8 Im Not Bitch (8)

"Lepaskan saya!! Apa salah saya?!"

"Salahmu!? Kau tanya apa salahmu? Dasar wanita murahan sok suci! Kau suruh Kim Sunhee itu balas dendam pada ku kan?"

"Apa?"

"Jangan sok heran! Masih untung aku tak memenjarakan nya, jika saja dia bukan wanita sudah aku bunuh dengan tangan ku"

Nara ingin sekali berteriak teriak menyangkal, dia bingung dan tak habis pikir kenapa pria di depan nya ini menjelekkan Sunhee sejak tadi.

Nara terus meronta persis seperti saat pria itu menjadi pelanggan club malam dan memperlakukan nya seperti pelacur. Hyukjae menyeret nya hingga ke ruang tamu lalu melempar keras gadis itu hingga di ujung tangga.

"Bagaimana bisa seorang pelacur bekerja menjadi pelayan di rumah ku hah?! Apa kau pikir harga dirimu masih ada? Berani sekali kau menginjakkan kakimu di sini!"

Hyukjae memarahi nya dan memaki dengan galak, Nara sampai bingung apa salah nya, bahkan dia tak menuntut pria itu karena sebelumnya berani memaksa melayani nafsunya, Nara sadar posisinya sebagai apa saat itu.

Ucapan pria itu yang kejam menghina dengan bertulak pinggang, membuat seisi rumah ke ruang tamu itu dengan wajah bingung dan takut.

"Pergi dari rumahku sekarang juga! Dan jangan tunjukkan wajah mu yang menjijikkan itu di depan ku lagi!!"

"Hyuk-ie ada apa ini? Tolong jangan semena mena! Nara itu pelayan eomma"

"Eomma merekrut seorang pelacur menjadi pelayan di rumah ini? Kenapa eomma tak tahu latar belakang pegawai eomma sebelum menerima nya?"

"Apa katamu? Nara seorang pelacur?" Lee Hana menggeleng tak percaya, namun Nara sama sekali tak menyangkal dan hanya menangis menunduk.

"Nara-ssi, apa itu benar? Tolong katakan padaku jika itu tak benar"

"Nyonya besar....maafkan saya hiks~ sungguh maafkan saya"

"Mwo?"

Lee Hana menggeleng lemas, belum sempat dia menjawab Hyukjae sudah berteriak keras memanggil ahjumma Kim.

"Ahjumma!!"

"Iya...tuan muda"

"Bereskan sekarang semua barang nya di kamar pembantu, cepat bawa kesini!"

"Ba...baik tuan muda"

Pelayan tua itu menjawab ketakutan, dia dan Sera buru buru ke kamar pelayan untuk membereskan barang milik Nara.

"Ini tuan muda barang dan tas Nara-ssi"

Brak....

"Bawa tasmu dan pergi dari sini sekarang juga!!"

Hyukjae melempar tas kecil berisi pakaian dan barang pribadi gadis itu, lalu menunjuk pintu keluar tanpa peduli Nara menangis tanpa suara.

"Awas saja jika kau berani muncul dirumahku lagi"

Gadis itu mengambil tasnya dengan terisak, dia tak berani menatap siapapun disini termasuk Lee Hana yang masih nekat memanggilnya.

"Nara!! Tunggu! Bibi~"

"Cukup eomma! Jangan membela pelacur itu lagi"

"Kau apa apaan hah?! Dia itu pelayan di sini, pegawai eomma! Seenaknya saja kau memecatnya bahkan eomma belum membayar gajinya"

"Dia lebih pantas kembali ke club malam daripada di sini, aku tak mau nama baik keluarga ini hancur hanya karena pelayan sialan itu"

Lee Hana terdiam, dia meremas tangan nya meski masih tak setuju, ucapan telak Hyukjae tadi memang benar. Nara bahkan minta maaf dan tak menyangkal sama sekali, lalu jika dia memang sebelumnya seorang pelacur di club malam kenapa Nara bisa mencari kerja di toserba saat pertama kali bertemu Lee Hana.

"Seharusnya kau memecatnya bukan dengan kejam seperti itu, dia bekerja di sini sudah tiga minggu lebih, kenapa sih tak bisa memecatnya dengan baik baik?"

"Apa pelacur seperti itu pantas di perlakukan baik?"

