WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Selesai makan malam tadi cerita Kay berlanjut disebuah Sofa abu yang masih menampakkan pemandangan malam yang menakjubkan diluar. Ditemani dengan white wine yang Kay buka tadi mereka saling bercerita satu sama lain.
"Kamu ga pernah cerita kenapa kamu suka Olive."
"Aku suka olive karena dia itu perhatian sama aku dimana waktu itu aku memang lagi butuh perhatian akibat kamu putusin. Dia yang ngisi kekosongan aku dan dia itu orangnya ga neko-neko. Asyik aja ngobrol apapun dan yang paling bikin aku salut adalah meksipun dia tahu aku belum bisa lupain kamu tapi dia santai aja mungkin karena dia juga tahu hubungan kita ga bisa kemana-mana. Sejujurnya waktu kita pisah aku sempet ga terima juga aku bahkan pernah bilang kalo aku pingin kita tetap kaya biasa meskipun hubungan kita udah berakhir, ya...semacam TTM-an."
"Jangan-jangan sampe sekarang lagi.." Kiran meneguk lagi wine-nya.
"Engga sayang, Olive ga suka dengan ide aku dan dia nolak karena dia pikir itu bisa makin mempersulit hubungan kita."
"Terus ngapain dia bela-belain nyusulin kamu kesini?"
"Kita cuman ngobrol biasa aja kok. Kaya reuni temen SMA lah.."
"Oh gitu, kalo sama Dara gimana?dia kan cewek yang kesemsem berat sama kamu."
"Sodaranya ada satu kampus sama aku sayang dan ceritanya waktu itu dia datang ke kampus buat jemput sodaranya itu eh liat aku."
"Dicium lagi?"
"Engga, aku cuman senyum doang terus ngobrol-ngobrol bentar dan pisah deh." Kay meletakkan gelas winenya kemudian duduk mendekat. Diraihnya rambut Kiran yang ada didepannya.
"Kalau kamu, siapa cowok yang diem-diem deketin kamu disana?apa ada?"
"Aku sih ga tahu karena ga ngerasa dideketin tapi kamu tahu akukan?aku bukan tipe cewek yang kalo dideketin langsung respon balik." Perkataan Kiran disambut tawa kecil oleh Kay. Dia jadi ingat saat pertama kali Kay mendekati Kiran. Begitu sulit dan serba sendiri sampai akhirnya Kiran sendiri yang mengakui perasaannya.
"Berarti ada dong cowok yang WA atau DM kamu?"
"Ya ada...tapikan foto profil aku aja kadang sama kamu otomatis mereka udah tahu dong aku punya pacar."
"Kamu bukan pacar aku, kamu calon istri aku." Kay dengan tegas mengatakan hal itu namun Kiran hanya tertawa saja.
"Kenapa ketawa?kamu pikir aku bercanda?"
"Aku udah bosen denger itu, setiap kali kita bareng kamu pasti bilang aku calon istri kamulah, minta kita nikahlah, ter..." Kiran tak dapat melanjutkan perkataannya karena kita bibirnya sudah terbungkam oleh tautan bibir Kay yang terasa hangat.
"Karena memang bakalan kaya gitu." Ucap Kay dengan nada pelannya kemudian dia meraih gelas yang ada ditangan Kiran. Menyimpannya dimeja terdekat lalu melanjutkan ciuman mereka yang terhenti. Kiran sudah tak lagi terkejut. Dia justru membalas ciuman Kay kali ini membiarkan tangannya bertengker erat di leher pria yang dicintainya itu. Kay mencium bibir Ran seolah ini tak pernah mereka lakukan dan entah apa yang Kay pikirkan dia mulai mendorong Ran untuk berbaring diatas sofa yang mereka duduki. Kiran menurut. Dengan tetap mengalungkan tangannya dia perlahan merasakan empuknya sofa mengenai punggungnya.
"Aku pingin kamu.." Kay melepaskan ciumannya sebentar. Dia sudah bernafsu dengan Kiran sekarang.
"Kamu ga boleh sembunyiin sesuatu lagi dari aku, itu ga baik..."
"Iya maaf sayang, aku janji bakalan ceritain apapun sama kamu, dan kamu harus tahu meskipun ada beribu wanita didepan aku tapi cuman kamu yang aku mau. Sehari aku ga tahu kabar kamu aja aku gelisah..."
