memang ia hanya membutuhkan sesuatu hal yang begitu sederhana saja. Dibalik wajah cantiknya yang seperti biasanya terlihat dingin dan datar itu membuatnya sulit untuk mengungkapkan satu bentuk ekspresi yang menyenangkan. Yang ia tahu ekspresi dingin ketika kedua matanya melihat wajah orangtuanya yang sedang emosi sambil melempar barang ke arah mana saja. Dan wajah datar yang ia pasang entah dari sejak kapan ia terbiasa dengan wajah datarnya itu, ia juga tak mengerti. Lalu ketika kedua telinganya mendengar teriakan penuh amarah setiap waktu jika ia pulang kerumah yang secara otomatis Dejan dengan wajah datarnya menuju kamar pribadinya. Dejan duduk di kelas dua menengah atas. Yang kemana-mana selalu ditemani dua sahabatnya sejak sekolah dasar. Dunia kecilnya hanya keterdiamannya sendiri dan memutar ulang bayang-bayang dimana masa kecilnya indah. Dejan hanya akan berekspresi senang ataupun suara tawanya muncul ketika ia berada di dalam lingkungan kedua sahabatnya. Jika ia hanya seorang diri jangankan berekspresi, peduli pada orang lain pun ia enggan. Nakal sepertinya bukan yang tepat untuk dilekatkan pada dirinya yang entah kenapa jadi menyukai dunia balap. Arena balapan adalah tempat utama dimana Dejan berada. Memang ia seorang perempuan tulen tapi feminin bukanlah gayanya. Dejan tidak pandai untuk berbasa-basi dalam hal apapun. Namun Dejan pandai beradaptasi. Ia masih mau mendekati lingkungan yang baru. Berkat kedua sahabatnya Furi dan Monic, Dejan mampu menyambung hidup dengan tidak mencoba menabrakan tubuhnya sendiri ke jalanan yang ramai. Dan berkat kedua sahabatnya pula Dejan masih memiliki sebuah perasaan pada suatu hal. Hal yang biasa disebut rasa suka atau sejenisnya. Dejan melihat dan memandang dalam waktu yang lama pada laki-laki yang bukan berada dalam satu kelasnya. Mungkin biasa Furi katakan adalah rasa dalam pandangan pertama. Rasa yang membuat relung hatinya seperti berdebar dan berdetak-detak. Namun kedua matanya tak bisa lepas dari laki-laki yang sudah ia pandangi sejak sekolah menengah pertama tepat di kelas dua. Diam-diam ia mencuri waktu hanya untuk memandang laki-laki yang memiliki nama Dimas Tayrone itu. Berada dalam tingkat kelas yang sama dan sekolah yang sama secara berturut-turut membuat Dejan memiliki semangat hidup. Sayangnya semangat hidup yang Dejan rasakan selama beberapa tahun itu tertiup angin begitu saja ketika di ujian kelulusannya sebagai anak SMA. Dimas hanya memberikan harapan untuknya namun tidak dengan memberikan perasaan yang sama seperti miliknya. Melihat Dimas dan Lisha berpelukan dan saling mencium di kedua pipi masing-masing di acara pesta kelulusan membuat Dejan membisu yang mana tengah berada dalam hubungan palsu. Tapi sepertinya Dejan tidak tahu bahwa selama ini ada seseorang yang duduk manis menjadi pengagum rahasianya menunggu untuk dilihat. Namun waktu yang seperti berhenti adalah Benroy yang memutuskan untuk merengkuh tubuh Dejan yang tidak sadarkan diri. Memeluk wajah pucat itu dengan sejuta harapan dan doa yang ia coba panjatkan dalam hati. Kata selesai tidak harus dengan sesuatu yang berlebihan. Karena sesuai dengan gaya Dejan, kata selesai ia ucapkan karena Benroy menariknya masuk ke dalam moment sukacita penuh warna. Benroy memberikan sebuah kebahagiaan yang tidak pernah Ia minta. Walaupun dengan berakhir hanya seorang diri, Dejan bisa menyelesaikan perjuangan hidupnya dengan cinta yang tulus dari Benroy. Dejan tidak pernah berekspektasi dalam hidupnya. Tapi inilah yang harus ia katakan dengan senyum cerah penuh rona bahagia... "I'm Done"