webnovel

Ibu Pengganti

Pada usia 18 tahun, Aerina terpaksa menandarangani sebuah surat perjanjian. Isi perjanjian dari surat perjanjian itu adalah, perjanjian baginya menjadi seorang 'ibu pengganti' bagi seorang lelaki kaya. Sesuai dengan isi perjanjian, setelah ia mengandung dan melahirkan putra dari pihak A, dia harus menyerahkan anaknya untuk dibesarkan oleh pihak A, lalu menghilang dari kehidupan putranya. Tapi .... bagaimana jika ia bertemu lelaki dari pihak A setelah enam tahun kemudian? Lelaki pertama dan satu-satunya yang dia miliki sampai saat ini. Lelaki yang dingin, mendominasi, arogan dan sombong dengan sejuta pesona, dengan wajahnya yang terpahat bak patung manusia tertampan di dunia.

Xie_NaYa ¡ Urban
Not enough ratings
15 Chs

15. Bertemu

"Kamu adalah..."

Suara kecil itu membuat Riri menoleh. Disana, dia melihat seorang lelaki kecil dengan rentang usia yang dia perkirakan seumuran dengannya berdiri dengan ke dua tangan di dalam saku kanan-kiri celana.

Lelaki kecil itu terlihat mseusianya. lam balutan kaos hitam dan celana hitam yang dipadukan secara menakjubkan dengan wajah tampannya yang datar. Selain itu, wajah lelaki itu satu atau dua poin mirip dengannya.

"Kamu..." Riri membeo, tertegun saat dia menatap lelaki kecil di hadapannya. Itu entah kenapa membuatnya meresa---

Bercermin!

Sementara Riri masih bertegun dengan pemandangan di hadapannya, Zizi cenderung berkepala dingin saat dia meneliti lelaki kecil yang memiliki penampilan mirip dengannya dari atas ke bawah, "siapa namamu?"

"Rian," Riri tanpa sadar menjawab, masih terhanyut dalam pikirannya.

"Oh, lalu dengan siapa kamu disini?"

"Ibuku."

Kening Zizi memiliki kerutan saat dia mendengar jawaban lelaki kecil di hadapannya. Mata bulatnya menatap Riri dengan jejak kerumitan.

"Lalu, dimana ayahmu?"

"Dia--- hei! Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?" Riri akhirnya bangun dari lamunannya dan menatap Zizi dengan cemberut.

Zizi menatao Riri, lalu menjawab dengan santai, "poin utamanya adalah kamu memiliki penampilan yang mirip denganku."

"Lalu apa? Itu hal yang wajar bagi orang-orang memiliki penampilan yang mirip satu sama lain." Meskipun dia juga memiliki keraguan tersendiri, tapi dia dengan tegas menolak pemikiran itu.

"Bodoh!"

Kerutan di dahi Zizi semakin mendalam saat dia melontarkan cibiran itu. Sejenak dia mulai berpikir---

---lelaki kecil ini, dia memiliki penampilan yang sama tampan denganku, tapi, sepertinya otaknya tidak sebaik aku...

"Siapa yang kamu maksud bodoh?" Riri menatap Zizi dengan aneh. Ya, bagaimana dia bisa 'biasa saja' ketika berhadapan dengan lelaki kecil yang mirip dengannya? Itu seperti kamu melihat dirimu sendiri dalam versi yang sedikit lebih tinggi!

"Tentu saja itu kamu."

"Aku tidak bodoh!"

"Lalu jika tidak, kenapa kamu tidak memiliki keraguan setelah melihat orang yang sangat mirip denganmu?" Zizi menatap Riri dengan pandangan menghina.

"Siapa yang mengatakan aku tidak meragukan itu?"

Zizi menghela napas, "kamu tadi bilang itu hal yang wajar ada orang yang mirip di dunia ini."

Dengan tatapan menghina, Riri membalas, "aku belum selesai berbicara. Maksudku adalah, itu hal yang wajar seseorang memiliki penampilan yang mirip dengannya, tapi, kamu terlalu mirip denganku jadi aku meragukan kalau aku dan kamu---"

"Mencari alasan!" Zizi memotong dengan tidak sabar.

"Beri aku rambutmu!"

"Untuk apa? Apa kamu bermaksud untuk---"

"Ya, dan jangan banyak bertanya!" Zizi menyela, lalu berjalan satu langkah mendekati Riri dan menarik rambutnya, "satu minggu kemudia temui aku disini!" Lalu berjalan meninggalkan Riri.

Sementara itu Riri menatap punggung lelaki kecil yang berjalan menjauh, hati kecilnya terasa sedikit rumit.

Jika itu benar, jika dia adalah saudara kembarnya, lalu kenapa Mummy tidak pernah memberitahunya?

Dengan itu Riri mendesah, berpikir, jika itu benar adanya mungkin akan lebih baik jika mereka tidak pernah bertemu atau mereka bertemu tapi hanya dengan sederhana berpikir seperti anak kecil lainnya.

Itu kebetulan.

Tapi---

Riri menghela napas.

Sayang sekali mereka terlalu pintar untuk memiliki pikiran naif seperti itu!

Sementara itu, setelah berjalan menjauh dari Riri, Zizi membuka tangan kecilnya yang terkepal. Di sana, beberapa helai rambut pendek berada.

"Apa dia benar-benar saudara kembarku? Lalu kenapa dia sepertinya memiliki ibu dan ayah yang berbeda denganku? Apa itu mungkin memiliki saudara kembar yang berlainan orang tua?" Zizi membantin. Yah, bagaimanapun dia masih anak-anak manusia normal dan hanya memiliki kecerdasan diatas rata-rata anak seusianya