webnovel

1. Dijemput Oleh Pria Asing

Matahari terasa sangat membakar. Cahayanya yang menyilaukan, menembus kaca jendela tepat di sebuah kelas yang berada di lantai dua gedung sekolah. Hawa panas pun memenuhi ruangan itu, dengan sedikit penyejuk dari kipas angin gantung sederhana di langit-langit. Walau sedikit tidak memuaskan, tapi cukup membantu di cuaca panas seperti ini.

Seorang wanita yang mengenakan tunik polos coklat susu selutut dengan terusan celana longgar panjang putih berpadu pashmina abu-abu yang membalut wajah tirusnya. Berdiri di depan papan tulis, menerangkan materi pelajaran pada para murid di kelas dengan sangat serius. Mereka semua adalah siswi, lebih tepatnya para pelajar perempuan. Itu karena tempat wanita itu mengajar adalah sebuah pondok pesantren sederhana yang dikhususkan untuk santriwati.

Kring..kring..

Bel berdering nyaring.

"Baik, kita sudahi materi kita sampai disini. Kalian boleh istirahat"

Para santriwati pun, satu persatu mulai meninggalkan kelas. Wanita itu pun bergegas membereskan beberapa buku materi mengajarnya dengan rapi ditangan, lalu berjalan meninggalkan kelas yang bewarna putih polos.

"Alina!"

Seseorang datang menepuk pundaknya dari belakang. Dan itu adalah nama dari wanita itu...

Alina. Hanya Alina.

Merasa sedikit terkejut, Alina menghela nafas sambil menoleh pada wanita yang baru saja menghampirinya, "Maya kau mengagetkan ku!"

Alina sengaja melangkah lebih dekat, pergi menyenggol bahu wanita yang baru saja mengagetkannya. Maya hanya tertawa kecil sebagai balasan.

Maya adalah teman masa kuliah Alina. Sahabat— yang sudah seperti keluarganya sendiri. Keduanya sama-sama berkerudung. Hanya saja Maya jauh lebih relijius dan feminim.

Maya selalu dengan gamis yang membuatnya selalu tampil anggun dalam lilitan kerudung yang sempurna hingga menutupi dada. Lain halnya dengan Alina yang tampil modis dalam berbagai macam bentuk lilitan hijab dan pakaiannya yang selalu tampak fashionable.

Sekolah tempat mereka mengajar adalah sebuah pondok pesantren sederhana yang terletak di kota Z. Sekolah itu hanya di khususkan untuk perempuan.

Alina mendapatkan saran untuk bekerja di sana oleh Maya yang memperkenalkannya pada tempat itu. Maya tau tentang dirinya yang sangat membenci pria dan betapa ia menjauhi lingkaran yang ada jenis kelamin tersebut didalamnya.

Meski penghasilannya tidak terlalu memadai seperti di sekolah elit. Selama tidak terhubung dengan pria, itu sudah jauh lebih cukup.

Mereka pun kini melangkah ke ruang guru untuk meletakkan buku-buku di yang mereka bawa tadi selepas mengajar. Setelahnya mereka berjalan ke kantin yang sama dengan anak-anak. Mengambil sudut tempat yang kosong, Alina duduk.

Sedangkan Maya pergi memesan pesanan mereka. Sebagai teman akrab, Maya sudah menghafal apa yang di sukai Alina. Jadi ia dapat memesan tanpa harus bertanya lagi.

"Cuaca panas seperti ini sangat membuat gerah!" Keluh Alina. Ia mengibas-ngibaskan tangannya di sekitar wajahnya yang sudah muncul beberapa titik keringat.

Alina juga dapat merasakan lehernya yang tertutup balutan hijab sudah basah oleh keringat.

"Tepat sekali!" Maya datang membawa nampan pesanan mereka di atas meja. Ia meletakkan segelas jus jeruk dingin kepada Alina dan teh dingin untuk dirinya. "Minuman dingin sangat membantu untuk situasi seperti ini" Maya meletakkan jus jeruk dingin ke sisi Alina.

Alina bergegas menarik gelas lebih dekat, menarik sedotan ke mulutnya, ia menyeruput minumannya. "Ahh.." Dan dingin es dan segarnya jus jeruk, membuat rasa gerahnya sedikit berkurang. "Sekarang jauh lebih baik" Tukasnya. Tersenyum puas.

Lalu ia mengaduk sedotan di gelas, membuat keributan kecil dari es yang saling bertubrukan. "Aku sepertinya harus mengambil cuti beberapa hari untuk kembali ke kota Y"

"Kenapa?"

"Nenek ku jatuh sakit, Ia mengabari ku semalam. Tentunya aku harus pulang untuk melihat"

Kota Y adalah tempat Alina berasal. Tidak seperti Maya yang memang berasal dari kota Z. Hanya saja ia melanjutkan studi perguruan tinggi nya di kota Y. Karena itulah mereka berjumpa.

Kota Y dengan Z sangat jauh berbeda.

Kota Y merupakan kota metropolitan yang sudah sangat berkembang pesat dan jauh lebih maju. Tidak seperti kota Z yang masih sangat kurang dalam segi kemajuannya.

"Kalau begitu pulang lah! Kirim salam ku untuk nenek mu" Tukas Maya yang tentu saja mengenali neneknya Alina. Semasa kuliah dulu, ia sering mendatangi kediaman Alina yang merupakan rumah neneknya.

Ketika waktu istirahat selesai.

Alina dan Maya kembali bersiap untuk mengajar di kelas selanjutnya.

Alina hanya memiliki satu kelas yang tersisa untuk hari itu. Setelahnya ia dapat mengurus cutinya untuk kembali ke kota Y.

___

"Iya nenek! Aku sedang dalam perjalanan pulang"

"Em!"

