webnovel

bab 2

Aku terbangun di pagi hari yang cerah dengan kicauan burung yang indah. Aku mendengar ada suara dari luar kamar suara seseorang yang mengetuk pintu kamarku. Aku membukakannya dan melihat itu ternyata adalah nenek.

" Selamat pagi nek! "

" selamat pagi Gilden.. oh ya nenek mau ke pasar sebentar jadi bisa tolong jaga rumah?" Nenek memberikanku sepiring cookies. Aku menerimanya dengan senang hati.

" baiklah nek hati-hati ya.. "

Aku menatap sepiring cookies itu, kelihatannya seperti biasa nenek memang suka memanjakanku. Namun tiba tiba, mataku tertuju pada suatu simbol yang berbentuk bunga aneh di punggung tanganku .

" eh.. simbol apa ini? " aku bergegas mengambil air lalu berusaha untuk menghapusnya. Namun itu tidak mau kehapus sama sekali.

" ini gawat.. " pikirku dalam hati. Bagaimana jika ini adalah suatu simbol yang buruk? yang bisa membuatku di penjara? atau mungkin membuatku kehilangan nyawa?

tok.... tok.. tok...

" Ya siapa ya? " aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Aku melihat ada seseorang pria yang berpakaian layaknya kesatria. " maaf siapa kalian? " aku bertanya dengan sedikit panik.

Kesatria itu menatapku cukup lama sebelum akhirnya tatapannya berubah menjadi menatap tanganku. " rupanya ramalan itu memang benar.. "

" ramalan.. apa maksudnya? " aku merasa sedikit gugup dan ketakutan. pikiranku di hantui oleh pikiran menakutkan, aku takut kalau simbol ini adalah suatu simbol yang bearti buruk di dunia ini

" oh itu bukan apa apa.. nanti anda akan mengetahuinya sendiri. "

" la.. lu apa yang akan anda lakukan ? "

kesatria itu terus menatapku dan itu membuatku terasa tidak nyaman. " kau harus ikut dengan kami. ke istana sekarang juga. "

" bagaimana jika aku tidak mau? "

" kau tidak punya pilihan lain. kalau kau tetap menolak mungkin saja ratu akan menghukum anda. "

Aku bergidik ngeri mendengarnya. kelihatannya salah satunya jalan keluar adalah dengan mengikutinya pergi ke istana. Aku menghela nafasku berat sebelum akhirnya aku memutuskan...

" baiklah kalau begitu aku akan ikut kalian ke istana. "

Aku tahu, keputusan itu berdampak besar bagi diriku dan kehidupanku