"Hyukie ada dendam apa kau dengan nya hm? Eomma yakin kau takkan membencinya seperti itu jika tak ada sebabnya?"

"Sudahlah, aku malas membahasnya, lain kali cari seorang pelayan yang asal usulnya jelas eomma. Jangan seperti itu"

"Hyuk-ie, tapi~"

"Aku mandi dulu"

Lee Hana geleng geleng dan hanya bisa pasrah menatapi anaknya yang terlihat menghindari pertanyaan nya dan naik ke tangga menuju kamarnya, sikap Lee Hyukjae yang aneh itu menjadi pikiran wanita tua itu.

"Apa masalah mereka? Anakku itu memang sering masuk ke club malam, apa dia dan Nara? Ya tuhan~ apa mungkin?"

Lee Hana melihat tangga besar itu lalu makin geleng geleng lagi, sebuah pemikiran gila langsung terlintas di otaknya dan dia duduk melamun di undakan tangga bawah.

*

*

"Dia baru memecat pelayan Park?"

"Bukankah ini aneh yeobo? Dia itu biasanya tak pernah peduli aku memperkerjakan siapa saja di rumah ini"

"Benar juga sih? Tebakan mu pasti benar bocah itu bermasalah dengan Park Nara"

Lee Kanghun manggut manggut ikut bingung setelah mendengar cerita dari istrinya itu, setelah melakukan terapi jalan hampir dua jam tadi pria tua itu nampak duduk santai di atas ranjang bersprei putih dan menikmati buah buahan segar yang di bawakan istrinya.

"Aku akan mencari Nara, dia harus cerita padaku sebenarnya apa masalah nya dengan anak kita"

"Memang nya kau tahu dimana rumahnya?"

Lee Hana mengangguk, dia ingat saat melamar kerja kemarin gadis itu juga meninggalkan alamat rumahnya di surat lamaran, jadi Lee Hana akan

mendatangi Nara untuk memperjelas semua nya.

*

*

Beberapa hari berlalu sejak Nara tak bekerja lagi di rumah keluarga Lee dan hari ini akhirnya Lee Hana bisa menemukan rumah gadis itu, sebenarnya ini karena kebaikan para tetangga dari Nara yang memberi informasi dimana gadis itu tinggal karena tiga hari lalu Nara pindah ke rumah atap tak jauh dari flat kamarnya yang lama, Lee Hana langsung mendatangi tempat itu.

Bangunan rumah atap itu berada di lantai lima, di bawahnya ada beberapa kamar tinggal yang juga di sewakan oleh pemiliknya dan Nara menempati bagian kamar paling atas, mungkin karena harga sewanya paling murah dan ada halaman nya untuk menjemur pakaian.

Saat baru saja naik ke lantai lima Lee Hana di buat tertegun, dia melihat punggung ringkih gadis itu tengah menjemur banyak pakaian dan sesekali mengusap peluh di dahinya, kembali sebuah pertanyaan datang.

Jika Park Nara memang seorang pelacur kenapa bisa hidup semiskin ini, bahkan penampilan nya sangat sederhana dan cenderung berantakan.

"Permisi....."

Nara yang di sapa langsung menoleh kaget, dia tertegun melihat siapa orang yang datang ke rumah atap nya ini dan sedang menyapanya.

"Nyonya besar? Ahk astaga, maaf....anyeong haseyo nyonya besar Lee?"

"Apa kabarmu Nara-ssi?"

Lee Hana tersenyum setelah Nara membungkuk lalu segera mengambilkan bangku kursi kayu agar wanita tua itu bisa duduk.

"Silahkan duduk nyonya besar ah jeongmal mianhae di sini sedikit panas"

"Gwenchana mulai sekarang panggil aku bibi Lee saja, tapi di sini sejuk kok, maaf jika aku sudah mengganggumu"

"Ah tidak apa apa. Maaf saya tak berani nyonya besar, omong omong kenapa anda datang kesini?"

"Aku ingin memberikan ini, sebelum nya maafkan aku Nara-ssi, saat itu aku terpaksa membiarkan kau pergi"

Nara menahan tangisnya dan mengangguk maklum, dia menerima amplop coklat berisi uang yang di berikan Lee Hana, dia tahu jika nyonya Lee adalah wanita yang sangat baik.

