webnovel

Botol Dot

Vera akhirnya dibawa pulang, duduk di kursi roda yang didorong oleh Elio. Mata Vera yang kosong melirik sekeliling dengan rasa ingin tahu seperti bayi yang baru pertama kali melihat dunia. Tangannya bergerak-gerak tanpa tujuan, dan kakinya menendang-nendang ringan.Elio, dengan sabar dan penuh kasih sayang, mendorong kursi roda Vera masuk ke dalam rumah."Selamat datang di rumah kita kembali, sayang." Bisik Elio lembut, berharap kata-katanya bisa memberi sedikit ketenangan bagi Vera.Emma mengikuti di belakang mereka, membawa tas yang berisi perlengkapan Vera.Mereka bergerak perlahan menuju kamar, memastikan setiap langkah diambil dengan hati-hati.Elio dan Emma bekerja sama untuk memindahkan Vera dari kursi roda ke ranjang dengan lembut.Setelah Vera dibaringkan, Elio memperhatikan wajahnya. Mulut Vera terbuka sedikit, menunjukkan tanda-tanda haus."Emma, bisa kamu ambilkan segelas air, tolong?"Pinta Elio dengan nada tenang."Baik, Tuan." Jawab Emma cepat, kemudian bergegas ke dapur untuk mengambil segelas air.Elio duduk di tepi ranjang, menatap Vera dengan penuh cinta dan kekhawatiran."Vera, kamu pasti lelah. Kita akan merawatmu dengan baik, jangan khawatir." Ujar Elio lembut sambil membelai rambut istrinya.Tak lama kemudian, Emma kembali dengan segelas air di tangannya. "Ini airnya, Tuan."Katanya, menyerahkan gelas tersebut kepada Elio.Elio mengambil gelas itu dan dengan hati-hati mendekatkannya ke mulut Vera."Ayo sayang, minum sedikit." Kata Elio sambil memiringkan gelas perlahan.Namun, ketika air menyentuh bibir Vera, ia tidak tahu bagaimana cara menelannya. Air itu malah tumpah dan mengalir keluar dari sudut mulutnya, membasahi pipinya.Elio menarik gelas itu dan menatap Emma dengan cemas. "Sepertinya dia tidak bisa minum dari gelas."Emma mengangguk, berpikir cepat. "Tentu saja Tuan. Bukankah sudah dikatakan Dokter Milena berulang kali. Nyonya Vera kini seperti bayi yang baru lahir. Mungkin kita bisa mencoba menggunakan botol bayi, Tuan. Dia mungkin lebih mudah minum dari dot.""Apa? Dengan botol dot? Tidak! Aku tidak ingin melihat Vera diperlakukan seperti itu." Elio sempat tidak menerima ide dari Emma, merasa itu akan mempermalukan istrinya."Tak ada pilihan lain, Tuan. Nyonya Vera tentu tak bisa makan dan minum seperti kita. Kita sekarang harus merawat Nyonya Vera seperti merawat bayi yang baru lahir." Jelas Emma dengan tegas namun lembut.Elio berpikir sejenak, merenungkan situasi yang mereka hadapi. Akhirnya, dengan berat hati, ia menyetujui. "Baiklah, Emma. Ide bagus. Bisa kamu siapkan satu botol?""Tentu, Tuan. Akan saya siapkan segera."Jawab Emma, lalu bergegas ke dapur untuk mencari botol bayi.***Saat di dapur, Emma hendak mencari botol dot yang dulu pernah digunakan untuk bayinya, Mia.Tiba-tiba Emma merasa payudaranya mulai nyeri kembali, tanda bahwa seharusnya ia sedang menyusui bayinya.Emma berusaha menahan rasa sakit yang melanda. Dengan tangan gemetar, Emma membuka lemari dan mengambil botol dot yang pernah digunakan untuk bayinya.Emma berbicara pada dirinya sendiri dengan suara nyaris tak terdengar, "Ternyata begini rasanya memiliki Asi yang melimpah tetapi tertahan di dalam tetekku, karena mencoba berhenti menyusui saat Asi masih sangat melimpah di dalam tetekku."Sambil mengisi botol dot dengan air putih, nyeri di payudaranya semakin menjadi. Dia merasakan sirkulasi Asi yang seharusnya dikeluarkan, tetapi ia menahan diri.Biasanya, Emma akan memerah Asi dengan alat perah untuk menghilangkan rasa nyeri, tetapi sekarang dia harus menghentikan produksi Asi-nya. Menahan nyeri adalah satu-satunya cara untuk menghentikan tubuhnya memproduksi Asi.Dengan penuh tekad, Emma menuangkan air putih ke dalam botol dot, menutupnya rapat-rapat.Sekali lagi, rasa sakit itu menyerang. Ia terdiam sejenak, menahan napas dan rasa sakit yang menusuk."Ya ampun, sakitnya tetekku. Aku harus bisa menahan nyeri ini." Kata Emma dengan tegas, memotivasi diri sendiri.Setelah selesai, dengan langkah berat dan rasa sakit yang menekan, Emma membawa botol dot itu kembali ke kamar.