Saat pertama kali aku melihatnya, aku langsung jatuh hati padanya. Istilahnya .... Hitomebore, ya... Cinta pandangan pertama.
Karenanya, aku bisa langsung melupakan mantan kekasihku, Maeda Naomi yang juga bibi temannya, Maeda Suto.
Awalnya, dia memanggil sensei padaku karena aku gurunya, lalu Suto mengajaknya memanggilku Ji-san, aku tidak keberatan.
Lalu, kini Nii-san. Dan sebentar lagi, akan kupastikan dia memanggil namaku saja dengan akhiran -kun.
"Daftar belanjaan yang akan Kenkyo bawa pulang ke Jepang," jawabnya, membuyarkan lamunanku.
Haaah! Aku lupa kalau dia kembaran ibuku. Dan kurasa semua perempuan memang 'shopholic'!
"Besok, kita jadi jalan-jalan kan? Aku mau membelikan okaa-san dan Ryousuke oji-san oleh-oleh."
Yang dimaksud olehnya adalah ibuku dan ayahku. Dia memanggil ibu pada ibuku, dan masih memanggil paman pada ayahku.
"Outou-san," kataku.
Dia bingung, "Jangan panggil chichi dengan oji-san, tapi outou-san. Chichi juga ayahmu, 'kan?" lanjutku.
Dia tersenyum menampilkan deretan giginya.
"HA'I SENSEI!" serunya.
"Shinsuke," ucapku datar.
Lagi-lagi dia kebingungan. Kami-sama! Berapa IQ-nya sebenarnya? Aku menepuk ranjang, menyuruhnya mendekat. Dan memang dasarnya dia penurut, tanpa banyak bertanya dia menghampiriku.
Duduk di sisi kananku.
"Mulai sekarang, kamu haru memanggilku Shinsuke saja!" Aku menerangkan hal yang membuatnya bingung tadi.
"Tapi ...."
"Jangan membantah!" potongku cepat.
Dia mengangguk perlahan.
"Ha'i Shinsuke nii... eh maksudku Shinsuke-kun."
Aku menyeringai.
Dia menundukkan kepalanya, mungkin dia malu.
Aku mengangkat dagunya, mempertemukan dua bola mata kami. Dia menatapku bingung.
Aku mengelus pipi kanannya, ibu jariku kusapukan pada bibirnya.
Aku sedikit menunduk untuk meraih bibirnya dengan bibirku. Ku kecup sekilas. Dia tampak terkejut, bahkan aku bisa mendengar detak jantungnya Kenkyo..
Aku mempersempit jarak kami. Dia masih tampak terkejut dengan perlakuanku. Bahkan ia menahan napasnya.
"Bernapas, Kenkyo!" ucapku tepat di daun telinganya.
Kukulum daun telinganya, kurasakan badannya bergetar saat kulakukan itu.
Tanganku membuka kancing piyamanya satu demi satu.
"Nii-san ...." suaranya bergetar
"Sebut namaku, Kenkyo."
Dia tak merespon, hanya napasnya yang memburu lah yang dapat ku dengar.
Kudaratkan kecupanku di bawah telinganya, membuatnya menggeliat tak nyaman. Kemudian tengkuknya, dan lehernya, membuatnya sedikit mendesah.
Beberapa kali ku ulangi kegiatan itu, membuat tanda merah di sekitar bagian tubuh area lehernya.
Kurebahkan tubuhnya diatas ranjang setelah pakaian atasnya ku tanggalkan. Aku menatap matanya yang sayu. Kukecup keningnya, lalu turun ke hidungnya, kemudian kedua pipinya. Kuulangi lagi menciumi seluruh permukaan wajahnya. Bibirnya kukecup, kulumat, kuhisap dan kugigit agar lidahku dapat menyeruak ke dalam mulutnya. Kuinvasi seluruh tubuhnya malam ini.
Malam ini aku mengubah status gadisnya menjadi wanita. Malam ini, sisi hitamku menyuruhku untuk membuktikan kegadisannya dengan melakukan hubungan itu.
Malam ini dapat dengan jelas ku lihat airmatanya mengalir saat menerimaku dalam dirinya. Malam ini untuk pertama kalinya ku dengar desahan dan erangannya yang menyebutkan namaku karena keegoisanku.