"Terimalah, ini adalah gajimu dan kau berhak menerima nya"

"Terima kasih banyak nyonya, maafkan saya jika sudah mengecewakan nyonya besar"

"Nara-ssi, lalu sekarang kau kerja dimana?"

Nara terlihat menunduk malu, dia malu untuk bilang jika sekarang dia menjadi buruh cuci untuk mencari uang dan menerima cucian dari para tetangga di sekitar pemukiman ini.

"Saya~ belum dapat kerja lagi, sementara ini saya menerima cucian dari tetangga. Dapatnya lumayan bisa membiayai hidup saya dan adik saya juga membayar sewa rumah ini"

Lee Hana terkejut dan melihati banyak jemuran di halaman rumah atap ini.

"Jadi cucian ini? Kau yang mencuci semua ini? Kau jadi buruh cuci?"

"Iya nyonya"

Lee Hana geleng geleng trenyuh, dia makin yakin jika tuduhan anaknya soal gadis ini pasti salah. Nara adalah gadis pekerja keras yang tak malu bekerja rendahan menjadi buruh cuci demi menghidupi keluarga nya. Sungguh mulia sifat gadis itu.

"Lee Hyukjae, maksudku putraku memang sedikit keterlaluan padamu, Aku mohon kau mau memaafkan nya. Aku akan mendidiknya dengan benar agar dia tak bersikap buruk lagi pada orang lain. Aku minta maaf atas nama Lee Hyukjae"

"Nde gwenchana tuan muda tidak salah apapun, saya memang pantas di pecat nyonya"

"Nara-ssi, sebenarnya apa yang terjadi dengan kau dan uri Hyukjae? Apa kalian berdua memiliki masalah besar?"

Nara mengigit bibir cemas, dia sedikit ragu untuk jujur namun Lee Hana menggenggam tangan nya dan memohon lagi agar dia mau cerita dengan jujur, tanpa menutupi apapun sekalipun itu akan mengejutkan nya.

"Ayo ceritakan dengan jujur padaku, sejak awal aku yakin kau bukan gadis yang buruk seperti itu. Aku akan percaya apapun cerita mu nak"

Air mata Nara meleleh banyak, dia buru-buru mengusapnya lalu menunduk dan mulai bercerita dengan jujur pada Lee Hana.

*

*

"Mwo?? Ya tuhan! Jadi~"

Lee Hana membekap mulutnya hampir saja ikut menangis karena tak tega, dia mengusap bahu Nara yang bergetar dan duduk di dekatnya.

"Argh keterlaluan sekali? Ini sudah ku duga? Bocah itu benar benar, kelakuan nya di luar sana tetap saja memalukan? Awas saja nanti"

"Nyonya besar, ini bukan salah tuan muda Lee...saya takkan menyalahkan siapapun, mungkin nasib saya memang buruk? Saat itu situasinya memang seperti itu, wajar saja dia melakukan nya karena posisi saya pelacur di club malam itu. Sungguh ini bukan salah tuan muda Lee"

"Tapi nak, tetap saja Lee Hyukjae itu juga salah. Kalau saja ayahnya tahu dia sebejat itu, suami ku bisa membunuh anaknya sendiri. Argh kenapa anakku bisa seburuk itu kelakuan nya? Dia bahkan memperkosa mu?"

Nara menggeleng berkali kali, dia mengusap air matanya lalu tersenyum dan berkata lagi.

"Nyonya seharusnya juga jijik pada saya, iya benar saya ini sempat menjadi pelacur meski hanya selama dua minggu. Saya tetap saja yeoja menjijikkan"

"Hah rasanya aku masih tak percaya, anak sebaik kau bagaimana bisa semiris ini nasibmu nak?"

Lee Hana mengusap rambut kusut gadis itu yang di cepol berantakan, dia justru makin bersimpati dengan Nara yang begitu tabah.

*

*

"Nyonya besar? Selamat datang"

"Dimana bocah itu? Apa dia belum pulang dari kantor nya?"

"Benar nyonya besar, tuan muda masih di kantor"

"Baguslah, jadi aku bisa bertanya banyak padamu ahjumma"

Ahjumma Jung yang selama ini menjadi pengurus rumah di tempat tinggal Hyukjae mengangguk, dia mempersilahkan nyonya majikan nya masuk dan dengan santai Lee Hana melenggang masuk ke ruang tamu.

