webnovel

I was born to be a God

Aku sudah lelah bersaing menjadi Dewa di Awaland. Kini aku ingin menjadi manusia normal seperti kebanyakan orang lainnya setelah aku kembali ke dunia Nyata. Ya... Aku sudah pernah bersaing untuk menjadi Dewa di dunia lain. Dan itu melelahkan. Kau akan sadar betapa gilanya orang-orang yang terpilih untuk mengisi posisi Dewa. Dan ketika mengingatnya, itu Mengerikan. Jadi oke, masa kejayaanku sebagai Calon Dewa sudah berakhir, aku kalah, dan saatnya aku kembali ke Dunia Nyata. Tapi, aku merasa ini tidak akan berakhir secepat itu. Rasanya seperti... Aku dilahirkan kembali untuk menjadi Dewa di Dunia ini!

Mowly · Sci-fi
Not enough ratings
25 Chs

Dewa versus Dewa-Dewa

'Bajingan itu tadi bilang 'Ini tempat mereka berkumpul'... Sial! Nggak kusangka perbedaan kemampuan kami sejauh ini!'

Juan bergumam dalam hati, ia berusaha mengendalikan diri dan mengurangi gemetar ditubuhnya.

"Rasanya nggak seru jika kita menghabisinya disini, bagaimana kalo 1 lawan 1?"

Seorang manusia berkepala Jackal yang duduk santai a'la boss membuka salam kematian untuk Juan.

'Sebentar, Ketika mendengar nama Zahal, aku mengingat beberapa Kemampuan! Lalu ketika bertemu dan mengenal Tamasha, Rebella, Pierre, dan Snippy, pemahamanku tentang Kemampuan mendadak meningkat...'

Juan menunjukkan giginya, menggeram, berusaha mencari cara.

Sementara dihadapannya terlihat pemandangan kekanakan :

"Ayo kita putuskan dengan suit a'la 'manusia'! Hom-piiiiim-...."

'Tidak, bukan begitu cara kerjanya! Pada kejadian Snippy, aku kehilangan kontrol dan membiarkan seluruh emosiku mengendalikanku! Mungkin Kemampuan Dewa ini bisa mengatasi situasi sulit ketika aku terancam? Atau ketika muncul motivasi tertentu?'

Soraya dan Surya tampak puas melihat pemandangan itu : "Kita tak perlu ikut campur Snippy, kita lihat bagaimana Dewa bekerja!"

Wanita yang dominan itu membuat orang-orang disekitarnya patuh. Ratatta yang sejak awal merupakan rekrutmen baru mereka juga tak berkomentar apapun.

"Thor!!!"

Semua dewa bersungut, dengan serta merta mundur dan menjauh.

Thor mengayunkan tangan kanannya kebelakang, Juan sadar bahwa ini akan menjadi sangat berbahaya dan dia tak menemukan alasan untuk kabur sebelum membawa Tamasha keluar dari sana.

BLAARRRRRR!!!!

Seluruh dinding dan pintu depan hancur berserakan, tak terlihat sosok Juan terhantam ataupun terlempar.

'Aku ingat salah satu yang akan berguna...'

sepersekian detik sebelum ayunan Thor menghancurkan dinding dan pintu tadi rupanya Juan mengingat sesuatu.

Ia muncul di bawah Thor yang tingginya nyaris 1,5 kali lipatnya. Tinjunya menghantam perut Dewa Petir itu.

Thor terlempar keatas.

Atap bangunan hancur, namun dengan cepat Dewa itu terjun dan menghujam tempatnya berpijak.

"Pukulan manusia macam apa itu? Aku yakin jika itu menghantam makhluk hidup biasa tubuh mereka akan hancur berkeping-keping."

Anubis mengkomentari pukulan Juan.

Ratatta terbelalak : "Cafe... Cafeku hancur Soraya..."

Soraya membalas dengan ringan : "Akan kuganti biaya ganti ruginya."

