webnovel

13. Terjebak Di Dalam Lift

Tanpa merasa bersalah sama sekali, Alina membereskan kotak makan. Dan menyuruh Bakri yang masih menunggu di luar untuk mengambil segelas air.

"Ini Bu!"

Bakri menyerahkan segelas air putih padanya.

"Em!"

Alina mengambil gelas tersebut dan sama sekali tidak mengatakan terimakasih atas Bakri yang sudah membawakan nya air.

Bakri tidak terlalu mempedulikan nya. Ia segera keluar lagi, menutup pintu dan memberi privasi sepenuhnya untuk dua orang itu. Tepat ketika ponselnya berdering, ia mengambil beberapa langkah menjauh untuk menjawab panggilan.

"Iya?"

"Baik, kalau begitu saya akan segera ke sana"

Karena ada keperluan, Bakri pun pergi meninggalkan tempat itu.

Alina yang melihat Zayyad sudah keluar dari kamar kecil masih tak sanggup menyembunyikan senyum di wajahnya.

Zayyad terus memalingkan muka darinya. Wajahnya sama sekali tidak terlihat baik.

"Ini minumlah!"

Alina dengan murah hati meletakkan gelas air di atas meja untuk Zayyad minum.

Zayyad langsung mengambil nya dan menenggaknya sampai habis.

"Sepertinya CEO perusahaan besar ini sama sekali tidak tau kalau minum sambil berdiri itu tidak baik untuk kesehatan"

Zayyad hanya meletakkan gelas itu di meja, sama sekali tidak menggubrisnya.

"Padahal di dalam hadits saja sudah di jelaskan tentang larangan minum sambil berdiri, tapi sepertinya CEO seperti anda mana tau hal seperti itu"

Zayyad hanya diam. Membiarkan saja gadis itu berbicara tanpa harus merespon nya.

Diperlakukan seperti itu membuat Alina kesal. Padahal ia mengatakan semua itu untuk mencemoohnya. Tapi apa daya? Zayyad sama sekali tidak peduli.

Zayyad bergegas duduk di meja kerjanya, kembali berkutat dengan dokumen-dokumen yang harus ia tinjau. Sedangkan Alina seperti tidak berniat meninggalkan tempat itu segera. Ia perlahan mulai mengitari ruangan kerja Zayyad yang besar.

Ada rak buku besar dalam ruangan, yang di penuhi dengan jejeran buku tentang bisnis. Sepertinya pria itu sangat senang membaca, bahkan di kamar miliknya pun ada satu rak khusus untuk menampung buku-buku. Padahal vila besar itu sudah memiliki pustaka kecil di dalamnya.

Setelah bosan melihat-lihat buku di rak, Alina melihat ada satu pintu di sudut ruangan. Sepertinya itu bukan pintu toilet yang Zayyad gunakan tadi. Di dera penasaran, Alina tak sungkan mendatangi pintu itu dan membukanya.

"Wah, bahkan kau punya kamar sebesar ini di ruang kerja mu"

Kamar itu mungkin tidak sebesar kamar yang ada di vila. Tapi dibandingkan kamar Alina yang di rumah neneknya, jelas itu jauh lebih besar. Didalamnya ada ranjang yang terlihat nyaman serta lemari pakaian.

"Kau tidak berniat pulang?" Zayyad tak mengira wanita itu masih belum pergi.

"Kenapa? Kau merasa terganggu dengan kehadiran ku disini" Gerutu Alina tak senang.

"Aku tak nyaman" Zayyad membalikkan halaman dokumen di tangannya. Matanya sama sekali tidak melirik sedikit pun pada Alina.

"Jahat!" Cibir Alina. Ia pun berjalan kearah meja kerja Zayyad.

"Bagaimana pun kau tidak boleh seperti itu pada istrimu!" Bisik Alina sangat halus, di ambang telinga Zayyad.

Merasakan hembusan nafas hangat yang mebdera belahan pipi serta daun telinga kanannya. Zayyad terkesiap. Kala ia menoleh, bola matanya nyaris hampir melompat keluar menemukan jarak wajah Alina yang begitu dekat dengannya.

"Kau-" Refleks ia menolak kursi rodanya kebelakang, menjauhi jaraknya dengan wanita itu.

'Sejak kapan wanita itu disana? 'Batin Zayyad yang di dera kekacauan.

