361 Tiada maaf

Sudah hampir dua Minggu ini Dariel kembali aktif bekerja sementara Ara mulai terbiasa untuk mengurusi ketiga buah hatinya meskipun tak lagi dibantu Tante Vani. Disiang hari saat menunggu anaknya tidur siang biasanya Ara akan membuka laptop dan mengerjakan sesuatu sementara sang pembantu menyiapkan makan siang.im Jam di dinding menunjukkan pukul 4 sore artinya Dariel sebentar lagi pulang dan Ara baru selesai memandikan ketiga anaknya. Dia susui satu demi satu anaknya tadi sementara pembantunya mulai pamit pulang. Baru juga duduk bel kembali berbunyi.

"Kenapa bi, ada yang keting...." Ara tak melanjutkan kata-katanya saat melihat sosok didepannya. Itu bukan pembantunya bi Inah tapi seorang pria berbadan tegap dan tinggi berdiri tengah berdiri memandanginya.

"Ngapain sih?" Ara kesal.

"Kamu ga bisa dihubungi jadi aku datang."

"Kak...semuanya udah selesai please jangan ganggu aku." Ara meraih kembali gagang pintunya dan mencoba menutup.

"Ra...ayo kita ngobrol." Dirga menahan pintu itu.

"Aku ga ada waktu."

"Kenapa kamu pilih Dariel?" Dirga langsung melontarkan pernyataan. Kini Ara menghentikan aksi menutup pintunya lalu menatap Dirga.

"Dari sekian tahun baru sekarang kakak nanya?udahlah kak udah ga perlu ada yang dibicarain lagi. Udah basi soal itu." Ara dengan nada tegasnya sementara Dirga melihat-lihat ke dalam. Dia tak menggubris perkataan Ara justru dengan cepat dia mendorong Ara ke dalam.

"Kak....kak...ngapain sih?pergi!!" Ara berjalan mundur saat Dirga mendorongnya. Baru sampai di ruang tamu Dirga langsung memeluknya.

"Aku kangen kamu Ra..."

"Kak lepasin kak!!" Ara mencoba mendorong badan Dirga tapi apa daya kekuatannya bahkan tak bisa menggeser badan pria itu sedikitpun.

"Kenapa harus Dariel?kenapa harus cowok itu?" Dirga terus bergumam sambil memeluk Ara sementara Ara terus meronta-ronta.

"Oke..oke kita ngomong baik-baik, lepasin aku. Aku ga bisa nafas." Ara mencari jalan lain. Kali ini Dirga setuju. Dia melepaskan pelukannya lalu memandang Ara dengan wajah sedihnya.

"Karena aku sayang Dariel kak, cuman Dariel yang aku pingin jadi suami aku."

"Waktu itu kami terima aku."

"Kita ga pernah ada hubungan apa-apa kak."

"Kamu cium aku Ra.."

"Aku bilang itu kebawa suasana aja. Aku ga ada perasaan apapun dan aku rasa itu udah lama kak, aku pikir kakak udah lupa..."

"Aku ga bisa lupain kamu Ra. Ayo sama aku.." Dirga meraih salah satu tangan Ara.

"Ga bisa, maaf.." Ara melepaskannya lagi.

"Aku mau jadi yang kedua buat kamu."

"Aku ga mau kak. Aku ga mau main kaya gitu lagi. Dariel itu suami aku bukan pacar aku lagi. Pernikahan bukan buat dimainin dan sekarang ada anak-anak aku. Aku harus tanggung jawab sama itu." Perkataan Ara membuat Dirga diam.

"Please kak stop sampai disini. Aku udah mau ngomong sama kak Dirga baik-baik hari ini jadi udah ya kak. Aku cape. Biarin aku bahagia sekarang."

"Aku sayang kamu Ra..." Dirga meraih pipi Ara yang sudah lama tak dia sentuh. Ini begitu lembut. Mata Dirga bahkan terpesona dengan kecantikan Ara yang seolah tak pernah luntur bak vampir. Dia tak terlihat seperti ibu-ibu yang baru melahirkan. Dimata Dirga, Ara masih saja menarik.

"Aku yakin banyak cewek yang juga sayang kak Dirga." Ara meraih tangannya, menggenggamnya disana mencoba menenangkan.