'Destruction, salah satu kemampuan yang kuingat. Disaat ia mengayunkan pukulan pikiranku masih mengingat kemampuan itu, lalu kemampuan 'Evasion' milik Rebella aktif dengan sendirinya tanpa kusadari dan berhasil membawaku muncul didekatnya...'

Ayunan kedua dari Thor menghancurkan pijakan mereka, Juan lagi-lagi tak berada disana.

Ia berdiri di pintu keluar sambil menggendong Tamasha, 'Bagus! Ketika aku berpikir untuk berpindah kearah Tamasha, 'Evasion' mengarahkanku untuk menghindari ayunan Thor tepat kearah Tamasha, apa ini artinya kemampuan 'Specification' milik Snippy juga ikut berkontribusi?'

"Sampai jumpa Dewa-dewa! Aku hanya mengajak temanku pulang!"

Juan mundur dan lenyap.

"Ia kabur!"

Suara pekikan Soraya terlambat, rupanya para Dewa sudah bergerak.

Juan jatuh tersungkur ditengah jalan, seorang Dewa menggendong Tamasha : "Kami hanya menyerang target yang perlu, manusia tak bersalah seperti ini harus diamankan."

"Bagus Shamash! Kembalikan Gadis itu ke Cafe, tampaknya kecepatan Ashura bisa mengejar manusia ini!"

Zeus melayang diudara menanggapi Shamash dan Ashura yang baru saja menghantam Juan.

"Hey-hey, dia mangsaku, kenapa kalian ikutan?"

Thor sepertinya kecewa dengan campur tangan Shamash dan Ashura.

'Ugh... Kecepatan dan kekuatan macam apa itu?! Sepersekian detik sebelum aku menghilang Dewa bernama Ashura itu menghantamku!'

Juan bangkit dari posisinya 'Jiwa Dewa-ku bangkit, itu yang sempat disebut Bajingan itu ketika Snippy mengincar Leon. Rasanya itu adalah Insting yang membuatku terus berkembang, setelah kilatan petir diatas sekolah itu juga sepertinya kemampuanku meningkat.'

Ia melihat sekujur tubuhnya sendiri, tidak ada luka, hanya kotoran yang membuat pakaiannya lusuh dan sobek.

"Kembalikan temanku, atau akan kurebut dengan paksaan!"

Tubuh Juan sudah tak gemetar seperti sebelumnya, pandangannya semakin percaya diri, suaranya juga semakin lantang.

GHAHAHAHAHAHAHA!!!

Awan mendung berkumpul, suara tawa Zeus meledak dan menggema diudara.

"Woy-woy! Zeus! Ingat, jangan melibatkan korban yang nggak bersalah!"

Dewa yang tadi disebut Shamash itu berjalan santai setelah meletakkan Tamasha kembali ke kursi tempat istirahatnya tadi.

"Gila, jadi ini kekuatan setingkat Dewa!"

Surya terbelalak, tak bisa menahan senyumnya. Snippy dan Ratatta disebelahnya terpengaruh dengan ucapannya dan ikut mengiyakan pujian Surya dalam hati.

"Gotama dan Anubis nggak bergerak ya?"

Soraya melihat kedua Dewa yang masih duduk tenang di posisi awal mereka.

Dua Dewa itupun tak menggubris ucapan Soraya.

CTATATARRRR!!!

Kilatan petir menyambar tiga kali ke tempat yang berbeda.

"Zeus menyambar dengan lingkup kecil agar nggak melukai korban yang nggak perlu, sambaran keduanya dialihkan karena manusia itu mencoba bergerak kearah gadis yang ingin dibawanya itu, Ashura menghadangnya lalu ia menghindarinya, sambaran ketiganya mengarah keposisi berdirinya setelah menghindari Ashura, tapi tetap meleset dan berhasil dihindarinya..."

Gotama melihat pertarungan itu dengan saksama : "What The?!"

