webnovel

Kompetisi Keluarga Dimulai

Editor: Wave Literature

Seiring sinar matahari terbit pertama menembus awan dan menyinari bumi, suasana riuh menyelimuti istana keluarga Lin dengan kegaduhan.

Saat Lin Xiao membawa Lin Dong dan Qing Tan ke ruangan latihan untuk kompetisi keluarga, di sana sudah sangat ramai, penuh dengan orang-orang.

Walau keluarga Lin tidak bisa dipandang sebagai fraksi tingkat satu di Kota Qingyang, mereka masih memiliki pengaruh di sana. Karena itu, di sana ada beberapa tamu VIP yang datang khusus untuk menyaksikan kompetisi keluarga sekaligus menggunakan kesempatan membangun relasi dengan keluarga Lin. Kompetisi ini juga memberikan mereka kesempatan menilai kemampuan generasi muda keluarga Lin.

Jika generasi muda di keluarga Lin terbukti tidak mampu, maka keluarga Lin akan jatuh cepat atau lambat.

Walau ini bukan pertama kalinya menyaksikan kompetisi keluarga, Lin Dong tidak bisa mencegah dirinya merasa sedikit tegang. Karena, kali ini, dialah yang akan menjadi pusat perhatian.

Lin Xiao menepuk bahu Lin Dong meyakinkan, berusaha mengurangi ketegangan anaknya. Setelah itu, dia membawa keduanya dan menghampiri bagian VIP di ruangan latihan.

Saat ini, di sana sudah banyak orang yang duduk di bagian VIP, asyik mengobrol sendiri.

Duduk di tengah bagian VIP, ada seseorang laki-laki paruh baya yang mengobrol dengan tamu lain dengan ceria. Tiba-tiba, dia melihat sosok Lin Xiao dan anak-anaknya, dan membuatnya mematung di tempat. Meski dia cepat tersadar namun rengut muncul di wajahnya.

Di kompetisi sebelumnya, Lin Xiao biasanya tak pernah muncul. Bahkan dalam kesempatan langka di mana dia datang, dia akan berdiri di sudut ruangan, tempat di mana orang-orang tak akan melihatnya. Ini adalah pertama kali dalam sekian tahun, ketika dirinya muncul terang-terangan di daerah VIP.

Di sebelah kiri lelaki paruh baya tersebut ada dua anak muda, Lin Hong dan Lin Shan bersaudara. Kesimpulannya, lelaki yang duduk di sebelah mereka hampir pasti ayahnya. Lin Mang, yang memiliki hubungan buruk dengan Lin Xiao.

Lin Xiao tidak memedulikan tatapan Lin Mang. Tanpa memedulikan sesuatu, ketika dia akan berjalan melewati orang itu, Lin Mang tiba-tiba tersenyum. Cangkir teh ada di tangannya, dia bertanya santai, "Saudara ketiga, apa yang akhirnya membawamu keluar dari rumahmu?"

Lin Xiao berhenti dan menatap pada kakak tirinya, yang memiliki hubungan buruk dengannya sejak kecil. Senyum muncul di wajahnya sembari menjawab, "Apa ada masalah?"

Melihat senyum Lin Xiao, Lin Mang terkejut ketika menyadari dia tidak menemukan jejak senyum kesedihan yang biasanya. Penemuan itu membuatnya merasa tidak nyaman, namun dia berkomentar masa bodoh, "Tidak ada masalah. Hanya saja hari ini adalah hari yang penting untuk keluarga Linku. Karena kau muncul, kuharap kau tidak mempermalukan kami."

Lin Xiao terkekeh ringan. Mengabaikan hinaan yang tersembunyi di dalam kata-kata Lin Mang, dia langsung berjalan melewatinya sebelum mendudukkan diri di kursi terdekat.

"Huh."

Tindakan Lin Xiao membuat wajah Lin Mang sedikit berubah sambil mendengus dingin.

"Ah, Lin Mang-Xiong. Inikah laki-laki yang dulu pernah memiliki kesempatan bagus di antara anggota keluarga Lin untuk masuk ke tingkat Yuan Dan, Lin Xiao?" Seorang laki-laki yang duduk di sebelah Lin Mang bertanya santai dengan senyumnya.

"Itu cuma gosip. Kenapa kau memercayainya?" balas Lin Mang mencemooh.

"Ah, tentu saja. Sekarang, Kak Lin Mang yang menjadi kandidat utama di antara anggota keluarga Lin untuk melanjutkan ke tingkat Yuan Dan. Di masa depan, mari cari kesempatan lain untuk berkolaborasi." Lelaki itu membalas dan tersenyum ceria, nada patuh terdengar pada kalimatnya. Dua tahun lalu, Lin Mang berhasil melanjutkan ke level Heavenly Yuan dan menjadi praktisi Heavenly Yuan ketiga di keluarga Lin. Dalam dua tahun ini, dia sangat disukai oleh keluarga, dan sekarang dia mengontrol keuangan seluruh keluarga Lin. Sebagai perbandingan, Lin Xiao, hampir terlupakan setelah tidak bisa apa-apa selama bertahun-tahun.

Biar Lin Mang tahu kata-kata itu hanya sanjungan belaka, sudut bibirnya tetap membentuk senyum.

"Tenang saja, Ayah. Nanti ketika Lin Dong dipermalukan di muka umum, wajah paman ketiga pasti semakin buruk." Merasakan ketidak-senangan ayahnya, Lin Hong, yang duduk di belakang Lin Mang, menenangkan ayahnya.