"Aku sayang kamu Kay." Kini giliran Kiran yang mencium bibir Kay. Menciumnya dengan panas sepanas wajahnya yang sudah memerah akibat wine yang dia teguk sedari tadi. Bibir mereka saling bertautan satu sama lain hingga Kay menjalar ke arah leher Kiran menciuminya disana. Memberikan tanda merah dengan mudah dan tanpa penolakan dari Kiran. Selang beberapa lama Kay lalu menggendong kekasihnya untuk menuju kamarnya. Dia membaringkan Kiran lagi dengan perlahan dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Sudah setahun ini dia tak menyentuh bibir merah menggodanya. Entah keberanian darimana tangan Kiran perlahan membuka satu persatu kancing kemeja biru yang digunakan Kay. Dia bahkan membukanya dengan mata tertutupnya seolah sudah tahu tata letak setiap kancing yang ada. Ciuman Kay semakin lama bukan hanya semakin panas tetapi dia sudah mulai turun mencapai area payudaranya kekasihnya.
"Aku buka ya.." Tangan Kay sudah nakal menarik baju yang dikenakan Kiran
"Kay.."
"Aku pingin ini aja.." Kay memohon dan kini Kiran mengangkat kedua tangannya seolah menandakan bahwa dia setuju dengan permintaan Kay. Ini memang bukan pertama kali Kay melihat wanita bertelanjang dada sebelumnya saat insiden mabuk itu Sachi pernah dengan sengaja bertelanjang bulat di depan Kay namun saat itu Kay sedang tak sadar.
"Mmmmm.." Suara Kay terdengar saat menghisap puting payudara Kiran sementara kekasihnya itu menutup matanya saat Kay memainkannya. Kay semakin mendorong Kiran ke puncak ranjangnya menarik bantal disana agar Kiran merasa nyaman. Tangannya yang satu lagi tak henti meremas payudara Kiran yang lain dan terlihat begitu menggodanya. Mereka berdua seperti memanggil-manggil minta dilahap. Payudara Kiran benar-benar lembut dan menimbulkan sensasi luar biasa ditangannya. Melihat kemejanya sudah terbuka juga Kay bangkit sebentar untuk melepaskan bajunya lalu dia membungkuk lagi dan mencium bibir Kiran.
"Ran, ini juga aku buka ya.." Bisik pelan Kay yang sudah dipenuhi dengan nafsu birahinya begitupun Kiran yang tak lagi menolak. Rupanya dia juga sudah dikuasai nafsunya. Ini benar-benar diluar rencana mereka.
"Ahhh..." Desah Ran saat salah satu jari Kay masuk disana. Kay dengan lincah mempermainkannya seolah sudah tahu itu adalah area sensitif para wanita.
"Pelan hhhh....Kay.."
"Iya sayang.." Kay menurut dan perlahan memainkan inti Ran dibawah sana sampai merasakan sesuatu yang basah dijarinya. Kiran tidak hanya diam, tangannya kini mulai bermain membuka kancing celana Kay menurunkan resletingnya dengan mudah dan karena tangannya tak sampai untuk menarik turun celana jins Kay, Ran justru memilih memasukkan tangannya untuk menggenggam kejantanan Kay. Ini adalah pertama kalinya dia memegang benda pusaka itu. Ini keras karena sudah menegang. Giliran Kay yang mendesah sekarang karena gerakan naik turun tangan Kiran.
"Kay susah.."
"Iya-iya sayang bentar.." Kay berdiri sejenak lalu menelanjangi dirinya sendiri.
"Kamu pingin pegang aja?"
"Aku ga tahu harus gimana.."
"Masukkin mulut kamu mau?"
"Hah?" Ran baru mendengarnya.
"Kaya kamu lagi makan permen loli aja." Kay lalu menyuruh Kiran duduk dan bersandar ditepi ranjang sambil menyodorkan kejantanannya setelah itu Ran menuruti perkataan Kay tadi.
"Ahhh...ehmm....ahh...." Kay terus mendesah mengeluarkan suaranya sementara dibawahnya Ran hanya mempermainkannya dengan asal. Dia tak tahu bagaimana caranya bercinta dengan benar.
"Kay aku cape.." Keluh Kiran merasakan pegal diarea mulutnya.
"Ya udah, berhenti. Aku boleh lakuin itu ga?" Kay memandang Kiran sambil duduk dipangkuannya. Kiran diam membuat Kay segera melumat lagi bibir kekasihnya seakan membujuk untuk mengatakan iya. Dia sudah tak mungkin menyuruh juniornya turun. Dia membutuhkan pelepasan.
***To be continue