Surya dan Ratatta tak percaya dengan apa yang didengar.

"Apa itu benar, Snipy?"

Soraya mendadak menjadi tenang dan waspada.

Snippy mengangguk menjawab pertanyaan Soraya, wajahnya menunjukkan kekaguman dan gugup dalam saat yang sama, "Satu detik, tidak, kurang dari satu detik tiga petir menyambar tiga tempat yang berbeda..."

"Masalahnya adalah Zeus membidik tempat yang bahkan belum terjadi, ia memprediksi semuanya seperti ramalan langit, seolah kita benar-benar berada di hadapan seorang Dewa!"

Snippy yang biasanya tak banyak bicara kali ini membuka suaranya.

"Bodoh, ini belum dimulai, jika kami bergerak serius semua akan selesai sebelum kau bisa menceritakannya."

Anubis menanggapi komentar Snippy dengan wajah percaya diri.

Juan berhenti, jantungnya berdetak sangat-sangat-sangat kencang.

'Gila!!! Sensasi macam apa ini? Seperti aku akan menghadapi kematian, dan lolos dari kematian disaat yang sama! Aku... Aku menikmatinya!'

Tubuhnya berlutut... Hidungnya mengalirkan darah, ia juga menahan muntah...

"Kekuatanmu tak cocok untuk tubuh manusiamu."

Gotama mencoba menasehati Juan.

'Ugh... Bergerak seperti ini merusak kinerja syarafku, otak, syaraf motorik dan sensorik, lalu ototku bekerja maksimal secara mendadak! Tiba-tiba seluruh tubuhku kaku.'

Juan berusaha melihat kedepan, tapi ia mengurungkan niatnya setelah menyadari bahwa pandangannya kabur, dunia seolah berputar dengan cepat.

'Jika aku berdiri sekarang tubuh dan otakku akan kehilangan keseimbangan dan jatuh, ototku juga akan sobek jika terus-menerus bergerak dengan kecepatan seperti itu!'

Ia bersimpuh merunduk, berusaha memulihkan tubuhnya.

"Dia lengah! Kita bisa membunuhnya sekarang!"

Soraya bersorak, namun tak ada satupun Dewa yang menanggapinya.

Semua Dewa tampaknya bersimpati terhadap kerja kerasnya hingga tak melakukan apapun.

"Mengalahkannya dengan kemampuan yang belum matang seperti ini, rupanya kami salah menerima tawaran."

Zeus meninggalkan tempat itu.

"Benar, setelah mendengar wanita ini membayar para Dewa untuk mengalahkan satu orang Dewa baru, kupikir kekuatan dan kekuasaanya benar-benar patut diperhitungkan..."

Ashura melakukan hal yang sama dengan Zeus, lalu Shamash, Gotama, dan Thor menghilang dari sana.

Soraya melihat Anubis sebagai satu-satunya Dewa yang tersisa disana, "Anubis! Aku akan membayarmu lebih jika kau bisa menghabisinya sekarang!"

Anubis menoleh kearah Soraya, "Jika saat ini adalah ajalmu, aku akan mengambil nyawamu dengan cara seburuk mungkin."

Kegelapan seolah mengelilingi mereka semua, hawa yang mencekam, suara pekikan histeris muncul dialam bawah sadar mereka.

Soraya, Surya, Snippy, dan Ratatta merasakan seolah ajal berada dihadapan mereka.

Anubis menghilang dari sana, meninggalkan sosok manusia-manusia yang benar-benar bukan tandingan Dewa.

Soraya berjalan mendekati Juan. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam pakaiannya.

Ia menodongkan pistol kearah Juan.

Ratatta menahan tubuh Soraya dari belakang "Lepaskan aku? Seharusnya kalian membantuku!"

"Memang dia adalah Dewa sebelumnya di Awaland, ingatanku tak sepenuhnya kembali, namun lihatlah kenyataan yang terjadi sekarang."