***Setelah Emma kembali ke kamar membawa botol dot berisi air putih, ia melihat Elio duduk di samping Vera yang terbaring di ranjang dengan tatapan mata kosong, seperti bayi yang tak mengerti apa-apa.Elio menerima botol dot tersebut dari Emma dan mencoba memberikannya kepada Vera."Vera, sayang, coba minum ini." Ucap Elio lembut, menyodorkan botol dot ke mulut istrinya.Namun, Vera malah menolak dengan menggelengkan kepala pelan dan menutup mulutnya rapat-rapat, seperti bayi yang menolak saat diberi minum. Elio mencoba lagi, tetapi Vera tetap menolaknya."Sepertinya dia tidak suka air putih ini." Kata Elio dengan nada putus asa.Emma mendekat untuk membantu. "Mungkin dia belum terbiasa, Tuan. Kita harus bersabar dan mencoba beberapa kali sampai dia terbiasa."Saat mereka berdua akan mencoba lagi, tiba-tiba tercium bau pesing yang sangat menyengat. Elio menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan bau tersebut."Apa ini? Bau...?" Elio bertanya, matanya menyipit.Emma mendekati Vera dan melihat bahwa ranjang sudah basah oleh air kencing. "Nyonya Vera mengompol, Tuan."Elio tampak jijik dan bingung harus berbuat apa. "Emma, tolong bersihkan ini segera. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Bau sekali..!!"Emma mengangguk dan segera mencari perlengkapan untuk membersihkan. "Baik, Tuan. Saya akan membersihkannya sekarang.""Cepat Emma...!!" Pinta Elio sambil menutup hidung dengan tangannya."Baik, Tuan." Emma mengangguk sambil tetap mencari perlengkapan untuk membersihkan. "Tapi sebaiknya Tuan segera membeli popok dewasa untuk Nyonya Vera. Ini pasti terjadi lagi, dan kita harus siap."Elio menghela napas, merasa berat dengan situasi ini. "Baiklah, aku akan segera pergi membelinya. Kamu bisa menangani ini?"Emma tersenyum tipis, mencoba memberikan sedikit ketenangan pada Elio. "Tentu, Tuan. Saya akan mengurusnya."Sementara Elio bergegas keluar rumah untuk membeli popok dewasa, Emma mulai membersihkan ranjang.Emma mengangkat dan menggendong tubuh Vera dengan hati-hati. Tubuh Emma yang gemuk dan berisi, serta lebih besar daripada Vera yang kurus dan lebih pendek, memudahkan Emma untuk mengangkat Vera dan membaringkannya di lantai yang telah dialasi karpet dan bantal."Entah mengapa saat aku menggendongmu, aku jadi seperti menggendong bayiku, Nyonya Vera."Kata Emma sambil menepuk lembut kepala Vera, merasa empati mendalam terhadap kondisi majikannya.Setelah memastikan Vera berbaring nyaman di lantai yang sudah dialasi karpet dan bantal, Emma mulai membersihkan ranjang yang basah oleh ompol Vera.Dia melepas sprei yang kotor dan membersihkan setiap sudut kasur dengan teliti.Sesekali, dia melirik ke arah Vera yang berbaring dengan gerakan-gerakan kecil seperti bayi sungguhan, menggeliat dan menggerakkan tangannya tanpa arah."Sungguh, kau memang nampak seperti bayi sungguhan, Nyonya Vera." Gumam Emma pada dirinya sendiri sambil menarik napas dalam-dalam, sambil tersenyum kecil.Vera melirik ke arah Emma dengan tatapan kosong."Mam..."Gumaman lembut terdengar dari bibirnya, tetapi tidak ada ekspresi pengertian di wajahnya.Emma menghentikan pekerjaannya sejenak dan mendekati Vera."Tenang, Nyonya. Saya akan segera selesai membersihkannya." Kata Emma dengan lembut, menepuk-nepuk tangan Vera yang menggenggam udara kosong.Vera terus menggerakkan tangan dan kakinya seperti bayi yang baru belajar mengendalikan tubuhnya. Matanya yang kosong dan bingung, membuat hati Emma menjadi simpati dan tanpa disadari mulai membangkitkan sifat keibuannya.