"Assalamu'alaikum"

Dan Alina menutup teleponnya. Karena gajinya terbilang cukup kecil, untuk menghemat pengeluaran, Alina mengambil jalur transportasi darat. Yaitu dengan menaiki kereta api. Jika menggunakan transportasi udara hanya menghabiskan waktu satu jam perjalanan. Karena ia menggunakan jalur darat, tentu jauh lebih lama dari itu.

Karena itu bukan hari libur. Kereta api jauh lebih sepi. Membuat Alina jauh lebih nyaman didalamnya. Ia duduk seorang diri dengan kepala di miringkan, bersandar ke kaca jendela.

Ia dapat melihat pandangan pepohonan hijau yang masih terlihat asri perlahan-lahan terlewati begitu saja. Merasakan kecepatan laju kereta api juga waktu yang tanpa sadar—ia sudah sampai di kota Y.

Hari sudah malam. Alina tidak membawa banyak barang karena ia menyimpan beberapa pakaian di rumah neneknya. Bersama tas tangannya ia keluar dari pemberhentian stasiun kereta api menuju ke jalan luar untuk mencari taksi.

Pada saat itu ponselnya berdering dan itu adalah panggilan dari neneknya lagi.

"Assalamu'alaikum nek..."

"Iya Alhamdulillah Alina sudah sampai"

"Apa?"

"Nenek mengirimkan seseorang menjemput ku?"

"Em! Baiklah"

"Wa'alaikumsalam"

Memandangi ponselnya beberapa detik. Alina tenggelam dalam pikirannya.

Kenapa nenek mengutus seseorang untuk menjemput ku?

Apakah karena nenek mengkhawatirkan ku?

Menyadari hal itu, Alina merasa sangat tersentuh. Tentu saja wanita tua itu mengkhawatirkannya. Apalagi sekarang sudah malam hari dan terlalu tidak aman untuk seorang wanita berjalan seorang diri.

Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depannya. Setelah Alina perhatikan, itu adalah Rolls-Royce hitam yang tampak luar biasa setelah dilihat lebih dekat. Seorang pria berjas hitam keluar dari pintu pengemudi. Datang berjalan kearahnya.

Pria itu menggunakan kacamata hitam yang sedikit mencolok. Warna kulit nya yang putih bersih sedikit bersinar di bawah penerangan lampu jalan. Ada earphone bluetooth disalah satu telinganya. Berdiri di hadapannya, ia lalu membungkuk sopan. Menyapa.

"Maaf, apakah anda nona Alina?"

Mengernyitkan dahinya, Alina memberi tatapan tak suka terhadap pria asing di depannya.

Pria ini mengetahui namanya?

Seakan menangkap jelas ketidaknyamanannya. Pria itu langsung berterus terang. "Kami adalah orang yang akan menjemput anda"

Alina terdiam sejenak.

Jadi neneknya mengirimkan seorang pria asing ini untuk menjemputnya. Tapi kenapa harus pria? Bukankah neneknya tau, betapa ia membenci— setiap kali berada di sekitar mereka.

"Sekarang nenek anda sedang di rawat inap di rumah sakit. Kami akan mengantarkan anda ke sana"

Mendengar kata rumah sakit, Alina menjadi panik. Mengeluarkan ponselnya, ia langsung menghubungi neneknya untuk kejelasan.

"Assalamu'alaikum nek!"

"Kenapa nenek tidak mengatakan kalau nenek sedang di rawat di rumah sakit sekarang"

"Jadi, pria asing ini orang yang kau kirim untuk menjemput ku?"

Melihat kepada tampilan dan mobil pria itu. Alina tau pasti pria itu memiliki latar belakang keluarga kaya. Tapi keluarga biasa seperti mereka bagaimana mungkin memiliki hubungan dengan pihak seperti itu.

"Nenek bisa kau katakan siapa nama pria yang menjemput ku?"

"..."

"Assalamu'alaikum"

Panggilan pun berakhir.

Alina mengangkat wajahnya dengan acuh tak acuh terhadap pria asing di depannya.

"Siapa nama anda?" Alina bertanya untuk memastikan.

Sebenarnya ia sangat ingin menolak untuk di jemput oleh seorang pria. Hanya saja ini adalah kebaikan neneknya yang sudah mengirim seseorang untuk menjemputnya.

Bagaimana bisa ia menolak kebaikan wanita tua itu?

"Saya Bakri nona!"

Itu bukanlah nama yang di sebut neneknya. Sepasang matanya menyipit, menatap tajam kearah pria asing itu.

Merasakan tatapan intens dari wanita di hadapannya. Pria itu sedikit canggung dan berdeham. "Itu tuan saya, Zayyad didalam sudah lama menunggu. Apa kita bisa pergi sekarang nona?"

"Zayyad?"

Itu adalah nama yang di sebut neneknya.

"Iya nona!" Jawabnya sangat sopan.

Jadi pria asing di depannya ini tidak seorang diri. Ada orang lain didalam mobil?

"Nona?" Pria asing itu masih menunggunya bergegas.

"Em!"

Alina langsung mengambil langkah kedepan untuk melewati pria itu. Meraih gagang pintu mobil belakang. Alina tanpa merasa segan, sudah bersiap untuk menarik gagang pintu dan masuk.

"Nona sebentar!"

Pria asing itu menahannya.

"Tuan Zayyad menyukai keluasan. Harap nona mengerti dan bermurah hati untuk duduk di depan"

Alina terdiam sejenak. Perlahan ia menganggukkan kepalanya. Masih mengacuhkan pria asing itu. Ia membuka pintu depan dan duduk.

Dan mobil Roll Royce hitam itupun melesat cepat di keramaian kota malam menuju kerumah sakit.

___