Dengan tubuhnya yang berotot, mudah bagi Ratatta menahan amukan tubuh Soraya yang kecil dan ringan.

"Ironis sekali melihat target yang kita incar tak melukai kita sedikitpun, ia berusaha menyelamatkan temannya, sedangkan kita?"

Ratatta melepaskan Soraya dengan kasar, wajahnya menunjukkan kekecewaan yang dalam.

Snippy beranjak dari tempatnya dengan wajah muram dan merunduk dalam hening.

Surya tak sependapat, wajahnya yang tegas menggambarkan hatinya yang kaku.

"Aku tetap akan menghabisinya saat ini, tak ada jaminan ia akan tetap seperti ini ketika seluruh ingatan dan misteri Awaland terungkap!"

Sama seperti Soraya, Surya tak mengubah pendiriannya, ia juga menyimpan senapan di tas pinggangnya.

"Jadi begini rasanya..."

Suara Juan lirih, namun penuh ketegasan hingga semua yang ada disana bisa mendengarnya.

"... Begini rasanya, manusia biasa yang tak tahu apa-apa, dikaruniai kemampuan yang sama sekali tak diharapkannya?"

Berusaha menguatkan pijakan, ia mengangkat dagunya yang sebelumnya tertunduk.

"Begini rasanya, ketika orang lain begitu takutnya dengan apa yang kita miliki?"

Tubuhnya masih gemetar, wajahnya terangkat perlahan.

"AKU TAK PERNAH MENGINGINKAN KEMAMPUAN INI! AKU INGIN HIDUP TENANG! AKU INGIN BEBAN INI TAK TERULANG LAGI!"

"AMBIL KEMAMPUAN INI JIKA KALIAN INGIN! KAU TAK MERASAKAN BAGAIMANA LELAHNYA SAAT INGATAN DAN BEBAN KETIKA MENJADI DEWA INI TIBA-TIBA MUNCUL?!"

Sorot mata dan ekspresi wajahnya menggambarkan Amarah dan Pasrah, Kesal dan Lelah, juga dipenuhi rasa Heran.

Soraya dan Surya mematung, sejak ucapan Anubis dan Ratatta sebetulnya hati mereka sudah tak ingin melanjutkan ini.

"Tapi... Walaupun aku lelah untuk menanggung beban kemampuan ini...

Bukan berarti aku menyerah untuk menjalani hidup..."

Juan perlahan bangkit.

"Generation, salah satu kemampuan yang kuingat, tampaknya secara insting memperbaiki dan menyembuhkan lukaku tanpa kuminta..."

Ia sudah bisa berbicara dan bergerak dengan leluasa.

"Nah, tadi kukatakan, silahkan ambil kemampuan ini jika kalian ingin..."

Ia melangkah maju mendekati Surya yang mematung melihat apa yang ada didepannya.

"Tapi, aku tak menyerah dengan kehidupanku..."

Jarak diantara mereka kini tak sampai sejengkal.

Dengan sorot mata tajam, tegas, dan penuh ambisi ia menatap mata Surya, "...Jadi aku takkan diam saja jika seseorang berniat membunuhku!"

.

..

...

"Hey, Dewa bodoh, diantara semua yang terlibat dengan Awaland, hanya aku dan Masriz yang memiliki ingatan utuh selama 3 tahun ini."

Zahal duduk dengan santai di halaman belakang rumah Rebella.

"Aku yakin Masriz juga sependapat denganku..."

Ia menikmati secangkir teh hitam yang disajikan untuknya.

"Kau adalah manusia yang sangat baik ketika diberi kekuasaan sebagai Dewa..."

Ia beranjak dari tempatnya, "Jadi, jangan mati sebelum mengubah dunia tempat kita tinggal ini menjadi tempat yang lebih baik..."

Ia lenyap dari sana, menyisakan Pierre yang sudah sadar dan mendengar seluruh ucapan Zahal, yang belum dikenalnya.