"Apa Hyukjae masih suka membawa wanita ke rumah ini?"

Ahjumma Jung menggeleng takut ketika menghidangkan minuman teh hijau dan duduk di karpet bawah dekat dari majikan nya.

"Sudah dua bulan lebih ini tidak sama sekali nyonya, dan tuan muda juga selalu pulang tepat waktu setiap jam delapan malam, mandi lalu makan malam dan mengerjakan kerjaaan kantor di ruangan kerja nya sampai jam sebelas lalu langsung tidur"

"Hm~ tumben dia bisa tahan tak kelayapan di luar sampai pagi? Perubahan nya besar sekali?"

Lee Hana manggut manggut, dia yakin ahjumma Jung bicara jujur karena sudah tiga puluh tahun lebih pelayan itu bekerja pada keluarga Lee.

"Apa tak ada yang ingin kau ceritakan? Ingat ahjumma jangan coba coba menutupi apapun soal anakku, ceritakan padaku apa saja yang tak aku tahu hm"

"Anu nyonya~ maafkan saya, sebenarnya sebulan yang lalu tuan muda sakit"

"Hyuk-ie sakit? Ah apa saat aku ke sini menjenguk dan memasakkan dia banyak makanan?"

"Nde benar nyonya"

"Lalu apa yang ingin kau ceritakan ahjumma?"

"Nyonya besar, sebenarnya tuan muda melarang keras saya mengadu pada nyonya, tapi saya takut jika terus membantu tuan muda dan nyonya tahu, akan marah pada saya"

"Apa yang terjadi? Ayo katakanlah"

"Sebenarnya tuan muda saat itu sakit ngh~"

Ahjumma Jung terpaksa bercerita dengan jujur karena takut jika majikan nya tahu dari orang lain dan dia akan makin di salahkan.

"Apa katamu? Dia di tendang?!"

Lee Hana langsung mengusap dadanya shok, jika dia membayangkan sebagai seorang yeoja pasti akan tertawa keras, tapi dia ibu dari anak bandel itu dan dia kasihan pada Hyukjae.

"Maafkan saya nyonya~ saat itu saya hanya tahu seorang pelacur di club malam yang melakukan nya, tuan muda sampai demam tiga hari dan tuan Cho menunggui juga di sini sampai tuan muda sembuh. Dokter Hwang juga yang mengobati tuan muda"

"Ya tuhan! Apa kau tahu nama pelacur itu?"

Lee Hana geleng geleng, dia sangat kaget sekaligus ingin tertawa geli mendengar cerita dari pelayan tua itu.

"Saat saya menguping mereka mengobrol tuan muda terus menyebut nama....ngh Kim....ahk Kim Sunhee dan satunya Park Nara...ah iya benar Nara.....benar itu namanya"

"Arghh... jadi itu sebabnya? pantas saja"

Lee Hana mengusap dagunya dan tersenyum, dia sudah bisa menyimpulkan kenapa anaknya bisa mencak mencak mengamuk saat melihat Nara kemarin. Jadi di samping kesal Lee Hyukjae juga malu dengan insiden itu, hm sungguh menggelikan dan kekanakan anak bungsu nya itu.

"Kenapa nyonya?"

"Nan gwenchana, gumawo ahjumma sudah bicara jujur padaku. Tenang saja bocah itu takkan berani memarahimu. Jika dia nekat marah kau balik saja tinggal ke mansion"

"Nde nyonya terima kasih"

*

*

"Halo asisten Kim, ini aku"

"------"

"Aku ada tugas penting untukmu, segera ke alamat yang ku berikan dan temui gadis bernama Park Nara. Tugasmu menyampaikan pesan ku jika sudah ada pekerjaan baru untuknya"

"---------"

"Nde jangan lupa kerjakan dengan baik"

Klik.....

"Akan eomma ajarkan padamu bagaimana menjadi pria bertanggung jawab hm~ kau itu seorang pria Hyukie jadi bersikaplah jantan jangan pengecut"

Lee Hana bicara sendiri pada angin dan bergegas keluar dari rumah anak nya itu menuju mobil MERCEDES HITAM yang sudah menjemputnya. Dia sudah memutuskan akan mendidik anaknya untuk menjadi pria yang bertanggung jawab.

avataravatar
Next chapter