Aslan kini duduk di sebuah kafe yang dekat sekali dengan jalanan kota. Ia menikmati suasana yang cukup ramai di jalanan itu. Mata birunya yang membius itu terus menatap jalanan tanda ada kata apapun yang terucap. Kedua tangannya asik di atas meja. Sementara jari telunjuknya mengelus elus sisi cangkir coklat panas yang sudah dingin itu. Sejak tadi ia belum meminum minuman manis itu. Entah kenapa ia hanya ingin duduk dengan perasaannya. Menikmati setiap apa yang di lihat. Berusaha menjadi penonton. Karena saat ini ia lelah menjadi tokoh yang hancur.
Ia sangat rapuh kali ini tetapi entah hanya bisa diam dan menatap apa yang ada di depan matanya. Jalanan yang ramai di penuhi dengan berbagai orang yang berbeda tujuan. Hidup memang seperti ini. Hari kemarin tak akan pernah di datangi lagi. Memang menyedihkan tapi itulah waktu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com