Sudah 3 jam Kay berdiam diri dimobilnya. Setelah statement Alyssa kemarin, rombongan wartawan memang sudah tak terlalu banyak meskipun beberapa masih ada yang bertahan di depan rumah Kay dan Alyssa. Alyssa sendiri belum menampakkan batang hidung dikediamannya. Dia masih menghindar dan disibukkan dengan jadwal lainnya. Bukan tanpa alasan Kay berdiam diri di mobilnya, rupanya dia sedang menunggu Kiran. Dia tak berani masuk kedalam rumahnya atau sekedar memencet bel. Kay takut akan membuat Kiran semakin marah. Kay sendiri tak tahu apa Kiran dirumahnya atau dia sedang pergi yang jelas Kay akan menunggu sampai Kiran datang. Terkadang Kay takut ada seseorang yang membuntutinya membuat dia selalu melihat kesegala arah. Tidak lama sebuah mobil berwarna hitam datang dan dari kejauhan bisa dipastikan itu Kiran. Dengan cepat Kay turun dari mobilnya sebelum satpam rumah membukakan pintu pagar.
"Ish..ngapain sih dia muncul disitu?" Kiran segera menginjak remnya karena terkejut, setelah mobilnya berhenti Kay langsung berjalan menghampiri kursi kemudi dan mengetuk kaca jendela mobil Kiran.
"Kita harus bicara."
"Engga!!"
"Please.."
"Kamu yang bilangkan kita ga usah ketemu."
"Kalo gitu aku bakalan nunggu disini sampe kamu mau ngomong."
"Biarin aja, biar kamu di marahin sama ayah."
"Aku ga peduli. Aku bahkan bisa nekat nemuin ayah kamu sekarang." Kay yang semula berbungkuk kini berdiri tegak lalu berjalan kearah rumah Kiran. Tak percaya dengan tingkah Kay, Kiran segera keluar dari mobilnya.
"Kamu apa-apaan sih?!" Kiran menarik tangan Kay.
"Ya makannya dengerin aku Ran.."
"Aku udah males ngomong sama kamu."
"Ran...dengerin aku dulu.."
"Omongan kamu tuh ga bisa aku percaya tahu ga!!"
"Kali ini aja Ran...please..." Kay memohon.
"Aku Mau masukin mobil..." Ran segera bergegas namun lagi-lagi Kay menahannya.
"Ran...kita bicara ya.."
"Ya makannya aku masukin mobil, kalo ada yang lewat gimana?"
"Ya udah sama aku aja, aku ga mau ya kamu masuk terus bohong ninggalin aku."
"Katanya kamu bakalan nekat tadi, aku masukin mobil doang takut." Kiran menggerutu sambil kembali berjalan kearah mobilnya diikuti Kay yang langsung duduk di kursi penumpang.
"Kay, ngapain sih?"
"Aku ikut."
"Ya ampun, ayah bisa liat."
"Aku nungguin dari 3 jam yang lalu ga mungkin kalo ayah kamu ga ngeh ada mobil parkir di depan rumahnya."
"Mungkin ayah ga ada dirumah."
"Ya udah ga papakan aku masuk?ga ada ayah kamu." Kay ngotot. Kiran sudah kehabisan kata-kata dan segera memasukkan mobilnya ketika pintu pagar rumah terbuka.
"Kita ngobrol disini aja, diluar aku takut ada orang yang fotoin."
"Resikolah pacaran sama selebriti." Sindir Kiran.
"Sayang..ak.."
"Ga usah panggil aku sayang." Kiran menginterupsi panggilannya.
"Aku ga ada hubungan apa-apa sama Alyssa, dia juga udah kasih statement kemarin. Dia tuh sukanya sama Jay. Dia cerita ke aku soal Jay. Ini bukan yang kaya kamu pikirin..."
"Hem.." Respon Kiran tak membuat Kay puas.
"Foto dibalkon itu waktu kita berantem soal foto kamu di medsos, kita sama-sama pegang HP aku jadi otomatis tangan kita bersentuhan, Kalo ke supermarket waktu aku belanja dan dia ga ada temen aja buat ngobrol, aku rasa dia lagi coba cari tahu soal Jay, terus foto ketiga pegangan dicafe itu, dia lagi latihan buat ngasih tahu kalo dia suka sama Jay. Paparazi itu tuh hebat, foto di moment sama angle yang pas, mereka ga ngasih liat lagi foto selanjutnya setelah itu. Kamu liat muka aku?Jay sampe marah sama aku, dia ngehajar aku habis-habisan gara-gara dia kira aku sama Alyssa pacaran terus pacaran juga sama kamu, ternyata dia juga suka sama Alyssa makannya waktu kita teleponan sempet keputus. HP aku rusak." Kay menjelaskan yang sebenar-benarnya. Kiran hanya diam membungkam mulutnya. Dia tak tahu omongan Kay ini bisa dipercaya atau tidak, sampai Jay yang namanya dia sebut sedaritadi memberikan kesaksiannya juga.