"Ya."

Mendengarnya, Lin Mang tersenyum kembali dan mengangguk.

"Orang itu menyebalkan sekali."

Qing Tan, yang duduk di sebelah Lin Xiao, memprotes tidak senang setelah melihat provokasi Lin Mang yang disengaja.

"Mereka ada di pihak unggul, untuk saat ini."

Lin Xiao menggelengkan kepala, tidak terganggu dengan Lin Mang. Baru ketika dia akan melanjutkan, dia tiba-tiba menghadap ke pintu masuk. Di sana terdapat kerumunan besar sedang berjalan masuk. Memimpin kerumunan, adalah lelaki tua dengan rambut putih dan memakai gaun sulam. Dia memiliki aura yang kuat, dan saat ini dia sedang memerhatikan sekeliling ruang latihan.

Orang itu adalah kepala keluarga Lin yang sekarang, dan juga ayah Lin Xiao serta kakek Lin Dong, Lin Zhentian.

Mengikuti di belakang Lin Zhentian, adalah lelaki paruh baya. Di sebelahnya, berdiri Lin Xia, sosok ramping dan elegan yang menarik pandangan beberapa lelaki muda dengan sendirinya.

Saat Lin Zhentian muncul, keributan di ruang latihan semakin hebat karena orang-orang bergegas menyapa mereka. Bagaimanapun, Lin Zhentian dipandang sebagai legenda di Kota Qingyang. Setelah dia datang kemari, dia membangun keluarga Lin sendirian. Karena itu, metode yang digunakan dan kemampuannya meninggalkan kesan kuat pada banyak orang.

Lin Zhentian menyapa para tamu VIP dengan ramah sebelum berhenti di tengah area VIP. Namun, ketika dia berhenti, dia melihat Lin Xiao dari kejauhan, membuatnya terkejut beberapa saat. Lin Zhentian cepat-cepat tersadar dan melanjutkan langkahnya.

"Ayah."

Melihat Lin Zhentian yang mendekat, genggaman tangan Lin Xiao mengerat tanpa sadar, kemudian berdiri dan menyapa ayahnya penuh hormat.

"Akhirnya kau mau datang dan menemuiku?"

Dia menatap pada Lin Xiao di depannya, Lin Zhentian kurang sopan, macam-macam emosi muncul di matanya.

Dulu, Lin Xiao adalah anak laki-laki yang Lin Zhentian perjuangkan paling keras. Meski kekalahan Lin Xiao mengecewakannya, namun yang paling mengecewakan adalah fakta bahwa Lin Xiao jatuh pada kesedihan setelah kekalahan.

Pak tua itu sama keras kepalanya dengan sang anak. Setelah kejatuhan Lin Xiao pada kesedihan, Lin Zhentian yang putus asa pun tidak pernah mengajak bertemu tidak peduli seberapa besar rindunya pada anaknya.

"Ayah, maafkan aku," Lin Xiao bergumam pelan. Dia tahu kalau Lin Zhentian amat kecewa pada kesedihan menahunnya.

"Kakek..."

Qing Tan dan Lin Dong, yang berdiri di satu sisi, juga buru-buru menyapa kakeknya.

"Ah, Dong-er dan Qing Tan. Kalian benar-benar tumbuh besar..." Mendengar suara mereka, senyum muncul di wajah Lin Zhentian. Dia mengusap kepala keduanya lembut, dan memberikan kesan seorang kakek yang lembut dan sangat memanjakan cucunya.

"Bagus kalau kau sekarang akhirnya keluar. Setidaknya, kau mau repot-repot mengunjungiku sebelum aku masuk ke dalam peti mati," kata Lin Zhentian, pandangannya dialihkan kembali pada Lin Xiao. Saat dia bicara, Lin Dong bisa merasakan sedikit gemetar pada tangan kakeknya. Sepertinya di hati yang menua itu, dia tidak setenang yang terlihat.

"Haha, Ayah. Sekarang karena saudara ketiga akhirnya memutuskan untuk menampakkan diri, mari tahan dulu omelannya. Di sini masih banyak tamu." Lelaki paruh baya yang mengikuti di belakang Lin Zhentian berkomentar sambil tersenyum.

Lin Zhentian menghela napas, menatap sekali lagi pada Lin Xiao, sebelum akhirnya pergi duduk.

"Da-ge1." Lin Xiao berterima kasih pada sang lelaki paruh baya.

Lelaki paruh baya tersebut tersenyum dan mengangguk, sebelum lanjut menepuk bahu Lin Dong dan berkata, "Dong-er, pastikan kau tidak mempermalukan ayahmu dalam kompetisi hari ini."

"Baik, paman pertama."

Lin dong mengangguk sebagai jawaban. Orang itu adalah paman tertuanya, namanya adalah Lin Ken. Selain itu, dia adalah ayah Lin Xia.

Mengingat Lin Xia, Lin Dong langsung berpindah untuk melihat gadis itu berdiri di belakang pria paruh baya, melambaikan tangan padanya, menunjukkan bahwa dia mendukung Lin Dong.

Setelah Lin Ken dan Lin Xiao bertukar sapa, Lin Ken membawa Lin Xia kembali ke masing-masing kersinya. Segera, kerumunan tersebut akhirnya tenang dan kembali ke kursi masing-masing, kemudian suara bising di ruangan latihan perlahan menghilang.

Setiap orang melihat saksama pada kepala keluarga, Lin Zhentian.

Kompetisi keluarga Lin resmi dimulai!