Hai, i'm back.
Thanks buat kalian semua yang udah meramaikan hingga saat ini.
Happy reading ya ❤️
.
.
.
.
.
Sudah hampir sebulan lamanya, Liana mendiamkan Abimanyu. Membiarkan chat-chat Abimanyu menghiasi layar ponselnya, mengabaikan telepon Abimanyu.
Sebenarnya hatinya tak sesakit itu. Abimanyu tak bersalah kan? Yang salah itu keluarganya; Omanya serta Tante dan Omnya.
"Liana?," sesosok kepala tanpa tubuh terlihat dari pintu ruangan Liana, "Boleh saya masuk?"
Liana menganggukkan kepalanya dan berdirilah di hadapannya, Andi. Lelaki yang Liana percayai mengurus restoran nya di tanah Jawa itu mendudukkan dirinya di hadapan Liana.
"Restoran kita mendapat reservasi tiga hari lagi," Liana menutup laptopnya dan matanya memandang Andi, "mereka meminta kita untuk menyiapkan makanan untuk perayaan mereka."
"Dimana?" tanya Liana.
"Di hotel yang sedang naik daun itu loh, Li." Andi membuka tabletnya dan memperlihatkan foto hotel itu kepada Liana.
"Oke, untuk harga gak ada masalah kan?"
Andi mengangguk mengiyakan pertanyaan Liana. Segera, lelaki beristri itu berdiri meninggalkan Liana.
~~~
Liana beserta Andi dan semua staff di restoran itu mempersiapkan hidangan yang terbaik. Liana mempekerjakan koki-koki berpengalaman dan juga fresh graduate agar makanan mereka tetap menarik hati anak muda jaman sekarang.
"Will, dessertnya kita pake ini ya." Liana memberikan tabel dessert yang telah dia pikirkan, ada beberapa dessert khas Indonesia dan juga dessert box, "untuk jumlah, bisa tanyakan langsung ke Andi."
"Iya bos." jawab William.
Liana memukul pelan lengan William. Ya, Liana bos yang ramah tidak seperti Luna dan Leon yang terlihat kejam dengan karyawannya. Liana tidak membatasi pergaulannya dengan karyawannya. Liana juga memberikan pinjaman kepada setiap karyawannya yang meminta dengan menyesuaikan gaji mereka tanpa bunga tanpa batas waktu asal terlunasi.
"Oke kalau begitu, saya mau ke bandara menjemput Leon beserta bos besar."
William mengangguk. Dulu, sewaktu SMA dia sempat menyukai Liana tapi perbedaan kepercayaan yang mereka miliki membuatnya harus menepis besar rasa itu. Dulu Liana sempat berkata kepada dirinya, jadilah Chef yang handal seperti cita-citamu dan aku akan membuat restoran tempatmu mengexplore semua kemampuanmu.
Dan benar saja, sejak saat itu William mengembangkan minat dan bakatnya di bidang makanan. Dia mengambil jurusan tata boga, kemudian gizi, seni kuliner serta baking dan pastry art. Setelahnya, dia memberanikan diri mengontak Liana sesuai dengan apa yang di janjikan.
Dan benar saja, Liana dengan senang hati menerima William untuk langsung menjadi head chef di restoran Liana tanpa seleksi.
~~~
Liana menunggu kedatangan Leon beserta anak-anaknya dan juga orangtuanya. Hanya Adelia dan Arjuna sedangkan Amelia tidak bisa ikut di karenakan kegiatan sekolahnya yang padat.
Terlihat seorang gadis kecil berkulit putih dengan mata yang sipit berlari kecil ke arah Liana. Gadis itu terlihat sangat antusias dengan keberadaan Liana.
Leon mendekat mengelus rambut Liana dan mengecup pelipis Liana sekilas. Ya, Liana telah mencoba menerima keberadaan Leon seiring berjalannya waktu.
~~~
Hari ini Liana sangat sibuk, semua orang di restoran sangat sibuk. Dia mengambil pelayan dari restorannya yang lain dan meliburkan semua restorannya hari ini. Mengingat undangan untuk merayakan acara ini mencapai tiga ribu tamu undangan.