"Perlu aku ajak Jay?" Perkataan Kay tepat sasaran. Itulah yang dipikirkan Kiran. Dia ingin Kay membuktikan ucapannya.
"Kita telepon dia aja, oke?" Kay mengeluarkan Handphone barunya. Dia mencari kontak bernama Abang Jay yang dituliskan berdasar panggilan barunya. Kini terdengar nada sambung. Beberapa menit berlalu Jay belum juga mengangkat teleponnya.
"Udah ga usah." Kiran mendadak berubah pikiran dan segera menekan tombol merah untuk mengakhiri panggilan Kay pada Jay.
"Kenapa?Jay pasti ga akan keberatan." Kay segera meraih tangan Kiran saat ada kesempatan.
"Ya udah, aku bilangkan kan ga usah." Kiran sepertinya sudah percaya dengan ucapan Kay.
"Aku harus gimana sayang supaya kamu percaya?" Kay mengecup tangan Kiran.
"Aku benci kamu." Kiran dengan wajah juteknya namun hal yang sebaliknya justru terasa di tangan Kiran yang kini membalas genggaman Kay.
"Aku sayang kamu." Balas Kay.
"Kamu jahat sama aku."
"Iya maaf sayang. Udah jangan marah-marah terus. Sekarangkan hubungan kita udah bener, ga ada yang ganggu lagi."
"Belum bener."
"Apalagi?"
"Ayah aku gimana?"
"Tenang aja, aku udah ngobrol sama Daddy. Aku tahu caranya gimana."
"Gimana?"
"Malam Minggu nanti ajak mereka ke restoran mommy ya, kita makan-makan disana."
"Kalo ayah sampe marah disana gimana? malah bikin kacau."
"Jangan bilang diundang aku, anggap aja kita ga sengaja ketemu." Kay membujuk lagi tapi Kiran masih berpikir.
"Kamu bilang mau ikutin cara aku, kasih kesempatan buat aku ngelakuin ini."
"Aku takut."
"Kita udah janji lakuin ini bareng-bareng, kamu ga usah takut ada aku."
"Iya kita lakuin cara kamu."
"Gitu dong. Udah ya jangan salah paham lagi. Hari ini hari pertama kita. Aku kangen kamu, udah lama ga ketemu."
"Bohong, pasti seneng-seneng sama cewek lain."
"Uuhh....sekarang cemburuan ya Kiran, dulu-dulu engga." Kay menggoda kekasihnya.
"Kenapa?ga suka?"
"Suka dong, jadi keliatan sayangnya."
"Udah ah pulang sana."
"Kok diusir sih?udah lama ga ketemu, dicium kek, dipeluk gitu."
"Ga enak nanti Bunda curiga aku lama-lama di mobil."
"Ya udah sebelum aku pulang kasih kiss dong."
"Engga, ini hukuman buat kamu."
"Hukuman?"
"Iya, sampe ayah aku setuju ga ada acara kiss-kiss."
"Sedih banget. Ga kasian apa? Ini muka aku udah bonyok, minta disayang malah di hukum."
"Itu sih salah kamu."
"Aku ga langsung pulang, aku liat cafe dulu ya sayang. Sejak ada paparazi itu cafe sempet tutup jadi sekarang aku mau cek keadaanya gimana. Aku ga enak sama Doni, sama Randi atau kamu mau ikut?"
"Engga ah, nanti aja. Mau ada temen aku kesini ambil buku."
"Jangan segan lagi datang kesana. Aku seneng kamu kesana. Waktu aku tinggal beberapa bulan lagi di Indonesia jadi kita harus manfaatin baik-baik."
"Kaya mau pergi kemana aja sampe bilang gitu segala."
"Ngingetin aja...supaya kamu ga cuek." Kay sambil memutar bola matanya dengan bibir senyum-senyum.
"Ya udah hati-hati dijalan. Telepon aku."
"Iya sayang, nanti aku telepon. Bye..." Kay mengecup bibir Kiran sebelum keluar dari mobilnya agar tak mendapatkan amukan Kiran.
***To Be Continue