"Aku pingin kamu sayang.." Dirga dengan mesra dan kali ini dia lebih mendekat mengelus lembut lagi pipi Ara dengan sebelah tangannya. Sementara itu diluar mobil Dariel baru saja tiba di depan rumahnya. Dia tak langsung memasukkan mobilnya karena ingin mengajak anak-anaknya keliling sore-sore mencari cemilan namun saya keluar dari mobilnya mata Dariel sedikit teralihkan dengan mobil yang terparkir juga didepan tembok rumahnya. Kini Dariel masuk dan menyapa pak satpam yang tersenyum kepadanya. Dia berjalan dengan tenang menuju pintu rumah yang tampak terbuka. Dia pikir Ara menunggunya juga. Mata Dariel langsung terbelalak kaget saat menyaksikan dua orang dirumahnya sedang saling berpegangan tangan dengan jarak yang begitu dekat. Itu istrinya dan Dirga.

"Bang..." Ara kaget dan langsung menarik tangannya.

"Ngapain kamu disini??!!" Dariel langsung masuk dengan suara kerasnya.

"Aku nemuin Ara.." Dirga dengan santai. Mata Dariel menatap tajam Ara.

"Pergi!!" Dariel tanpa basa-basi mengusir lelaki itu tapi Dirga diam.

"Tega kamu Ra.." Dariel mulai berbicara pada Ara. Dia tak percaya istrinya bermain api lagi.

"Bang...ini ga seperti yang Abang pikirin."

"Aku bilang pergi-pergi!!" Dariel membentak lagi pada Dirga yang belum juga mau beranjak. Kini Dariel menarik baju Dirga dan menyeretnya keluar dari rumahnya. Dia bahkan melakukan itu sampai kedepan pagar rumahnya sendiri agar Dirga mau pergi.

"Jangan datang kesini lagi!!"

"Aku sama Ara tuh saling suka, gara-gara ada kamu aja kita jadi gini.." Dirga dengan senyuman menyeringai.

"Pak, kalo orang ini datang lagi jangan suruh masuk." Dariel tak menanggapi perkataan Dirga dan lebih memilih berbicara dengan satpam rumahnya.

"Siap pak." Sang satpam menurut. Dariel langsung menutup pagarnya dan berjalan masuk rumahnya lagi penuh amarah. Kini dia melihat Ara masih berdiri di ruang tamunya dengan gelisah.

"Bang aku jelasin."

"Ngaa!!." Dariel sudah hilang kepercayaan sekarang.

"Bang..aku..sama Kak..Dir.."

"Kamu udah janji Ra sama aku tapi kamu ingkarin sekarang."

"Bang aku sama dia ga ada apa-apa."

"Ga ada apa-apa tapi kalian pegangan tangan!!!jarak kalian aja ga bisa Abang pisahan, mesra-mesraan di depan abang itu yang kamu sebut temen?!!" Suara Dariel begitu kencang sampai salah satu anaknya terdengar menangis diruangan lain.

"Tadi itu..."

"Dirumah abang sendiri Ra, harus dirumah Abang? jangan-jangan selama Abang kerja kamu malah berduaan sama si bangsat itu?!!"

"Bang please...dengerin aku."

"Stop!!Ga usah ngejelasin apapun, ga usah nangis-nangis lagi. Abang udah ga percaya sama kamu. Feeling Abang tuh selalu bener. Dari awal dia datang lagi kerumah kita dia udah curi-curi pandang sama kamu begitupun kamu. Emang Abang ga merhatiin?!! Abang udah tegur kamu untuk ga berdua-duaan tapi apa?kamu ingkarin lagi Ra, hari ini dirumah Abang sendiri kamu berdua sama dia!!"

"Dia yang datang kesini bang."

"Seorang tamu tuh ga akan pernah bakalan masuk kalo pemiliknya ga mempersilahkan Ra.."

"Bang..bang.. please..." Ara memegangi salah satu tangan Dariel. Dariel kecewa dia segera melepaskan genggaman Ara dan melihat anak-anaknya yang menangis. Digendongnya Ravin yang terdengar mengeluarkan suara paling keras. Dia timang dan mencoba menenangkannya. Entah apa yang ada dipikiran Dariel sekarang. Dia begitu sedih, begitu marah dengan perbuatan Ara dan Dirga. Dia sudah tahu hari ini akan tiba. Dariel sejujurnya diam-diam tahu jika dulu Dirga masih suka menghubungi Ara. Menelponnya, mengirim pesan padanya. Dariel pikir karena Ara saat itu fokus pada keinginannya memiliki anak membuat dia mungkin lupa dengan Dirga tapi nyatanya tidak. Hal itu justru hanya persepsinya saja. Mungkin Dirga benar Ara dan dia saling suka tapi...hanya karena Dariel ingin memiliki anak jadi Ara mewujudkan terlebih dulu. Kejam. Ara sungguh kejam.

***To Be Continue

avataravatar
Next chapter