"Hi..hi.." Alina tertawa kecil. Rasanya sangat menyenangkan menggoda pria itu.

"Alina" Zayyad terdengar sangat serius.

"Hem?" Tapi Alina terdengar bermain-main.

"Kau tidak melakukannya dengan sengaja kan?"

Alina menatap beberapa saat kearah Zayyad. Ia dapat melihat dada bidangnya yang masih berombak seiring nafasnya yang naik-turun tidak stabil, jari-jemarinya yang bergerak tak karuan serta bola mata coklatnya yang bergetar. 'Aku tak mengira, ia akan setakut itu!'

"Ya, aku sengaja!" Alina mengakuinya dengan jujur. "Sebenarnya kenapa kau sampai setakut ini pada wanita?" Tanya Alina penasaran. "Apakah karena trauma masa lalu? Seburuk apa itu sampai kau gynophobic seperti ini"

"Aku harap kau tidak membuat lelucon yang tidak menyenangkan seperti ini lagi" Jelas Zayyad sama sekali tidak berniat untuk menjawab rasa penasaran Alina.

"Aku tidak bisa"

Kening Zayyad berkerut, matanya mendelik penuh tanda tanya pada Alina.

"Karena aku menyukainya"

Sesaat Zayyad kehilangan kata-katanya. Mungkin benar wanita itu seorang misandris. Jika tidak, kenapa hal seperti ini menyenangkan baginya?

"Kau pulang lah! Jika terus si sini, aku tidak bisa fokus bekerja"

Alina tidak akan mengira respon Zayyad setenang itu. Bukankah seharusnya pria itu marah atau paling tidak mempertanyakan alasannya kenapa melakukannya hal seperti itu? Itu adalah hal yang paling normal di lakukan jika seseorang berada di situasi seperti tadi.

Alina memperhatikan wajah Zayyad seksama. Bahkan wajahnya sama sekali tidak terlihat kesal. Itu kosong, tak tersentuh emosi dan minim eskpresi. Jika awal pertemuan pertama dulu, Alina mengira itu adalah wajah dingin pria itu. Tapi sekarang ia tidak lagi berpikir demikian.

Itu adalah wajah yang kekurangan sentuhan emosi.

"Jarak lantai 50 ke lantai 1 terasa sangat lama bagiku"

"Itu sudah cepat dibandingkan kau menggunakan tangga darurat"

"Aku claustrophobic!"

Zayyad terdiam. Menatap kearah Alina, ia mencoba mencari tau apakah wanita itu berbohong?

"Rasanya aku hampir mati tadi di lift saat menuju ke mari" Tutur Alina yang tidak sepenuhnya bohong.

"Kalau begitu tidak ada cara lain, gunakan tangga darurat"

"Kau serius? Ini lantai 50!"

"Lalu harus bagaimana lagi?"

Kali ini bibir merah Alina mengembang penuh senyuman. "Kau temani aku turun!"

Zayyad memasang tampang melongo! Wanita ini meminta nya untuk menemaninya turun?

"Setidaknya aku tidak akan begitu takut jika ada seseorang di samping ku"

"Baik, tapi dengan syarat-"

"Apa itu?"

"Jaga jarak mu satu langkah dari ku dan jangan menyentuh"

"Sepertinya tidak bisa!" Keluh Alina.

Zayyad meremas jari-jemarinya, apa wanita ini melakukan nya dengan sengaja lagi?

"Jika aku ketakutan nanti, aku pasti akan menyentuh mu"

"Huft!"

"Jika kau tidak mau, tidak masalah! Aku akan tinggal di perusahaan mu, kamar itu terlihat nyaman"

"Baiklah, aku akan menemani mu turun!"

Dengan pasrah Zayyad bangun, menutup dokumen di tangannya, ia meletakkan nya dengan rapi di atas meja. Detik itu Alina sudah tersentuh penuh kemenangan. Tidak tau Zayyad melakukan ini karena peduli padanya atau karena merasa tidak nyaman ia terus berada di sana. Tapi ia tau satu hal, tidak sulit mengelabui pria itu!

Mereka pun meninggalkan ruangan dan berjalan kearah lift.

Ting! Pintu lift terbuka, keduanya masuk.

Tentu itu adalah lift yang berbeda yang di gunakan Alina sebelumnya. Sepertinya itu lift yang di khususkan untuk CEO perusahaan.