Liana mengenakan tulle dress berwarna abu-abu selutut dengan pita di bagian pinggangnya. Bagian rambut di kepang dan disanggul menyisakan beberapa helai rambutnya. Cantik dan sempurna. Kata-kata itu yang bisa di deskripsikan Leon untuknya.
Semua karyawannya mengenakan kemeja batik untuk laki-laki dan dress batik selutut untuk perempuan. Semua appetizer telah terhidang dengan rapi di meja. Liana terlihat sibuk mengcheck semuanya, sehingga dirinya tidak menyadari ada seseorang yang menatap sendu ke arahnya.
"Will," William mendongak saat Liana memanggilnya, "saya ke toilet dulu ya." Will mengangguk pelan mendengar itu.
Liana berjalan pelan melewati beberapa tamu undangan yang telah hadir. Beruntung dia mengenakan sneakers, jika heels? Bisa dipastikan telapak kakinya akan lecet besok.
Liana memasuki lorong menuju toilet sebelum dia terkejut karena lengannya di cekal orang yang tak dia kenal. Orang tersebut memakai masker, kaca mata hitam dan topi hitam.
"Liana"
DEG!
Suara itu. Suara yang Liana rindukan kehadirannya. Liana melihat dengan seksama orang itu dan tanpa sadar dirinya telah berada di dalam toilet.
Ceklek.
Pintu toilet terkunci.
Liana menarik-narik knop pintu dengan panik. Orang yang menyeret Liana tadi memeluk Liana dari belakang.
"Aku merindukanmu Liana, Aku rindu." ucapnya.
Liana memukul-mukul tangan orang yang melingkari pinggangnya, "Lepassss!!" ronta Liana.
Orang itu membalik paksa tubuh Liana agar berhadapan dengannya. Liana meletakkan kedua tangannya di bagian dada orang yang memeluknya dengan erat.
"Massss" lirih Liana.
Runtuh sudah. Air mata Liana berjatuhan membasahi pipi, membanjiri kemeja orang yang dipanggil Liana dengan sebutan 'Mas'.
"Aku merindukanmu Liana," wanita itu hanya menggeleng pelan, "Aku mencintaimu Liana."
Liana mendongak, di lihatnya wajah yang beberapa minggu ini dia rindukan. Memang, jika teringat akan kalimat hinaan waktu itu Liana merasa terjatuh ke bawah lapisan tanah.
"Mas Abi," lirih Liana. Abimanyu mengangguk, menampilkan senyum termanisnya. "Liana takut."
Jemari Abimanyu bergerak di kepala Liana, memperbaiki tatanan rambut Liana yang telah sedikit berantakan, "Maafkan keluargaku Liana. Maafkan mereka, aku janji akan mendapatkan restu mereka untukmu."
Liana menggeleng lagi, dia menjauhkan badannya dari Abimanyu. "Maaf Mas, aku tak bisa terima lebih sakit dari ini. Aku lelah jika harus tersakiti lagi."
"Aku mohon Li," Abimanyu berlutut di hadapan Liana, menggenggam kesepuluh jari Liana, "Aku hanya inginkan dirimu untuk jadi istriku. Aku tak ingin bila di jodohkan dengan wanita lain. Berjuanglah bersamaku."
Liana memalingkan wajahnya, airmatanya masih terus mengalir.
"Aku gak bisa Mas Abi. Maafkan aku."
Abimanyu berdiri - ia memegang kedua bahu Liana, "Lihat aku!," kedua tangannya mencengkram bahu Liana, "Lihat aku! Katakan kalau kamu tak ingin bersamaku, Li!."
Abimanyu menggoyangkan bahu Liana. Wanita itu menatap tajam Abimanyu dengan mata merahnya, "Aku gak bisa melanjutkan hubungan ini bersamamu, Mas Airlangga Abimanyu."
Skak! Abimanyu melemah. Cengkraman tangannya di bahu Liana mengendur. Tubuhnya luruh ke lantai kamar mandi yang dingin. Air matanya keluar seiring dengan sakit di bagian dadanya.
Liana membuka kunci knop pintu dengan mudahnya, tetapi sebelum dia keluar Abimanyu berkata, "Akan ku kejar dirimu kemanapun kau pergi, Liana."
Jangan lupa vote dan komen yahh pemirsa 😘😘😘
Salam dari Leon.