webnovel

Perasaan

Aku menghela nafas dan memandang anak laki-laki di sebelahku.

Dia berambut hitam yang agak berantakan, berbola mata biru safir, hidung mancung, dagu lancip, dan kulit pucat.

Dia rivalku, Ren Chikafuji.

Oh, ya! Aku belum memperkenalkan diri kepada kalian. Namaku Erika. Erika Hanazono.

"Hei, Erika!" Ren menyeringai.

Ugh! Akan ada hal buruk terjadi kepadaku.

"Mengapa kamu memperhatikanku?" tanya Ren. "Sudah sadar, kalau aku itu sebenarnya itu tampan?"

"Mimpimu, Ren!" seruku.

Sebenarnya, perlu kuakui bahwa dia itu tampan. Paling tampan di angkatanku, malah.

Banyak yang menyatakan perasaan padanya, sampai kakak kelas juga.

Tapi, semua itu dia tolak. Dia hanya menjawab, "Maaf, tapi aku suka orang lain."

Kalau orang itu masih memaksa. Ren hanya bilang, "Orangnya enggak peka, sih."

Karena ucapan Ren itu, akhirnya aku yang jadi korban. Banyak cewek yang mengira akulah yang disukai Ren. Kalau dilihat, memang iya. Karena Ren dekat dan tergolong perhatian. Tapi, aku menepis semua itu. Aku enggak mau ge-er.

Ren tertawa dan mengacak-acak rambutku.

"Ren, kenapa kamu enggak mau nerima pengakuan cinta orang, sih?" Aku menatapnya.

"Emangnya kenapa?" tanya Ren acuh. "Jangan-jangan, kamu suka sama aku, ya?"

Aku membuat gestur seolah muntah.

"Cuma nanya elah!" seruku sebal.

"Karena aku suka sama orang lain," ucap Ren. "Dan orang itu tetap enggak peka."

"Kenapa kamu masih setia suka sama orang itu?" tanyaku. "Kan, kamu bisa cari pengganti dia."

"Orang itu enggak bisa digantikan oleh siapa pun di hatiku," jelas Ren. "Aku hanya ingin pacaran dengan dia. Ah! Bukan! Malahan, aku ingin selalu bersama dia sampai aku meninggal."

"Kamu berpikir terlalu jauh," ucapku.

"Biarin!" tawa Ren.

"Apa yang paling kamu suka dari dia?" tanyaku.

"Senyumnya, tawanya, suaranya," jawab Ren. "Semuanya dari diri dia!"

"Kalau begitu, kenapa Ren enggak bilang ke dia?" Aku memandang Ren bingung.

"Aku enggak mau membuat dia marah," Ren menunduk. "Aku takut kalau aku malah membuatnya menjauh dariku."

Aku memandang Ren. Belum pernah aku melihat sisi rapuh Ren.

Setauku, Ren itu selalu bersemangat. Dia selalu tersenyum dan ceria. Sekarang, dia rapuh. Hanya soal cewek.

"Erika!" panggil Ren.

Aku tersadar dari lamunanku dan melihat Ren yang sudah berdiri.

"Temani aku ke cafe, yuk!" ajaknya.

Aku hanya mengangguk.

Kami berjalan bersama ke cafe di kawasan asrama sambil mengobrol. Kalau orang liat, mungkin akan mengira kami adalah sepasang kekasih.

Kami duduk di pojok dan memesan makanan dan minuman.

Temanku, Yui, mengedip dan terkikik ketika melihatku tersipu.

"Erika lucu, deh," ucap Ren.

Aku tercengang dan menatap Ren seperti orang bodoh.

"Apalagi kalau Erika tersipu malu seperti tadi," lanjut Ren. "Manis sekali."

Blush! Rona merah di pipiku pasti semakin merah. Aku malu!

Banyak gadis-gadis seangkatan memelototiku. Bahkan ada yang menghampiri kami dan mulai menggoda Ren.

Ya, ampun! Aku tidak mau pergi bersama cowok populer ini lagi.

"Tidak bisakah kalian tidak mengangguku?" tanya Ren sebal.

Aku meliriknya.

"Sudah kubilang, aku menyukai orang lain!" seru Ren.

Gadis itu melotot kepadaku dan mendecil sebelum pergi.

Huh...