Zayyad menekan tombol lantai yang mereka tuju. Lift pun perlahan bergerak turun. Awalnya Alina ingin terus mengacau pria itu, tapi niat terhenti.

Tak! Lampu di dalam lift mati.

"Kenapa lampu nya tiba-tiba mati?" Alina menemukan lengan Zayyad dalam gelapnya ruang sempit itu.

Mungkin karena lampunya mati, sentuhan Alina tidak terlalu mengejutkan Zayyad. Karena ia seperti tidak melihat wanita itu karena semuanya gelap. "

Lalu tak berapa lama kemudian, lift berhenti bergerak. "Ini kenapa lift nya tidak bekerja?"

Zayyad dapat menangkap suara ketakutan Alina. Sepertinya wanita itu sangat panik sekarang.

"Sepertinya ada pemadaman listrik!"

"Apa katamu? Lalu berapa lama kita akan di sini?" Alina mulai panik.

"Tenanglah! Ada generator listrik di perusahaan, jadi kau jangan panik dulu!"

Sekarang di hadapkan dengan situasi tersebut, Alina langsung terlupa dengan tujuan nya yang ingin menggoda Zayyad. Sedangkan Zayyad berpikir itu aneh. Jarang sekali terjadi pemadaman listrik di perusahaan. Ia mengira ada hal yang tidak benar terjadi. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang, jika ia terlihat panik. Itu akan lebih merisaukan wanita itu.

Beberapa menit berlalu Alina masih mampu mentolerir situasi itu. Ia masih dapat menghadapi nya dengan tenang walau sedikit gugup. Mungkin keberadaan seseorang di dekatnya, membuat nya tidak terlalu takut.

Tapi tidak setelah, pikirannya yang perlahan mulai terisi dengan salah satu mimpi buruk masa lalunya.

"Ayah..huwaa...aku tidak ingin melanjutkan permainan ini lagi"

"Ku bilang jangan menangis, diam!" Pekik pria dewasa itu kasar.

"Huwaa...ayah ini sakit!"

Ctar..tar..

Cambuk pun melayang diatas punggung telanjang gadis kecil lima tahun yang terus menangis.

"Ini karena kau tidak mau menuruti perintah ayah!"

"Huwaa.." Gadis kecil itu semakin keras menangis, saat merasakan kulit punggungnya terkoyak.

Tar..tar...

Cambuk kembali di layangkan di punggungnya yang sudah sobek dan berdarah.

"Masih tidak diam, huh?" Mata pria itu menatap nyalang, sama sekali tidak berbelas kasih.

"Huwaaa...ini sakit ayah..sa-kit..hiks!"

"Sepertinya aku tau cara yang akan membuat mu berhenti menangis"

Tubuh gadis kecil itu terus di seret kasar kedalam lemari tua yang ada di dalam gudang. Di paksa masuk ke sana, pria dewasa itu mengurung nya di dalam.

"Tidak ayah jangaaaan" Gadis kecil itu terus meronta-ronta di dalam lemari. Menjerit dan meminta di keluarkan.

"Ayah ku mohon keluar kan aku dari sini"

"Aku berjanji tidak akan menangis lagi, hiks"

"Ayah.. buka...."

"Ayah.."

"Ayah.."

Zayyad merasakan ada perubahan dari tubuh Alina. Semula gadis itu berdiri tegak, tapi sekarang tubuh itu hampir sepenuhnya jatuh kearahnya. Refleks Zayyad menangkap nya.

Aroma mawar yang pekat, menyeruak kedalam hidungnya.

"Ugh!" Sial! Dia mulai bereaksi lagi.

"Alina" Zayyad menemukan belahan wajah wanita itu, terus menepuk pipinya berkali-kali.

"Hah..hah.."

Ia mulai mendengar deru nafas Alina yang tersendat-sendat. Seperti seseorang yang kehabisan oksigen.

"Alina, kau kenapa?- ugh!" Sial! Apa yang harus ia lakukan di situasi seperti ini? Ia sudah tidak mampu menahannya lagi. Aroma feminim di tangannya saat ini, membuat nya mual merasa ingin muntah.

"Hah..hah.."

Dan tak berapa lama kemudian, kepala Alina terkulai jatuh.

Wanita ini pingsan?

___